Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
50. Wa-idz qulnaa lilmalaa-ikati usjuduu li-aadama fasajaduu illaa ibliisa kaana mina aljinni fafasaqa ‘an amri rabbihi afatattakhidzuunahu wadzurriyyatahu awliyaa-a min duunii wahum lakum ‘aduwwun bi/sa lilzhzhaalimiina badalaan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (Iblis itu) sebagai pengganti (Allah) bagi orang yang zalim.
TAFSIR AKTUAL
Makhluq itu ada dua: berakal dan tidak berakal. Makhluk berakal ada dua: terlihat dan tidak terlihat. Makhluk tak terlihat itu ada dua: Malaikat dan Jin. Manusia itu makhluq berakal dan terlihat. Sedangkan makhluk terlihat dan tidak berkal juga ada dua: hewan dan jamadat, benda mati.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Syetan itu bukan makhluq, melainkan power buruk yang low energi, mudah menyusup dan mudah dihalau. Makanya, siapa pun yang berbuat keburukan, maka dia syetan atau kemasukan syetan. Bisa manusia (syayathin al-ins), bisa jin (syayathin al-jinn). Jin itu sama dengan manusia, ada yang shalih dan ada yang durhaka.
Jika manusia punya tata kerja, pemerintahan, organisasi, perkumpulan dalam mengemban amanat dan menjalankan misi, maka Iblis juga demikian. Berikut sebagian kementerian dalam pemerintahan Iblis:
Pertama, Menteri Zalanbur. Kementerian yang dipimpin Zalanbur ini membidangi pasar, mall, centra bisnis, dan lain-lain. Bukan untuk perdagangan dan komoditi, tetapi untuk penggodaan manusia saat bertransaksi. Didorong berbuat curang, dusta, menipu, dan lain-lain.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Makanya Rasulullah SAW pernah mewanti-wanti: "Kalian jangan sampai menjadi orang pertama masuk pasar atau orang terakhir keluar dari pasar". Maksudnya, jangan berlama-lama di pasar, kerja, belanja seperlunya, dan segera pulang. Di pasar banyak sekali godaan. Tapi Mall sekarang justru rasa rekreasi (?).
Itulah cerdiknya orang sekarang. Untuk itu, silakan sesekali mengajak keluarga dan anak ke mall, tapi jangan sering-sering. Jangan menanamkan moral Iblis di hati anak-anak melalui mall. Justru anak-anak harus diseringkan masuk masjid, majelis ngaji agar tertanam jiwa ketuhanan yang bagus.
Kedua, Menteri Tsabr. kementerian ini membidangi urusan emergensi, bencana, kematian, kecelakaan, wabah, dan lain-lain. Tapi bukan mengurus jasa raharja, melainkan memperburuk keadaan dengan mengobarkan protes dan keluhan kepada Tuhan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Manusia yang mendapat musibah tidak ditenangkan dengan sikap ridla, sabar, dan nerimo, melainkan dikompori agar kalap, dipanas-panasi agar menyalahkan Gusti Allah, sebagai tidak adil, tega, kurang apa saya ini, sudah shalat, puasa, ngaji, dll. kok masih begini dan diuji terus dan seterusnya.
Menteri Tsabr dan kroninya pasti segera sirna jika manusia menyuarakan "Inna li Allah wa inna ilah raji'un" dan dihayati mendalam. Ya, karena Tuhan hadir memenuhi jiwanya.
Ketiga, Menteri al-A'war. Kementerian ini membidangi dunia seksual dan nafsu birahi. Bukan untuk diarahkan ke pernikahan yang sah, melainkan dibisiki agar berselingkuh dan berzina. Zina itu nikmat dan asyik, murah dan meriah. Menu bisa berganti-ganti dan tidak membosankan seperti dalam pernikahan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Makanya, agama mensyariatkan pernikahan dan menjamin akan diberi kecukupan setelah menikah, meski sebelumnya miskin. Menikah ibarat membuka pintu rezeki. Menikah sama dengan mematikan misi Kementerian al-A'war. Seluruh pejabat dan pegawai di Kementerian al-A'war berduka setiap kali ada anak manusia melakukan akad nikah. Maka, terlalu lama membujang dikhawatirkan menjadi rekanan al-A'war.
