Ketua Gapeksindo Trenggalek Sebut Proyek Jalan Ngampon - Bendo Gagal Bangunan

Ketua Gapeksindo Trenggalek Sebut Proyek Jalan Ngampon - Bendo Gagal Bangunan Ganif Tanto Adi, Ketua Gapeksindo Trenggalek. foto: HERMAN/ BANGSAONLINE

TRENGGALEK, BANGSAONLINE.com - Ketua DPC Gabungan Pengusaha Konstruksi Indonesia (Gapeksindo) Kabupaten Trenggalek Ganif Tanto Adi menilai proyek pemeliharaan berkala jalan Ngampon - Bendo merupakan proyek gagal bangunan.

Alasannya, di beberapa titik ruas jalan Ngampon - Bendo saat ini telah banyak terjadi kerusakan. Padahal, proyek tersebut baru saja dinyatakan selesai setengah bulan yang lalu, tepatnya 21 Desember 2020.

Baca Juga: Safari Infrastruktur, Bupati Trenggalek: Pembebasan Lahan Prigi-Munjungan Butuh Dana Rp200 M

Menurutnya, dalam pengerjaan sebuah proyek memang ada masa pemeliharaan setelah pekerjaan itu dinyatakan usai. Kendati demikian, ia menekankan agar masyarakat tidak terjebak dalam prosedur seperti itu.

"Kita jangan terjebak pada pola kalimat bahwa proyek ini dalam masa pemeliharaan. Memang betul ketika selesai dikerjakan lalu ada masa pemeliharaan selama 360 hari atau satu tahun pada proyek itu loh ya. Tapi apakah harus seperti itu cara mengerjakan proyek?," kata Ganif, Sabtu (9/1).

"Bila dalam masa pemeliharaan terjadi banyak kerusakan, kemudian oleh pihak penyedia jasa kerusakan itu lalu dibenahi dan terus saja pola seperti itu yang dipakai. Nah, ketika masa pemeliharaan habis kemudian terjadi kerusakan lagi, lalu siapa yang membenahi?," sambungnya.

Baca Juga: Bupati Trenggalek Tinjau Pembangunan Jalan di Kecamatan Pule

Karena itu, Ganif mempertanyakan perencanaan konstruksi proyek pemeliharaan berkala Ngampon - Bendo. Kata dia, sesuai dokumen lelang pada proyek tersebut, terdapat 4 persoalan yang harus dicermati.

"Yang pertama tentang timbunan tanah sedalam 40 cm yang harus menggunakan tanah pilihan, Yang kedua CTB yang memiliki ketebalan 15 cm, kemudian yang ketiga aspal lapisan bawah yang memiliki ketebalan 6 cm, dan yang keempat aspal lapisan paling atas yang memiliki ketebalan 4 cm," urainya.

"Sekarang saya mau tanya, seperti apa tanah pilihan yang dimaksud, sedangkan kita semua tahu, bahwa tanah di Trenggalek hampir seluruhnya berupa tanah lumpur," ujarnya seolah bertanya.

Baca Juga: Kepala ULP PBJ Trenggalek: Dari 44 Paket Lelang Pengadaan Barang dan Jasa, 29 Rampung

Menurut Ganif, bila tanah pilihan yang digunakan adalah tanah lumpur, maka bisa dipastikan bahu jalan tersebut tidak kuat menahan beban yang berat, apalagi bila dilalui truk dengan muatan yang besar.

Ganif juga menuding ketebalan aspal bagian atas tidak seperti yang tercantum dalam dokumen perencanaan, yakni 4 cm. "Kalau saya lihat ketebalan aspal di depan KUA Bendo itu tidak ada 4 cm. Prediksi saya kurang dari 4 cm," ungkapnya.

Ia berharap ke depan pengerjaan proyek pemeliharaan jalan kabupaten menggunakan metode pengerjaan seperti jalan nasional. Meski anggaran yang dibutuhkan lebih besar, namun kualitasnya lebih terjamin. 

Baca Juga: Ketua ULP Trenggalek Tak Hadir Saat Hearing dengan Komisi I, Ini Penjelasannya

Sehingga, rencana konstruksinya disesuaikan dengan ketersediaan anggaran. "Jadi seperti jalan Ngampon - Bendo jaraknya kan 6 kilometer, mungkin cukup dibangun separuh saja, karena menyesuaikan anggaran dan tahun depan harus dianggarkan kembali," pungkasnya.

Sekadar informasi, pengerjaan proyek pemeliharaan berkala jalan Ngampon - Bendo dibiayai dari DAK (Dana Alokasi Khusus) yang bersumber dari APBD Trenggalek Tahun 2020 senilai 12,7 miliar. (man/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO