Dalam tulisan edisi ketiga, M Mas’ud Adnan menguraikan kegalauan
Gus Sholah tentang pejabat yang korupsi akibat akhlak yang keropos dan tak punya integritas sehingga tak mampu menjaga amanah. Pada edisi
keempat ini ia menulis karakter Gus Sholah yang mengayomi semua golongan. Selamat membaca:
Redaksi
BACA JUGA:
- Tren Santri Belajar di Luar Negeri, Sekarang Peluang Makin Besar dan Tak Terbatas
- Lagi, Kejutan dari Dapil Jatim VIII, Suara Gus Irfan Menyalip, Suara Bos Lion Air Melompat
- Hadratussyaikh Anggap Lebih Bahaya Najisnya Pikiran Manusia Ketimbang Najisnya Anjing
- Nabi Musa Tiga Kali Tak Lulus Ujian Nabi Khadir
13. Suka Minta Pendapat
“Dik Mas’ud, kapan kita bisa ketemu,” inilah kalimat yang sering saya dengar dari Gus Sholah. “Ini ada masalah yang harus kita bicarakan dengan teman-teman.” Saya pun mengontak para kiai, sesuai nama yang beliau sebut.
Ketika kami sudah berkumpul, baik di Tebuireng, maupun di Surabaya atau Jakarta, Gus Sholah memaparkan masalah. Setelah itu Gus Sholah minta satu per satu mengemukakan pendapat.
Jadi Gus Sholah sering minta pendapat orang lain. “O, gitu,” itulah respons Gus Sholah ketika saya atau teman-teman menyampaikan pendapat. Beliau lalu mencari titik tengah dengan menguraikan secara sistematis.
14. Tidak Memonopoli Pendapat
Gus Sholah memang tokoh yang sangat terbuka. Gus Sholah bukan tipe tokoh yang suka memonopoli pendapat.Juga bukan tipe tokoh yang gemar mengusai pembicaraan. Gus Sholah justeru sangat suka mendengarkan pendapat orang lain.
Gus Sholah membiarkan lawan bicaranya menyampaikan pendapatnya secara leluasa. Dan dengan sabar dan penuh perhatian Gus Sholah mendengarkan.
15. Mendengar Banyak Pendapat
Suatu ketika Gus Sholah WA saya. Beliau cerita bahwa pengurus salah satu ormas di Jakarta minta izin mau pasang foto Gus Sholah di markasnya. Saat itu ormas tersebut mau bikin acara massal, setelah tokoh sentralnya pergi ke Saudi Arabia dan tak kembali lagi.