Piranti-piranti zina sangat diproyeksikan dalam kementerian ini dan berbagai media dioptimalkan mengarah ke sana. Makanya, agama memerintahkan umatnya memproteksi diri, seperti menutup aurat, larangan memandangi wanita bukan mahram, pergaulan maksiat, goyang dangdut, joget erotis, video porno, dan lain-lain. Itu semua program yang ditawarkan Kementerian al-A'war. Hati-hati dengan gadget yang ada di tangan, jangan sampai kita menjadi follower al-A'war.
Keempat, Menteri Masuth. Kementerian ini membidangi pemberitaan dan informasi. Bukan untuk memberi penyuluhan kepada publik dan mencerdaskan, melainkan mengolah berita menjadi gosip, fitnah, dan ghibah. Asyik sekali mengomentari keburukan orang lain. Semakin buruk sebuah berita, itulah berita terbaik. Bad news is good news.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Makanya, agama melarang ghibah, membicarakan keburukan orang lain. Tuhan baru mau mengampuni dosa penggunjing, setelah yang digunjing terlebih dahulu berkenan memaafkan. Barang siapa yang menutupi aib orang lain, maka Tuhan akan menutupi aibnya.
Jadi, dosa yang dilakukan secara tersembunyi, tidak diperlihatkan, tidak terang-terangan, maka itu hak pribadi dan bukan konsumsi publik, maka tidak boleh dibicarakan. Haram dan itu ghibah. Dosa sembunyi ini mudah diampuni, karena Tuhan Dzat yang mudah dilobi. Sedangkan dosa terbuka, kayak artis jogetan, buka-bukaan di depan umum, maka itu boleh dibicarakan. Sebab pelakunya sengaja mempublik diri.
Dosa terbuka begini ini susah diampuni, karena sudah menyebar, viral, dan banyak saksi. Jika Tuhan memaaf, maka banyak yang protes dan itu pertimbangan tersendiri bagi Tuhan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Memetik Hikmah dari Kepemimpinan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman
Kementerian Masuth ini piawai sekali memanaj adu domba, hingga manusia bermusuhan dan berantakan. Sasarannya bisa pada pribadi, masyarakat maupun negara. Masuth inilah yang aktif merongrong NKRI, mengacaukan kesatuan dan memporak-porandakan persatuan.
Kelima, Menteri Dasim. Kementerian ini membidangi urusan dalam rumah tinggal. Bukan mengatur belanja dan pola hidup yang baik, melainkan memacu agar rumah tinggal kita penuh dengan hal-hal yang tidak ada manfaatnya menurut agama.
Banyak barang-barang bekas yang tersimpan dan mubadzir, sehari-hari ramai dengan musik, senda gurau, dan hiburan. Televisi dan ponsel lebih sering menyuarakan musik, nyanyian, dagelan, dan sebangsanya.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Keputusan Bijak untuk Sengketa Peternak Kambing Vs Petani
Menteri Dasim sangat membenci penghuni yang ketika masuk rumah mengucap salam atau kalimah-kalimah thayyibah. Benci sekali terhadap ayat al-qur'an yang dibaca, benci bacaan Basmalah saat penghuni rumah itu makan, minum, atau bersenggama.
Ya, sebab mereka kabur kepanasan jika basamalah atau kalimah thayyibah tersebut dibaca. Dasim & Co. tidak bisa gabung makan di rumah tersebut, tidak bisa minum, dan tidak bisa nimbrung menyetubuhi istri. Andai seseorang makan tanpa membaca basmalah lebih dahulu, maka mereka ikut makan. Jika ingat dan baca basmalah, maka semua yang sudah ditelan dimuntahkan.
Keenam, Menteri al-Abyadl. The White Satanic, syetan putih, kayak Mendikbud di negeri ini. Yaitu membidangi pendidikan dan pengajaran. Tapi tugasnya bukan meminterkan anak bangsa seperti yang dilakukan Kemendikbud di negara kita, melainkan mengganggu orang belajar, merecoki penunut ilmu, mengaji, kuliah, dan lain-lain.
Makanya, anak yang belajar, menghafal al-qur'an, yang menulis skripsi, tesis, disertasi itu cenderung malas, mengantuk atau banyak ganguan. Ulahnya anak selalu ada-ada saja. Kadang ngobrol sendiri saat guru mengajar, peserta majelis taklim main HP saat ustadznya berceramah.
Itu semua trick al-Abyadl dan trik macam itu pasti buyar seketika jika seseorang segera berdiri atau bertakbir: "Allah Akbar". Lalu cepat-cepat melakukan pekerjaan yang dituju.
Ketujuh, Menteri al-Aqyas. Kementerian yang dipimpin al-Aqyas ini khusus membidangi peribadatan. Bukan mendorong manusia aktif ibadah, shalat, dan lain-lain, melainkan menghambat dan mencegah. Utamanya urusan shalat dan ini prioritas utama.
Dari hambatan prashalat, seperti bangun tidur, ditunda dan nanti-nanti saja. Saat bersuci, wudlu sudah diganggu dengan malas, dingin, dsb. Jika wudlu, maka dikondisikan biasa saja, asal membasuh. Tidak perlu berdoa dan lain-lain. Tidak perlu shalat sunnah, "ah... sunnah saja kok...".
Makanya, agama mengajarkan agar kita berdoa sebelum dan sesudah tidur. Agama memerintahkan kita shalat khusyu'. Ulama' tashawwuf mengajari kita, untuk bisa shalat khusyu' - salah satu triknya - harus sudah khusyu' sejak wudlu, jangan bicara apapun hingga ke masjid sampai selesai shalat.
Menteri al-Aqyas bekerja sama dengan Menteri al-Walhan. Walhan bertugas membuat manusia mudah ragu. Tadi sudah batal atau belum. Dalam shalat, tadi sudah dapat dua rakaat atau tiga. Membuat orang tidak percaya diri dan waswas, sehingga apa yang dilakukan nanggung dan gagal. Itulah yang dimaui Walhan.
Kedelapan, Menteri Murrah. Murrah memimpin kementerian seni dan budaya. Obsesinya adalah melenakan orang beriman agar terus enjoy dalam bermusik, getol mengurus kesenian dan budaya. Memandang seni begitu tinggi dan sangat penting untuk lembut rasa, peka jiwa dan sebagainya.
Saking doyannya terhadap seni musik, mungkin karena itu sandang-pangannya, sampai-sampai ibadah membaca shalawat diiringi musik, kendang, gamelan, piano, dan sebangsanya. Lalu berdalil, bahwa ini gaya dakwah para wali dulu. Saat Nabi hijrah, dulu juga disambut " thal'al badru 'alaina...", musik rebana para gadis Madinah.
Ini rumusnya: Jika musiknya lebih diperhatikan, lebih dominan di hati ketimbang khusyu'nya membaca shalawat, maka itu sejatinya bernyanyi, cuma dalihnya bershalawat. Apalagi ada goyangan kecil, maka tersenyumlah menteri Murrah.
Murrah juga membisiki orang beriman agar memandang budaya itu kayak agama yang harus dilestarikan dan dijunjung tinggi. Makanya, yang jadi sasaran adalah para pejabat, karena dia yang punya kuasa melestarikan. Walau itu bertentangan dengan syari'ah, maka terus berjalan demi mengambil hati rakyat.
Kalau toh itu benar-benar syari'ah agama, jika ada dugaan historis terkait budaya, maka dibudaya-budayakan. Seperti berjilbab. Bagi ilmuwan yang terpengaruh bisikan Murrah, maka berjilbab dianggap budaya wanita arab yang tidak harus dipatuhi, cukup berpakain pantas saja sesuai budaya masing-masing. Jadi, kalau wanita dari suku Asmat, pedalaman Papua masuk islam, maka cukup pakai rumbai dan yang laki-laki cukup pakai koteka (?).
Sedangkan bagi orang beriman, maka jilbab dipandang sebagai pakaian desain Rasulullah SAW yang diamanahkan al-Qur'an. Buktinya, sebelum ayat hijab turun, sebelum ayat tutup aurat turun, pakaian wanita arab bebas dan sembarangan. Apalagi qaniyyah, artisnya, serba mempertotonkan lekuk tubuhnya. Sesungguhnya masih banyak kementerian Iblis yang lain, tapi tafsir aktual ini membatasi diri. (al-Jami' Li Ahkam al-Qur'an, Li al-Qurthuby : X/421).
*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News