SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Karena masih dalam masa pandemi Covid-19, membuat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) memilih menggelar halalbihalal secara virtual dari Masjid Nasional Al Akbar Surabaya, Sabtu (13/6/2020) petang.
Acara yang diikuti PP (Pimpinan Pusat), PW (Pimpinan Wilayah), PC (Pimpinan Cabang), dan PCI (Pimpinan Cabang Istimewa) sedunia tersebut juga menghadirkan Ketua Umum PBNU Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, dan sesepuh Muslimat NU Nyai Hj. Sinta Nuriyah Wahid. Turut pula bergabung Andy F. Noya, founder startup Benih Baik.
BACA JUGA:
- Percepat Target Indonesia Emas, Khofifah Ajaak PMII Bangun Konsolidasi Internal dan Ekternal
- Rakor Pengembangan OPOP, Khofifah Bagikan 3 Semangat Majukan Ekonomi Pesantren
- Adhy Karyono Jamin Investasi di Jawa Timur Menguntungkan
- Pesan Pj Gubernur Jatim saat Terima Penghargaan dari Mendagri di Hari Otoda 2024
Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa menuturkan, dalam suasana pandemi Covid-19 pihaknya memang lebih banyak menggelar acara maupun webinar secara online dan resonansinya semakin kuat.
"Resonansi keilmuan, saya rasa akan terus bisa disemai karena kita banyak menghadirkan narasumber yang bisa memberikan pencerdasan dan pencerahan luar biasa," kata Khofifah.
"Oleh karena itu, saya merasa bahwa sebetulnya kita ini dipaksa oleh Covid-19 masuk pada industri 4.0," sambung perempuan yang juga Gubernur Jatim tersebut.
Khofifah mencontohkan, bagaimana banyak komunikasi dilakukan secara virtual, namun konten dari materi yang dibahas tetap bisa dimaksimalkan. Bahkan ada hal-hal yang barangkali kalau hadir secara face to face tidak mudah, tapi justru bisa dilakukan lewat virtual. Misalnya tadarus online setiap pagi, dan tidak ada yang sungkan mengingatkan kalau ada bacaan tajwidnya belum tepat.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga menyampaikan banyak sekali aktivitas sosial keagamaan Muslimat NU yang tertunda akibat Covid-19. Terlebih hingga kini, masih sangat banyak daerah yang masuk zona merah (risiko tinggi), zona oranye (risiko sedang), dan zona kuning (risiko rendah). Termasuk di Jatim yang masih harus berikhtiar karena belum ada yang masuk zona hijau (daerah tidak terdampak).