KOTA MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Kondisi tanggul Sungai Sadar di Kota Mojokerto benar-benar gawat. Jebolan plengsengan di Lingkungan Ngaglik Kelurahan/Kecamatan Kranggan pada Selasa (4/2) lalu, mulai mengarah ke Timur, sekitar 200 meter dari TKP awal.
Tak cukup satu, tapi dua titik sekaligus. Dengan demikian, tercatat enam titik tanggul Sungai Sadar di wilayah Kota Mojokerto ambrol, sejak Desember 2019 lalu.
Baca Juga: Ini Pesan Pj Wali Kota Mojokerto saat Kunjungi Korban Banjir
Masifnya kerusakan tangkis sungai ini tak pelak membuat warga yang bermukim di sekitaran sungai dicekam was-was. Pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas dan Pemkot Mojokerto wajib berjibaku menghadang kritisnya tanggul sungai ini.
Sejumlah warga mengungkapkan titik baru yang jebol tersebut berada di sebelah Utara Taman Makam Pahlawan (TMP). Celakanya, plengsengan di sebelah Utara titik tersebut, kini terpantau mengalami keretakan dan dimungkinkan segera menyusul longsor. Runtuhnya plengsengan tersebut mengancam sebuah gapura yang terletak persis di atas tanggul tersebut.
Menurut Siswanto, peristiwa tersebut terjadi pada jam 20.00 WIB, Kamis (6/2). "Ambrol sekitar jam 20.00 WIB. Bibir sungai yang rusak sekitar 5 meteran," kata Siswanto, Jumat (7/2) tadi siang.
Baca Juga: ASN Pemkot Mojokerto Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir
Sementara itu, menyusul kekhawatiran sejumlah warga Kota terhadap dampak jebolnya tanggul sungai itu, Pemkot Mojokerto melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Mojokerto Jumat (7/2) pagi telah mengambil langkah darurat. Sejumlah pekerja dikerahkan untuk memasang bedeng darurat dari anyaman bambu. Selanjutnya diurug dengan tanah baru.
"Kita menangani kerusakan tanggul di wilayah Ngaglik sambil mengurus izin ke BBWS," terang Kepala Dinas PUPR Kota Mojokerto, Mashudi.
Baca Juga: Pemkot Mojokerto Gercep Tangani Banjir dan Rumah Roboh Akibat Plengsengan Ambrol
Mantan Kasatpol PP itu mengungkapkan untuk menangani kerusakan tersebut perlu ada izin dari BBWS selaku pemegang konsensus sungai. "Harus ada izin dulu. Dalam izin tersebut wajib disertakan upaya strategis yang dilakukan, apakah nanti di bronjong pakai batu ataukah diplengseng kembali," tuturnya.
Namun, ia mengungkapkan bahwa untuk sementara DPUPR akan menangani tangkis yang ambrol dengan cara memasang gedek pada tebing sungai. "Digedek, kita kerja mulai tadi pagi," imbuhnya.
Ditemui usai pelantikan pejabat, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan pihaknya telah mengambil langkah konkret untuk mengatasi kejadian ini. "Kerusakan yang di Gunung Gedangan itu, BBWS sudah sanggup memperbaiki dengan dana mereka. Kalau yang di Ngaglik itu, karena anggarannya harus dibagi dengan daerah lain maka kalau ada pelimpahan kewenangan, maka akan saya kerjakan dengan dana saya," tandasnya.
Baca Juga: Tangani Banjir di Kota Mojokerto, Ali Kuncoro Pantau Sejumlah Titik Rawan
Meski demikian, Wali Kota Ning Ita (panggilan Ika Puspitasari, Red) akan mengikuti prosedur. "Saya akan mengerjakan tapi proses administrasinya harus selesai dulu," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, warga tiga kelurahan di sekitaran Sungai Sadar belakangan tak dapat tidur nyenyak. Tercatat, empat titik tanggul sungai di wilayah Kota Mojokerto kritis.
Hingga kini, kerusakan tangkis sungai yang membelah daerah sejak Desember 2019 lalu dibiarkan jebol tanpa ada penanganan dari pemegang konsensus sungai, yakni Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas.
Baca Juga: Pj Wali Kota Mojokerto Tinjau Daerah Terdampak Banjir
Warga berharap pihak berwenang melakukan langkah konkret. Pasalnya, curah hujan yang mengguyur "Kota Onde-onde" sejak beberapa minggu belakangan lagi tinggi-tingginya.
Sementara itu, tiga kelurahan masuk peta rawan bencana lantaran berada di daerah aliran sungai tersebut yakni Kelurahan Kranggan, Kelurahan Meri, dan Kelurahan Gunung Gedangan. (yep/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News