SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Emil Elestianto Dardak silaturahim terbatas dengan para kiai dan nyai di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya, Ahad (15/5/2020).
"Mari kita berdoa semoga corona segera dihilangkan oleh Allah SWT," kata Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA, pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Suabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur.
Baca Juga: Blusukan di Pasar Sidoharjo Lamongan, Khofifah akan Tutup Kampanye di Jatim Expo
Para kiai dan nyai bermasker yang tampak hadir, KH. Afifuddin Muhajir (Wakil Rais Syuriah PBNU), KH. Mahfudz Makshum (Rais Syuriah PCNU Gresik), KH. Jamaluddin (Rais Syuriah PCNU Probolinggo), KH. Mas Manshur (Sidosermo Surabaya), Prof. Dr. Ridwan Nashir (Ketua Yayasan Khadijah Surabaya), KH. Muhammad Roziqi (Ketua Umum JKSN), Prof. Dr. Mas’ud Said (Ketua ISNU Jatim).
Kemudian, Prof. Dr. A. Halim Subahar (Direktur Pascasarjana IAIN Jember), Nyai Hj. Mahfudzoh Ali Ubaid (sesepuh Muslimat NU), Nyai Hj. Masruroh Wahid (Ketua PW Muslimat NU Jawa Timur), Nyai Hj Ulfa Masfufah (Sekretaris Umum PP Muslimat NU), Nyai Hj Fat (istri Kiai Afifuddin Muhajir), KH. Abdul Hafidz (pengasuh Pondok Pesantren Syaikh Abdul Qodir Jailani Probolinggo), KH. Muchlis Muhsin (Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Bangkalan) dan beberapa kiai lain.
Gubernur Khofifah sempat memberikan sambutan singkat. Ia menyinggung tentang posisi Jawa Timur yang sangat strategis karena menjadi kiblat Indonesia timur. “Jawa Timur ini komandan dari 16 provinsi Indonesia Timur,” katanya.
Baca Juga: Ikhtiar Ketuk Pintu Langit, Khofifah Hadiri Shalawat Akbar Bersama Ribuan Masyarakat Gresik
Karena itu, Provinsi Jawa Timur banyak menjadi sasaran, terutama lewat media sosial. Meski demikian, kata gubernur lincah itu, serangan itu tak bisa ditebak langsung. “Fenomena hari ini tak bisa dibaca hari ini,” kata Khofifah. Sebab, apa yang dilakukan hari ini, tegas dia, bukan target hari ini, tapi masa depan. Yang dilakukan hari ini, kata Gubernur Khofifah, bisa jadi targetnya orang lain.
“Persis main catur dan karambol,” katanya. Menurut dia, ini terjadi bisa jadi karena beberapa hal. "Apakah karena akan ada pilkada di beberapa daerah," ujarnya. Atau agenda politik lain.
Gubernur Khofifah menyebut, serangan yang paling sederhana adalah lewat medsos, yaitu tim buzzer. “Buzzer yang anonim gak pakai ngitung, gak pakai mikir,” kata Gubernur Khofifah. Yang penting menyerang.
Baca Juga: Survei Poltracking Terbaru, Khofifah-Emil Melejit Tinggalkan Risma-Hans dan Luluk-Lukman
Nah, cara-cara seperti itu, kata Gubernur Khofifah, bukan budaya kita. Apalagi para kiai dan nyai. “Kita kan tidak bisa melakukan seperti itu,” kata Gubernur Khofifah.
Bahkan, menurut Gubernur Khofifah, dalam pemilihan gubernur pun dirinya tak pakai buzzer. Hingga sekarang. Meski demikian ia menyadari bahwa buzzer adalah realitas dunia sekarang. "Itu dunia sekarang," katanya.
Dalam teori ilmu komunikasi, kata Gubernur Khofifah, fenomena itu dinamakan post truth atau pasca kebenaran. “Jadi yang kita hadapi hari ini adalah dunia pasca kebenaran,” kata Gubernur Khofifah.
Baca Juga: Survei ARCI: Khofifah-Emil Dominan di Mataraman
Mantan menteri pemberdayaan perempuan dan kepala BKKBN pada era Presiden Gus Dur itu menjelaskan bahwa post truth adalah tercerabutnya akar kebenaran. "Era pasca kebenaran," katanya. Konsekuensinya, muncul disrupsi kebenaran. “Disrupsi ekonomi, disrupsi nilai, disrupsi kepercayaan,” katanya.
“Yang muncul adalah ketidakbenaran,” tegasnya lagi sembari menyatakan bahwa post truth kini melanda semua dunia. Termasuk Indonesia. “Ini PR kita,” kata gubernur perempuan pertama di Jawa Timur itu. Karena itu dalam pengawalan pembangunan harus ada tim baru.
Merespon paparan Gubernur Khofifah, Kiai Asep mengaku mendapat gambaran yang seram. “Tapi indah,” kata Kiai Saifuddin Chalim. Karena, kata Kiai Asep, Ibu Khofifah berkenan menyampaikan itu kepada para kiai yang tulus.
Baca Juga: Siap Jadikan Jawa Timur Sebagai Gerbang Baru Nusantara, Khofifah-Emil Ajak Sukseskan Pilkada 2024
Acara itu diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh KH. Afifuddin Muhajir, KH. Mas Manshur, dan Kiai Asep sendiri. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News