GRESIK (BangsaOnline) - Warga Kabupaten Gresik, khususnya di wilayah perkotaan akan melakukan aksi besar-besaran untuk menolak rencana pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter di lahan milik PT Petrokimia Gresik. Pasalnya meski sejumlah perusahaan telah memberikan sejumlah corporate sosial reponsibility (CSR) namun polusi yang sudah melebihi ambang batas tersebut menjadi ancaman kesehatan yang tidak bisa dinilai hanya sekadar kucuran CSR.
"Kesehatan sangat mahal harganya, kami sudah kenyang dengan iming-iming-iming CSR. Entah perusahaan memberikan yang sebenarnya atau tidak kepada kami dan masyarakat yang pasti kami akan menolak mati-matian jika smelter benar-benar dibangun di wilayah perkotaan," cetus Tohirin tokoh masyarakat Kelurahan Telogo Pojok yang berhimpitan dengan lokasi pabrik PT Petrokimia Gresik, Rabu (28/1).
Mantan anggota DPRD Gresik periode 2004-2009 ini mengungkapkan, saat ini saja jika bisa diibaratkan masyarakat sudah dijejali dengan polusi dari pabrik-parbik berpolusi tinggi dan membahayakan kesehatan. Sedangkan masyarakat sudah beribu-ribu kali dikibuli dengan kata-kata CSR meskipun akhirnya diberikan.
"Kami ini sudah kenyang dengan iming-iming CSR, namun tidak sebanding dengan penderitaan karena disiksa dengan polusi. Dengan adanya pabrik Petro dan Smelting itu saja secara tidak langsung kami setiap harinya sudah diracuni, belum lagi dari pabrik pabrik lain di sekitarnya, terus mau di apakan warga ini," ujar Tohirin yang kini menjabat sebagai ketua LPMK Kelurahan Telogo Pojok ini.
Tohirin juga menambahkan, Industri pengolahan dan pemurnian atau smelter yang bakal berada di dalam kawasan industri maupun di luar kawasan industri jelas menghasilkan produk berupa biji biji logam. Pada proses produksi industri pemurnian tersebut bakal menghasilkan limbah yang dapat menurunkan kualitas lingkungan disekitar kawasan industri maupun di sekitar industri dan dapat merugikan masyarakat yang tinggal disekitarnya.
"Intinya warga tidak setuju kalau nantinya ada PT Freeport di lingkungan kami, dan kalau pihak mereka tetap ngotot mendirikan pabrik maka saya orang pertama yang akan menolak dan akan mengerahkan masa untuk demo besar besaran," kata pria berambut gondrong ini.
Penolakan tersebut terkait kabar santer di beberapa media baik cetak maupun elektronik terkait isu PT Freeport Indonesia yang memastikan akan membangun pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter di lahan milik PT Petrokimia Gresik di Gresik. Bahkan Presiden Direktur Freeport Indonesia Maroef Syamsuddin mengaku jika perusahaannya sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang penggunaan lahan itu dengan Petrokimia Gresik, namun keseriusan Freeport bangun smelter di Gresik masih diragukan.
Baca Juga: Pascakebakaran, Presdir PTFI Inspeksi Lokasi Common Gas Cleaning Plant di Smelter Gresik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News