BangsaOnline.com
Ayat -ayat sebelumnya bertutur tentang soal hari mereka dikumpulkan untuk diberi balasan sesuai amal masing-masing. Sedangkan tiga ayat ini, meski pendek-pendek tapi menunjukkan tiga jenis makhluk Tuhan. Pertama, manusia yang dicipta dari tanah liat (26). Kedua, jin yang dicipta dari api (27), dan ketiga, kawanan malaikat yang tidak diberitakan asal kejadiannya, hanya saja diberi tahu soal peciptaan tersebut (28).
BACA JUGA:
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
- Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
- Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
- Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Nash lain menjelaskan bahwa malaikat dicipta dari nur atau cahaya. Malaikat dan jin sudah dicipta duluan sebelum manusia seperti yang diisyaratkan ayat ini. Jadi, ada tiga jenis makhluq yang digariskan wajib beribadah kepadanya. Malaikat beribadah kepada-Nya secara otomatis dan sengaja didesain begitu, sehingga beribadah adalah refleksinya dan memang tidak bisa merefleksi selain itu. Akibatnya, dia tidak mendapat apa-apa dari keibadahannya itu, kasihan.
Sedangkan jin dan manusia tidak demikian. Ada beban fisik, ada syahwat, nafsu, hobi, kemalasan dan bahkan pengingkaran. Untuk itu, ada konsekuensi pahala bagi mereka yang berbuat baik dan siksa bagi yang berbuat buruk. Itulah, maka benar Tuhan menyatakan, bahwa Jin dan manusia dicipta tidak lain untuk tujuan ibadah. Maksudnya, ibadah berkonsekuensi pembalasan. Lalu, syetan itu apa?
Syetan itu sifat buruk atau perilaku jahat, perbuatan durhaka, bukan merupakan fisik atau makhluk dengan wujud tersendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News