SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag bersama para kiai mengakhiri munajat untuk melenyapkan covid-19 untuk Surabaya Raya yang meliputi Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, Senin (8/6/2020) malam. Munajat ke-9 sekaligus terakhir ini digelar di Aula Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya.
Munajat yang dihadiri sekitar 75 kiai dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik itu dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak dan Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Saifuddin. Kehadiran Emil Dardak ini adalah yang kelima selama Kiai Asep menggelar Munajat untuk melenyapkan Covid-19 ini.
Baca Juga: Kampanye Akbar, Tak Banyak Pidato, Khofifah dan Gus Barra Sibuk Bagi Souvenir & Borong Kue Pengasong
“Munajat ini memang untuk mengawal PSBB Surabaya, Sidoarjo dan Gresik,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto saat memberikan taushiah. Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk Surabaya Raya memang berakhir tanggal 8 Juni.
(Para kiai saat salat malam dengan imam Kiai Asep Saifuddin Chalim di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Suabaya, Senin (8/6/2020) malam. foto: MMA/ bangsaonline.com)
Baca Juga: Elektabilitas Terus Melejit, Khofifah: Banyak Doa Kita Temukan di Pasar
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sendiri memutuskan tak memperpanjang PSBB. Solusinya, transisi new normal. Sebab untuk menerapkan new normal bagi Surabaya Raya - terutama Surabaya - jelas tak memenuhi kriteria WHO. Salah satu kriterianya: transmission rate harus berada di bawah 1.0. Kriteria lainnya adalah ketersediaan layanan rumah sakit yang memadai. Ternyata di Surabaya belum memenuhi syarat.
Maka pada Selasa (9/6/2020) Gubernur Khofifah memutuskan menerapkan transisi menuju new normal life untuk Surabaya Raya.
Karena itu Kiai Asep minta para kiai dan masyarakat, terutama yang mengikuti munajat, tetap meneruskan salat malam dan istighatsah di rumah masing-masing. “Silakan dilanjutkan di rumah masing-masing,” pintanya. Munajat itu berupa salat malam 12 rakaat (6 salam), istighatsah dan doa bersama.
Baca Juga: Ketum Pergunu Prof Kiai Asep: Ratu Zakiyah Simbol Idealisme Kita
(Para kiai saat salat malam dengan imam Kiai Asep Saifuddin Chalim di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Suabaya, Senin (8/6/2020) malam. foto: MMA/ bangsaonline.com)
Kiai Asep juga berharap PSBB segera diganti new normal. “Tapi dengan protokol kesehatan yang ketat. Pakai masker, membawa hand sanitizer, dan jaga jarak,” katanya.
Baca Juga: Kiai Asep Bentuk Saksi Ganda Mubarok dan Khofifah-Emil, Gus Barra Siap Biayai Siswa Berprestasi
Selain itu, kata Kiai Asep, kita harus menkonsumsi makanan yang mengandung imunitas. “Saya selalu bilang, kesehatan itu tidak mahal. Cukup kecambah, telur ayam kampung dan teh panas dicampur jahe,” katanya.
Kiai Asep juga mengingatkan protokol Islam. “Islam itu bersih,” kata Kiai Asep sembari mengutip Hadits yang artinya” Islam itu bersih. Maka lakukanlah kebersihan. Orang yang tidak bersih tak akan masuk sorga. Intinya, ajaran Islam tentang kebersihan sangat ketat, tapi umat Islam sangat longgar dalam mempraktikkan.
Karena itu ia menyayangkan beberapa disain toilet kering di Indonesia banyak yang mulai ketularan disain toilet luar negeri. “Showernya aja gak ada,” katanya. Hanya mengandalkan tisu. Padahal membersihkan kotoran manusia pakai tisu jelas tak sebersih pakai air dan sabun.
Baca Juga: Kiai Asep Yakin Mubarok Menang dalam Pilkada Mojokerto 2024, Inilah Target Kemenangannya
Sementara Wagub Jatim Emil Dardak minta doa para kiai agar apa yang diputuskan para pimpinan Surabaya Raya mendapat berkah dari Allah SWT. Sehingga penyebaran Covid-19 semakin berkurang di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. “Saya, Pak Nur (Bupati Sidoarjo), perlu pendampingan panjenengan sedoyo,” kata Emil saat menyampaikan sambutan.
Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Saifuddin juga mengaku sangat senang dengan acara salat malam dan istighatsah ini. “Istighatsah ini merupakan penyempurnaan dari ikhtiar kita,” kata Cak Nur – panggilan akrab wakil bupati Sidoarjo itu. Karena itu ia berterima kasih kepada para kiai, terutama Kiai Asep Saifuddin Chalim yang telah menggelar acara munajat itu.
Menurut Cak Nur, acara istighatsah ini sangat pas dengan paham keagamaan NU. Karena itu ia sangat senang dan mendukung inisiatif para kiai menggelar acara munajat untuk membantu para kepala daerah dalam menangani kasus covid-19.
Baca Juga: Kagumi Prestasi Amanatul Ummah, Kementerian Pendidikan Malaysia Studi Banding ke Pacet Mojokerto
Senada dengan Kiai Asep, Cak Nur juga sepakat dengan penerapan new normal di Sidoarjo. “Masyarakat mendengar PSBB perutnya langsung mules,” katanya. Menurut dia, program harus berpengaruh baik terhadap masyarakat. Meski program PSBB baik, kata Cak Nur, jika psikologi masyarakat menolak, maka harus dievaluasi dan dicarikan solusi.
Meski demikian Cak Nur mengingatkan bahwa transisi new normal bukan berarti bebas. Sebaliknya, tetap mengikuti protokol kesehatan secara ketat. Jika tidak, dikhawatirkan terjadi lonjakan penyebaran covid-19. “Untuk memulai lagi nanti soro,” katanya.
Yang menarik, dalam munajat terakhir ini Kiai Asep memberi bingkisan sangat khas. Yaitu satu tas kresek kecambah untuk masing-masing peserta. “Saya lihat tadi di pintu ada banyak kecambah. Itu untuk panjenengan. Nanti panjenengan bawa,” kata Kiai Asep yang disambut tawa para kiai.
Baca Juga: Menteri Sandiaga Uno Gunting Pita Monumen KH Abdul Chalim, Resmikan Desa Wisata Religi Leuwimunding
Menurut Kiai Asep, kecambah untuk imunitas. “Taruh di kulkas bisa sampai satu minggu,” katanya. Lagi-lagi para kiai tertawa. Seperti biasa, Kiai Asep juga memberi bingkisan sarung, beras, dan uang transport.
Bagi Kiai Asep, memberi bingkisan ini sudah menjadi tradisi. Sebaliknya, ia tak mau disumbang, termasuk oleh pemerintah. Ia menuturkan bahwa belum lama ini Presiden Joko Widodo menawari sumbangan gedung untuk asrama santri. Tapi ia tolak. “Saya minta ketemu Pak Erick Thohir saja,” katanya. Tapi hingga kini ia belum bisa bertemu menteri BUMN itu.
Acara munajat ini diakhiri doa yang dipimpin para kiai secara bergantian. Antara lain: Prof. Dr. Ridwan Nasir (Ketua Yayasan Khadijah Surabaya), Prof. Dr. Ahwan Mukarram (Ketua Senat UINSA Surabaya), Drs. KH. Muhammad Roziqi (Ketua DMI Jawa Timur), Dr. KH. Muhammad Sudjak (Ketua Badan Pengelola Masjid Al-Akbar Surabaya). Para kiai ini sangat aktif mengikuti munajat ini sejak awal.
Baca Juga: Habib Pasuruan yang Rendahkan Putra Pendiri NU Dianggap Merasa Tersaingi Kiai NU dan Tak Berakhlak
Kemudian, Syaikh Barkawi (ulama Universitas Al-Azhar Mesir), KH. Ahyar (Surabaya), KH. Abdul Manaf (mantan Ketua PCNU Sidoarjo), dan kiai lainnya dari Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Serangkaian doa itu lalu dipungkasi Kiai Asep Saifuddin Chalim.
Tampak juga hadir KH. Munif (Sekretaris Umum MUI Kota Surabaya), KH. Ahmad Sururi (Gresik dan Ketua Pergunu Jatim), Dr. KH. Zakaria Muhtadi (Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Al-Khoziny Sidoarjo), KH Alwi dan para kiai lain.
Selain para kiai juga tampak para pengurus Muslimat NU Kota Surabaya. Antara lain Ketua PC Muslimat NU Kota Surabaya Nyai Hj Lilik Fadilah, Nyai Hj Masfufah Hasyim dan pengurus yang lain. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News