Karl Von Smith: Seandainya Ada 10 Orang Seperti Hadratussyaikh Dakwah di Eropa

Karl Von Smith: Seandainya Ada 10 Orang Seperti Hadratussyaikh Dakwah di Eropa Lukisan Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari. Foto: istimewa

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Nama Ir. sangat populer. Terutama saat perang kemerdekaan RI. Ia lahir pada 1902 di Kota Hanover Jerman. Ia bekerja di Kementerian Dalam Negeri Belanda. Pria berkebangsaan Belanda lulusan Universitas Leiden Belanda itu lalu bergabung dengan “Nedam”, perusahaan kontruksi bangunan Belanda yang sangat terkenal.

sempat tinggal di Kota Delf Belanda. Namun pada 1929, perusahannya mengirim ke Indonesia. Di Indonesia ia berpindah-pindah. Dari kota ke kota. Sesuai penugasan perusahaanya. Sampai akhirnya tinggal di Surabaya Jawa Timur.

Baca Juga: Ngaku Pelayan, Gus Fahmi Nangis saat Launching Majelis Istighatsah dan Ngaji Kitab At Tibyan

Nah, di Surabaya ini ia menyaksikan kuli bangunan istirahat kerja. Kuli itu memanfaatkan istirahat untuk berwudlu lalu salat. tertarik. Ia penasaran. Kenapa kuli itu selalu membasuh muka. Juga beberapa bagian tubuhnya. Lalu salat.

Ia bertanya kepada kuli itu. Tapi kuli itu tak bisa menjelaskan. Ia menyarankan bertemu Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari. Ulama besar. Pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Juga pendiri Pesantren Tebuireng Jombang. Jawa Timur.

Pada 1931 bertemu Hadratussyaikh. Sejak itu ia intensif berdialog. Tentang agama. Ia bertanya tentang Islam kepada Hadratussyaikh. Bahkan selama 10 bulan ia berdiskusi dengan Hadratussyaikh.

Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asyari: Pemersatu Umat Islam Indonesia, Khofifah: Dahysat Secara Substansi

(Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari saat menerima utusan Jepang. foto: istimewa)  

Uniknya, menurut pengakuan . Hadratussyaikh tak pernah mengutip ayat-ayat Al-Quran atau Hadits. “Beliau (Hadratussyaikh) samasekali tak pernah menyampaikan kepada saya nash-nash Al-Quran atau sabda-sabda Rasulullah SAW atau dari buku-buku kaum muslimin,” kata seperti ditulis Muhammad Asad Syihab dalam bukunya Al-Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadli’u Istiqlali Indonesia (Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari Pejuang Kemerdekaan Indonesia). Buku ini diterjemahkan Zainur Ridlo. Diterbitkan Pustaka Tebuireng Jombang.

Baca Juga: Luar Biasa! WN Inggris dan Pemuda asal NTT Ikrar Syahadat di Masjid Al Akbar Surabaya

Kenapa Hadratussyaikh tak mengutip Al-Quran dan Hadits? “Karena beliau (Hadratussyaikh) tahu, bahwa saya ketika itu belum beriman dan tidak percaya kecuali kepada apa yang saya imani, sehingga beliau tidak mengemukakan kepada saya sesuatu yang tidak saya percayai,” kata .

Baca Juga: Tertarik Ajaran Islam Sejak SMP, Wanita ini Ikrar Syahadat di Usia 25 Tahun di Masjid Al Akbar

Pengakuan ini menarik. Berarti Hadratussyaikh sangat arif dan mulia akhlaknya. Ia menghargai penganut agama lain. Hadratussyaikh tak mau mengusik keimanan penganut agama lain. Hadratussyaikh menghargai keyakinan yang dianut yang saat itu beragama Kristen.

Lalu bagaimana Hadratussyaikh memahamkan Islam? jika tak pernah menyitir ayat al-Quran dan Hadits sebelum masuk Islam? “Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari memahamkan kepada saya tentang Islam dari buku-buku yang pernah saya baca dan dari agama Nasrani yang pernah saya peluk,” kata .

Bahkan ketika minta pendapat tentang keinginannya untuk masuk Islam, Hadratussyaikh tidak serta merta mengiyakan. Hadratussyaikh justru menekankan pentingnya keyakinan agama didasarkan pada ilmu dan kesadaran.

Baca Juga: Masjid Al-Akbar Terima Dua Orang Berikrar Syahadat, KH Syarifuddin: Hijrah Harus Sungguh-Sungguh

“Ketika saya meminta pendapat beliau (Hadratussyaikh) tentang niat dan keinginan saya untuk memeluk Islam, beliau menjawab, 'Kamu bebas untuk memilih agama yang kamu suka dan kamu ridlai untuk dirimu. Kamu telah memahami Islam, maka pilihlah untuk dirimu keyakinan (aqidah) dan agama yang kamu percayai dengan syarat keimanan dan aqidah ini berdasarkan ilmu, pengertian, dan kesadaran, dan keyakinan setelah mempelajarinya',” ungkap menirukan petuah Hadratussyaikh.

Padahal keyakinan sudah bulat. “Ketika itulah saya berniat memeluk agama Islam dan saya menyatakannya di hadapan beliau,” kata . Ia lalu mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Hadratussyaikh. Tentu disaksikan orang-orang Islam yang lain.

“Saya mengucapkan kalimat syahadat di depan kumpulan kaum muslimin yang menjadi saksi yang telah menyambut saya, dan setelah itu memeluk saya dengan pelukan seorang saudara yang telah lama hilang,” katanya.

Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad

Hadratussyaikh pun menyambut baik. “Beliau pun menyambut saya dengan sambutan yang hangat dan menyampaikan kabar gembira itu kepada semua yang hadir,” kata Kar Von Smith.

Ketika memeluk Islam, barulah Hadratussyaikh menyampaikan ayat al-Quran. “Ketika saya merasa puas dan dapat menerima Islam, setelah berkomunikasi selama 10 bulan, baru beliau (Hadratussyaikh) mulai menyampaikan sedikit dari ayat-ayat al-Quran dan Hadits-Hadits Nabi SAW yang penuh mutiara hikmah dan nasihat-nasihat. Sungguh benar-benar tertarik mendengar ayat-ayat Al-Quran dan kagum dengan ketinggian makna-maknanya, sehingga saya sangat merindukan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang ayat-ayat Al-Quran,” katanya.

Menurut , Hadratussyaikh memiliki kemampuan naluri tinggi. Hadratussyaikh bisa memahamkan kepada orang, dan mempunyai kemampuan menerangkan hal-hal yang sulit dipahami, tanpa harus menjelaskan panjang lebar sehingga membosankan.

Baca Juga: Yakini Kebenaran Islam, Dua Pemuda Resmi Mualaf dengan Bersyahadat di Masjid Al-Akbar Surabaya

“Seandainya di dunia ini ada sepuluh orang saja seperti beliau (Hadratussyaikh) yang mengkhususkan diri untuk dakwah Islam di Eropa umpamanya, dengan gaya bahasa beliau yang halus dan menarik itu, maka tak diragukan lagi kita akan melihat hampir semua orang Eropa beragama Islam,” kata .

Perpindahan agama tercium Pemerintah Belanda. Penjajah bangsa Indonesia itu murka. Belanda mencap pengkhianat. Saking murkanya, pemerintah Belanda membuat pengumuman: barang siapa bisa menangkap dan membawa dalam keadaan hidup atau mati, akan diberi hadiah 1.000 dollar.

Namun selamat. Bahkan ketika perang kemerdekaan 1945 meletus, memihak bangsa Indonesia. Ia ikut berjuang. Dengan harta dan tenaga. Demi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat

Namun ketika bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, ia dan keluarganya berangkat ke Jerman. Ia menetap di kota Hamburg Jerman. Di sana ia memenuhi janjinya, berdakwah kepada warga di sekitarnya.

Muhammad Asad Shihab, penulis buku Al-Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadli’u Istiqlali Indonesia, saat ke Jerman pada tahun 1965 mencari . “Saya mencari-cari dia dan menanyakan dirinya sampai akhirnya bisa bertemu dengannya. Ternyata dia tinggal di kawasan yang indah dan tetap menekuni profesinya sebagai insinyur, disamping sibuk dengan kegiatan dakwahnya mengajak kaumnya kepada Islam. Dia tetap menjaga kewajiban menunaikan salat pada waktunya, dan sering belajar dengan Dai Islam Sayid Husein Al-Bahasyti dan Direktur Islamic Centre di Hanburg,” tulis Muhammad Asad Shihab. (m mas’ud adnan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'H Muhammad Faiz Abdul Rozzaq, Penulis Kaligrafi Kiswah Ka'bah Asal Pasuruan':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO