Tafsir Al-Kahfi 27: Kisah Itu Diambil Hikmahnya Saja

Tafsir Al-Kahfi 27: Kisah Itu Diambil Hikmahnya Saja Ilustrasi

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

27. Wautlu maa uuhiya ilayka min kitaabi rabbika laa mubaddila likalimaatihi walan tajida min duunihi multahadaan

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Dan bacakanlah (Muhammad) apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu (Al-Qur'an). Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain kepada-Nya.


TAFSIR AKTUAL

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Ulama' tafsir sepakat bahwa ayat ini sebagai akhir kisah ashab al-kahf, pemuda goa. Setelah panjang lebar dikisahkan dari berbagai sisi, kini ditutup dengan perintah membacakan pesan wahyu yang sangat valid, tidak ada cela sedikit pun, dan kebenarannya dijamin.

Seolah-olah Tuhan berkata, kalian jangan berdebat lagi soal ashab al-kahfi itu. Kami sudah menjelaskan begitu detail dan itu riil, fakta, dan bukan hoax. Percaya saja kepada al-qur'an yang pasti benar, karena datang dari dzat yang maha benar.

Mereka sangat penasaran, karena drama ashab al-kahfi ini sangat unik dan aneh, sangat menarik dan membuat orang terperanjat ingin lebih mantap. Bahkan ingin membuktikan keberadaannya, karena lokasinya bisa diketahui.

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Kisah, jangankan Tuhan yang berkisah, meskipun itu fiktif, tidak sedikit yang sangat layak dipetik pelajaran. Semisal kisah Kancil nyolong Timun, Ande-Ande Lumut, Mahabarata, dsb. Sudah pasti fiktif, tapi ada pelajarannya. Itulah kelebihan kisah.

Dalam sebuah ekspedisi dekat Persia, Muawiyah ibn Abi Sufyan melintasi jalan dekat lokasi goa di mana ashab al-kahfi dulu bersembunyi. Kepada Ibn Abbas dia berkata: "Betapa senang hati ini, andai kami diperlihatkan mereka, hingga kami bisa memandangi mereka".

Ibn Abbas R.A. menjawab: "orang yang lebih bagus dari kamu (Rasulullah SAW) saja tidak diberi kesempatan melihat mereka", lalu membaca ayat "Law ittala'ta 'alaihim lawallaita minhum firara wa lamuli'ta minhum ru'ba". Artinya, Tuhan sengaja mengghaibkan dan tidak ada yang bisa membuktikan. Tinggal mau percaya atau tidak.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

Tapi Mu'awiyah tetap ngeyel dan berikrar: "saya tidak akan berhenti mencari kejelasan soal ini, sampai berhasil". Lalu membentuk tim pencari fakta yang terdiri dari orang-orang ahli dan tangguh demi menguak ashab al-kahfi.

Tim terbentuk dan berangkat menuju lokasi yang telah diyakini. Sesampainya di mulut goa dan baru saja melangkah masuk, Tuhan mengirim angin ribut yang sangat dahsyat dan menyapu mereka hingga membuat terhempas dan terpental. Mereka kesakitan dan sadar akan peringatan Tuhan itu. Kemudian kembali dengan tangan hampa. Mu'awiyah terdiam merenungi kebenaran al-qur'an. Sekali lagi, bahwa kisah dalam al-qur'an itu lebih untuk diambil pelajaran, bukan dikritisi validitasnya, karena sudah dijamin valid.

Al-imam al-Qurtuby menurunkan riwayat unik terkait keterperanjatan Rasulullah SWT ingin tahu benar keadaan ashab al-kahfi dan serius memohon kepada Tuhan agar diperlihatkan mereka. Lalu Allah SWT membisik: "Selagi kamu masih hidup di dunia ini, kamu tidak bakal bisa melihat. Tapi Aku kasih kompensasi dengan cara lain yang menjadi media kamu menyampaikan risalahmu kepada mereka".

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

Nabi: "Ya Tuhan, bagaimana caranya saya bisa menyampaikan risalah kepada mereka?". Tuhan memberi panduan :"Pilih saja empat orang terbaik, lalu suruhlah mereka ke sana mendakwahkan keimanan". Nabi: "Ya, tapi bagaimana caranya bisa ke sana?".

Tuhan: "Ambil kain selimutmu dan bentangkan lebar-lebar di atas tanah. Suruh Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali duduk di setiap sudut selimut. Setelah masing-masing menempati posisinya, lalu panggillah angin yang dulu melayani Sulaiman terbang. Aku akan memerintahkan angin itu menuruti perintahmu.

Nabi menuruti instruksi tersebut dan angin benar-benar hadir sesuai perintah. Perlahan angin itu menerbangkan selimut sakti dengan empat penumpang di atasnya, kemudian melaju cepat secara menakjubkan. Dan akhirnya mendarat mulus di depan goa yang dituju.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Mereka memasuki lorong aneh yang sangat ekslusif, tiba-tiba ada anjing yang menyalak-nyalak hendak menyerang. Setelah mengerti siapa tamu yang datang, anjing itu memberi isyarat dengan kepalanya dan menggerak-gerakkan ekornya pertanda dipersilakan masuk, berjalan mengikuti di belakang anjing.

Sampai di dalam goa, mereka berucap salam,"Al-salam 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh". Tuhan segera mengembalikan ruh mereka, sehingga mereka bisa menjawab salam para tamu. "'alaikum al-salam wa rahmatullah wa barakatuh". Tamu memperkenalkan diri dan menyampaikan salam dari Rasulullah SAW yang segera dijawab pula oleh mereka.

Empat utusan Nabi menyampaikan tujuan pokok datang menemui mereka, yaitu mengajak para mereka menerima dakwah islamiah dan beriman kepada Muhammad SAW sebagai utusan Tuhan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman

Spontan mereka menerima, lalu titip salam agar disampaikan kepada Rasulullah SAW. Setelah berpesan, langsung mereka tidur kembali dan pertemuan selesai. Empat sahabat itu pulang dengan pesawat yang sama dan mengabarkan kepada Nabi SAW apa yang telah dialami. (al-Jami':X/p.389-390).

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO