SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pemerintah telah memutuskan kegiatan belajar di rumah diperpanjang hingga akhir tahun. Kebijakan ini dikeluarkan untuk meminimalisir penyebaran virus Corona atau Covid-19 dan menghindari munculnya klaster baru.
Namun ada pengecualian bagi kegiatan belajar-mengajar di lingkungan pondok pesantren. Sebab ada kekhususan dalam pola pendidikan di pesantren yang mewajibkan santri mondok di dalam lingkungan pesantren. Di Jawa Timur, mulai pekan depan ada sekitar satu juta santri yang kembali mondok.
Baca Juga: Reses, Ketua DPRD Jatim Serap Aspirasi Masyarakat di Griya Bakti Prapen Indah
"Pesantren memang memiliki kekhususan dibanding pendidikan di sekolah umum. Karena itu harus ada perhatian khusus dari pemerintah terhadap pesantren di masa pandemi. Saya berharap Gugus Tugas Covid-19 melaksanakan monitor secara berkala di lingkungan pesantren," tutur Aida Fitriati, anggota DPRD Jatim, Rabu (10/6).
Anggota Komisi E DPRD Jatim yang juga membidangi pendidikan dan kesehatan ini mengingatkan, pesantren merupakan kawasan lokasi interaksi sosial yang perlu perhatian khusus. Kekhususan pesantren ini karena ditempat tersebut menjadi titik kumpul orang dari berbagai daerah.
Menurut Ketua Muslimat NU Kabupaten Pasuruan itu, meski sudah ditata teknis kembalinya santri. Mulai dari isolasi mandiri 14 hari sejak di rumah, membawa surat keterangan sehat dari puskesmas dan kemudian saat ini juga sudah ditetapkan bantuan untuk infrastruktur dan fasilitas protokol kesehatan. Namun, yang perlu diperhatikan bukan hanya saat masuk saja, tapi tentu saat santri sudah didalam lingkungan pesantren.
Baca Juga: Ketua DPRD Jatim Pimpin Upacara Hari Pahlawan 2024 di TMP Sepuluh Nopember 1945
"Kawasan pesantren harus steril, dengan membatasi orang luar masuk. Jika harus masuk harus melewati prosedur pemeriksaan suhu dan bermasker. Karena itu harus ada petugas kesehatan di lingkungan pesantren," ujar politisi yang akrab disapa Ning Fitri itu.
Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa di DPRD Jatim ini membeberkan sudah tiga fase yang dijalani masyarakat selama pandemi. Fase pertama dengan cara defensif atau bertahan. Mulai berdiam di rumah sampai pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Fase kedua, masyarakat melakukan tindakan ofensif atau menyerang secara serempak di berbagai daerah. Caranya dengan melakukan penyemprotan cairan disinfektan di sejumlah tempat, mulai permukiman, kawasan industri hingga tempat ibadah. Sedangkan fase ketiga adalah pola persuasif. Masyarakat bersikap persuasif menghadapi Covid-19, ini adalah new normal.
Baca Juga: Oknum Anggota DPRD Jatim Warga Sampang Diduga Aniaya Istri Siri yang Berprofesi DJ
"Dari 3 fase yang sudah dijalani, agar lebih dapat menekan penyebaran kuncinya adalah bagaimana kesadaran diri dan disiplin protokol kesehatan. Yakni, bermasker, menjaga jarak, mencuci tangan dan menjaga kebersihan diri," pungkas cucu KH. Wahab Chasbullah tersebut. (mdr/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News