SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ritme kompetisi di Pilwali Surabaya sempat melandai karena pandemi Covid-19. Jadwal pilkada yang sempat terkatung-katung karena adanya pandemi, mulai jelas setelah adanya penetapan KPU RI tentang pelaksanaan pilkada pada tanggal 9 Desember 2020 mendatang.
Pasca penetapan jadwal pilkada, ritme politik pun mulai meningkat, menyusul kabar akan segera turunnya rekom partai. Sejumlah kandidat maupun pendukung mulai kembali bergerak melakukan manuver, baik di media sosial maupun aksi di lapangan. Terkait hal itu, salah satu kandidat bakal calon Wakil Wali Kota Surabaya, Lia Istifhama mengaku tetap on the track (tetap di jalur).
Baca Juga: Bawaslu Kota Surabaya Serahkan Laporan Hasil Pengawasan Pilkada 2020 ke Pemkot dan DPRD
"Yang kenal saya pasti tahu, bahwa saya tidak pernah suka dengan orang yang ambisius dan oportunis. Jadi saya juga tidak punya sifat itu. Maka dari itu, kalau kita sedang berproses, maka kita kembalikan makna proses itu awalnya apa. Intinya woles (santai) aja, yang lain ngapain, kita tetep out of the box," imbuh perempuan yang akrab disapa Ning Lia itu, Jumat (19/6/2020).
Putri Almarhum K.H. Masykur Hasyim yang dikenal sebagai aktivis Nahdliyyin dan dosen di salah satu perguruan tinggi swasta itu, menjawab blak-blakan tentang kans rekom dirinya dalam pilkada serentak yang akan dihelat akhir tahun ini.
"Tujuan saya berproses adalah menjalani yang bersifat natural. Banyak orang yang bertanya, mengapa tidak ngotot dekatin elite partai maupun pejabat publik? Saya kalau sudah ditanya itu, selalu jawab simpel. Wes opo jare Gusti Allah," imbuh Lia.
Baca Juga: Dilantik Besok Sore, Ini Harapan Warga Surabaya kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Baru
Ketua DPP Perempuan Tani HKTI Jatim ini menyampaikan bahwa proses ini berjalan bukan karena skenario dirinya, melainkan Allah SWT yang punya kuasa.
Pihaknya mengaku tidak pernah mengawali dengan koar-koar maju pilwali lantas mendekati pihak ini dan itu demi klaim dukungan. Sebab, ini murni suara relawan. Proses ini berawal dari kampanye Pilgub 2018. Ketika dirinya membangun hubungan dengan relawan Khofifah-Emil, dari situlah mengalir doa dan dukungan dari relawan.
"Kemudian, Alhamdulillah orang tua saya mensyukuri proses ini. Bahkan almarhum ayah saya kenal baik dengan beberapa relawan. Bagi saya, ini yang paling penting. Hubungan sosial di dalam sebuah proses," tandas Lia.
Baca Juga: Pascapilkada, Jaman Jatim Evaluasi Pembekuan Jaman Surabaya
Lia juga tidak menampik bahwa sebuah rekom harus turun dari tangan partai politik. Bahkan, dirinya sangat paham dengan mekanisme tersebut. Itulah sebabnya ia mengikuti proses politik dengan mendaftar sebagai Bakal Calon Wakil Wali Kota Surabaya lewat PDI Perjuangan. Bagi dirinya, persoalan rekom atau menjadi pejabat publik adalah sebuah bonus jika sudah garis Allah SWT.
"Karena itu, jangan sampai jadi target. Karena kalau meleset akan kecewa," katanya.
Menurut Lia, relawannya sudah paham dengan pemikiran dirinya itu. Mereka tahu dirinya tidak ambisius hanya demi sebuah jabatan yang sifatnya sementara. Tapi terpenting, bagaimana kita ini tetap melekat di masyarakat dalam waktu yang lama.
Baca Juga: Soal PHP Pilwali Surabaya, Bawaslu: Kami Hadir Memenuhi Undangan MK
"Dicintai, diterima, dipercaya masyarakat, itu paling penting yang harus jadi tujuan kita. Saya yakin kalau mau menang dalam sebuah perhelatan kontestasi politik, yah harus memikirkan bagaimana bisa menjadi figur yang dibutuhkan masyarakat. Mengakar di hati masyarakat itu penting," pungkasnya. (mdr/zar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News