SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Wakil Ketua Umum Barisan Kader Gus Dur (Barikade Gus Dur) Sudarsono Rahman, S.H., menyarankan agar calon wali kota Surabaya dari PDIP menggandeng calon wakil wali kota dari kader Nahdlatul Ulama (NU).
“Sebab suara NU di Surabaya cukup besar. Karena itu perlu mengambil kader NU, terutama dari unsur perempuan. Kalau duet merah dan hijau, calon wali kota dari PDIP pasti menang,” kata Sudarsono Rahman kepada BANGSAONLINE.com, Jumat (17/7/2020).
Baca Juga: Bawaslu Kota Batu Catat Ada 7 Laporan Dugaan Pelanggaran Kampanye Pilkada 2024
Cak Dar, panggilan Sudarsono, mengaku punya alasan kuat. “Kader PDIP di akar rumput sangat kuat. Sedang kader NU dari unsur perempuan juga sangat kuat. Terutama Muslimat NU dan Fatayat,” kata Cak Dar yang mantan ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Timur.
Menurut Cak Dar, saat ini rival pasti calon wali kota Surabaya dari PDIP adalah Machfud Arifin yang didukung PKB, Nasdem, Gerindra, Golkar, PAN, dan PKS. “Mahfud Arifin sekarang banyak bergerak di basis-basis NU. Misalnya ia datang ke PWNU. Karena itu cawali PDIP harus mengambil calon wali kota dari kader NU. Sebab selain bisa mengambil ceruk suara NU, juga bisa merajut kembali merah dan hijau,” tutur Cak Dar sembari menegaskan bahwa para elit PDIP akan bersatu jika calon wali kota Surabaya sudah mendapat rekom dari Megawati Soekarnoputri.
Lalu siapa kader NU yang layak jadi calon wakil wali kota Surabaya mendampingi calon wali kota Surabaya? Cak Dar tak langsung menjawab. Ia berpikir cukup lama. “Ada beberapa kader NU yang selama ini sudah sosialiasi. Ada Gus Hans, ada Lia, dan yang lain. Tapi yang paling memungkinkan Lia,” kata Cak Dar. Yang dimaksud Lia adalah Lia Istifhama, sedang Gus Hans adalah Zahrul Azhar.
Baca Juga: Hartono dari Fraksi PDIP Resmi Jabat Wakil Ketua DPRD Kabupaten Mojokerto 2024-2029
Apa alasannya kok Lia? “Pertama, Lia itu warga Surabaya. Kalau Gus Hans kan warga Jombang. Kedua, Lia punya jaringan lumayan di Surabaya. Paling tidak, tim-tim Khofifah saat pilgub masih nyambung. Ketiga, Lia cukup dekat dengan unsur perempuan NU. Bahkan Lia sendiri aktivis Fatayat NU.
Keempat, meski Khofifah nanti netral karena dia gubernur, tapi orang tahu bahwa Lia itu keponakan Khofifah. Memang Khofifah harus netral. Gak usah cawe-cawe. Tapi saya yakin Muslimat NU dan Fatayat akan condong pada Lia,” tutur Cak Dar.
Namun Cak Dar sendiri mengaku tak kenal dengan Lia. "Nomor teleponnya aja gak punya. Tapi saya kan melihatnya bukan perspektif pribadi, tapi secara obyektif melihat peta politik terakhir di Surabaya," kata pria asal Bawean itu. (tim)
Baca Juga: Kasi Humas Polresta Sidoarjo Beri Kuliah Umum Strategi Kehumasan Masa Pilkada 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News