Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
39. walawlaa idz dakhalta jannataka qulta maa syaa-a allaahu laa quwwata illaa biallaahi in tarani anaa aqalla minka maalan wawaladaan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan ”Masya Allah, la quwwata illa billah” (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu.
40. fa’asaa rabbii an yu'tiyani khayran min jannatika wayursila ‘alayhaa husbaanan mina alssamaa-i fatushbiha sha’iidan zalaqaan
Maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberikan kepadaku (kebun) yang lebih baik dari kebunmu (ini); dan Dia mengirimkan petir dari langit ke kebunmu, sehingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin,
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
41. aw yushbiha maauhaa ghawran falan tastathii’a lahu thalabaan
atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka engkau tidak akan dapat menemukannya lagi.”
TAFSIR AKTUAL
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Mendoakan orang kaya congkak agar usahanya bangkrut dan jatuh melarat kita pilah menjadi dua. Pertama, kecongkakan yang sifatnya pribadi, dan kedua, kecongkakan durhaka yang memusuhi Islam atau mendukung musuh Islam dan kaum muslimin.
Untuk yang pertama kita bisa ambil dari ayat kaji ini, yaitu: " fa'asa Rabby 'an yu'tiani khaira min jannatik wa yursil...). Bagian akhir ayat kaji ini menggambarkan betapa si miskin (mukmin) berucap setelah dipameri dan dicibir oleh saudaranya yang kaya raya dan congkak. Ungkapannya bisa kita preteli begini:
Pertama, berdoa kebaikan untuk dirinya, bahkan kebaikan lebih dibanding yang dimiliki lawan bicara atau orang lain. "fa asa Rabby 'an yu'tiani khaira min jannatik". Berharap punya kebon yang lebih baik daripada milik lawan bicara.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Kedua, memberi nasihat yang sifatnya menakut-nakuti kemungkinan adanya azab menimpa karena kedurhakaan yang diperbuat. Ini materi naiehatnya: "wa yursil 'alaiha husbana min al-sama' ". Diingatkan kemungkinan ada wabah, angin kering dari langit yang menghanguskan. "fa tushbih sha'ida zalaqa". Bisa jadi tanah tiba-tiba menjadi kering kerontang. "aw yushbih ma'uha ghaura" Mata air lenyap. "fa lan tastathi' lah thalaba". Dan kamu tidak bisa berbuat apa-apa.
Teks ayat tersebut menunjuk, bahwa bukan mendoakan buruk yang nyata-nyata dialamatkan kepada si durhaka itu, melainkan berharap kebaikan untuk dirinya sendiri, sekaligus memberi peringatan kepada si durhaka agar dia tidak terus-menerus sombong. Bahwa Allah SWT maha segalanya, bisa memberi lebih kepada hamba-Nya yang dikehendaki.
Untuk itu, meskipun hati mendongkol, kesel banget, tapi tetap tidak boleh berdoa buruk dan terang-terangan ditohokkan kepadanya. Contoh: Sombong kau, semoga kamu bangkrut, melarat, dll. Begitu sopannya ajaran Islam.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Cara lain yang agak kasar yaitu memberi peringatan, bahwa Tuhan itu bisa berbuat apa saja. Membuat orang miskin menjadi kaya raya dalam sekejap atau memiskinkan orang kaya dalam sekejap. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Tidak ada yang bisa menghalangi ketika Tuhan memberi (La mani' lima a'thait) dan tidak ada yang bisa memberi ketika Tuhan menghalangi (wa la mu'thi lima mana't).
Sedangkan yang kedua, yaitu doa atas orang kaya durhaka yang mendanai musuh Islam, maka dipakai dua pendekatan. Keduanya sama-sama bisa dipraktikkan sesuai keadaan.
Pertama, berdoa baik-baik. Doa agar Tuhan memberi kebaikan dan kesadaran, hidayah, dan bimbingan. Dengan hidayah yang mapan di hati, maka memusuhi berubah menjadi mengasihi, lawan menjadi kawan, membenci menjadi mencintai.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Doa ini dipraktikkan oleh Rasulullah SAW ketika awal-awal berdakwah. Kebrutalan wong kafir Tha'if yang mengusir Rasulullah SAW, menyakiti dan melempari batu, tidak dibalas dengan kebencian, melainkan dengan doa hidayah.
"Allahumm ihdi qaumy fainnahum la ya'lamun". Ya Tuhan, beri petunjuk kepada kaumku. Mereka tega menyakiti aku itu karena mereka belum mengerti bahwa aku ini benar-benar utusan-MU. Jika mereka mengerti, maka tentu tidak akan berbuat begitu.
Kedua, berdoa mengutuk. Ketika kabilah Ri'l dan Dzakwan menjahati umat islam, membunuh beberapa sahabat yang ditugasi menjadi guru agama atas permintaan mereka sendiri. Mereka berkhianat dan sangat membahayakan, maka Rasulullah SAW mengutuk. Bahkan pernah sebulan Nabi memimpin qunut nazilah yang arahnya sebagai doa kutukan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
Penduduk Makkah dan sekitarnya pernah tidak berhenti menjahati dan mendukung kekejaman. Mereka bahkan mendanai siapa saja yang memusuhi umat Islam. Lantas Rasulullah SAW berdoa agar langit distop dan tidak turun hujan. Lama sekali seantero Makkah dilanda kekeringan, anak-anak kurus dan hewan ternak banyak yang mati kelaparan.
Akhirnya mereka sadar dan meyakini bahwa krisis tersebut adalah "kutukan Muhammad". Terpaksa mereka bersujud-sujud di hadapan Nabi dan memohon agar didoakan turun hujan.
Nabi keberatan dan berucap setengah jengkel: "Andai tidak karena kasihan terhadap anak-anak kecil dan hewan-hewan ternak yang tak berdosa, aku tidak sudi berdoa untuk kalian...". Tapi, akhirnya beliau berdoa. Spontan hujan mengguyur, tanah subur, air susu deras dan panen melimpah. Berimankah mereka? Tidak juga. Mereka pancet kafir.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani
Selain nabi Muhammad SAW, nabi yang pernah mengutuk musuh adalah nabi Musa A.S. Yang dikutuk adalah raja Fir'aun, penguasa Mesir yang super durhaka dan sekutunya. Bahkan, kutukan utama justru menyerang pada keuangan, aset, dan kekayaan negara agar segera dilenyapkan. "Rabbana ithmis 'ala amwalihim" (Yunus:88).
Arah ayat ini, bahwa melakukan sesuatu demi robohnya perekonomian, dana, aset musuh islam itu dibolehkan. Entah bagaimana caranya dan dari sektor apa saja, perbankan, industri, pertanian dll. Seperti Fir'an yang memiliki dana berlebih untuk menghabisi Musa A.S. dan para pengikutnya. Kekayaan itulah yang menyebabkan Fir'aun leluasa berbuat. Maka doa diarahkan pada kehancuran aset.
*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News