Jelajah Sejarah Kediri Tempo Doeloe, Selayang Pandang Pendopo Kabupaten Kediri

Jelajah Sejarah Kediri Tempo Doeloe, Selayang Pandang Pendopo Kabupaten Kediri Ketua Pasak, Novi Bahrul Munif saat menjelasakan sekilas sejarah Kediri di Pendapa Kabupaten Kediri.

KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Puluhan Pegiat Sejarah dan Budaya yang tergabung dalam komunitas Pasak (Pelestari Sejarah – Budaya Kadhiri), melakukan kegiatan yang diberi tajuk Jelajah Sejarah Tempo Doeloe.

Kali ini mereka menjelajah ke Masjid Agung Kota , ke sebuah bangunan yang saat ini digunakan sebuah sekolah menengah, Alun-alun Kota , dan terakhir ke kawasan Pendopo Kabupaten .

Baca Juga: Uniska Jalin Kerja Sama dengan Bank Indonesia Melalui Program Beasiswa

Ketua Pasak, Novi Bahrul Munib, menjelaskan bahwa jelajah sejarah Tempo Doeloe ke empat bangunan bersejarah tersebut dilakukan pada hari Minggu (1/3) siang hingga sore. Menurut Novi, di zaman dulu kala bangunan-bangunan itu merupakan satu kesatuan, meski sekarang dalam penguasaan Pemerintah yang berbeda.

"Hanya kawasan pendopo saja yang saat ini masih dikuasai oleh Pemerintah Kabupaten . Sisanya sudah masuk kekuasaan Pemkot sejak tahun 1951 lalu, di mana saat terjadi pemisahan kekuasaan antara Pemkab dan Pemkot ," kata Novi, Senin (2/3/2020).

Masih menurut Novi, jelajah sejarah Tempo Doeloe ini sudah dilakukan Pasak untuk yang kesekian kalinya. Setelah ini, lanjut Novi, pihaknya akan mengajak para pegiat sejarah dan budaya di untuk menjelajah kawasan pecinan yang berpusat di Kelenteng Tjoe Hwie Kiong, .

Baca Juga: Pjs Bupati Kediri Ikuti Senam Bareng Dinkes di Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-60

Sementara itu, saat peserta jelajah masuk ke kawasan Pendopo Kabupaten , mereka langsung disambut Plt. Kabid Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Eko Priatno Triwarso, S.S..

Eko Priatno menjelaskan bahwa merupakan salah satu Kota Tua yang masih mencirikan tradisional dengan menganut konsep-konsep kosmologis yang terlihat jelas pada pembagian ruang serta arsitektur bangunannya.

Menurut Eko, konsep kosmologis ini lebih mudah dikenali sebagai konsep Mancapat-Mancalima (keblat papat-limo pancer) yang merujuk pada empat penjuru mata angin dengan pusatnya berada di Pendapa Kabupaten.

Baca Juga: OTK Penantang Duel Kabag Ops Polres Kediri Kota Diamankan, Ternyata Menderita Gangguan Jiwa

"Secara imajiner, pendapa kabupaten merupakan pusat dari lingkaran mikrokosmos yang dikelilingi oleh Alun-alun, Masjid Agung, pasar serta rumah-rumah/kampung abdi Bupati," terang Eko.

Eko menjelaskan keberadaan Pendapa Kabupaten dinilainya yang cukup menarik karena arah hadapnya yang berbeda dengan pendapa-pendapa kota/kabupaten tradisional lainnya di Jawa. Meskipun menganut simbolis yang sama, bangunan Pendapa Kabupaten menghadap ke Barat, berbeda dengan pendapa yang lain yang rata-rata memiliki arah hadap ke Selatan.

Eko mengungkapkan, Pendapa dalam bahasa Jawa berasal dari kata "mandhapa", yakni bangunan terbuka tempat sang pemimpin turun untuk menemui rakyatnya. Bangunan Pendapa Kabupaten berbentuk tajuk (bangunan dengan atap menyatu pada satu titik), ditopang dengan empat saka guru dengan kontruksi tumpangsari.

Baca Juga: Kejari Kabupaten Kediri, Kenalkan Program Sareng Jaga Desa

"Di sisi timur pendapa terdapat rumah dinas Bupati yang bersambung dengan pendapa. Bangunan ini memiliki gaya 'Indische Empire Style' yang populer sekitar tahun 1800 - 1915an. Rumah dinas Bupati ini juga sering disebut Pringgitan," pungkas Eko. (uji/dur).

Salah satu bangunan di komplek Pendapa Kabupaten yang masih terawat dengan baik. (uji).

Baca Juga: Desak Ketua LMDH Budi Daya Satak Mundur, Kantor Perhutani Kediri Didemo Warga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'BI Kediri Gelar Bazar Pangan Murah Ramadhan 2024':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO