Siti Khotidjah, Ibu di Bangkalan Ceritakan Kronologi Operasi Caesar Hingga Bayinya Meninggal

Siti Khotidjah, Ibu di Bangkalan Ceritakan Kronologi Operasi Caesar Hingga Bayinya Meninggal Ilustrasi tindakan operasi caesar kelahiran bayi.

BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Siti Khotidjah (35), warga Desa Perreng Kecamatan Burneh, Bangkalan, menceritakan kronologi dirinya menjalani operasi caesar di RSIA Syafii hingga sang bayi meninggal dunia.

Berawal pada 17 Desember 20 lalu, dirinya memeriksakan kandungannya ke RSIA Syafii, dan ditangani oleh dr. H. M. Taufik Syafii Sp.OG. Saat itu Khotidjah mengaku di-USG. Hasilnya dibacakan oleh dr. Taufik, bahwa kandungan sudah memasuki minggu ke 38-39 dan berat bayi diperkirakan 2,8 kilogram.

Baca Juga: Polisi Selidiki Dugaan Malapraktik Bayi Lahir dengan Kepala Terpisah di Bangkalan

"Berat badannya 2,8 kg, waktunya sudah matang karena sudah masuk 38-39 minggu. Kalau umur 40 minggu anaknya nggak diangkat, kurang sehat. Itu kata dr. Taufik dan bidan yang mengantar," jelasnya kepada BANGSAONLINE.com saat ditemui di rumahnya Kampung Karang Gajam, Desa Perreng, Rabu (20/1/21).

Namun menurut perhitungan Khotidjah sendiri, kandungannya baru memasuki bulan kedelapan. "Hanya kata bidan dan dokter kandungan sudah memasuki minggu ke 38-39, saya percaya. Katanya akhir bulan 12 sudah bisa diangkat, walaupun sebenarnya saya ragu," ucapnya.

Namun, Khotidjah tidak langsung meminta dilakukan tindakan operasi caesar karena masih menunggu keluarga. Apalagi, kandungan Khotidjah baik-baik dan tidak mengalami kontraksi selayaknya orang mau melahirkan.

Baca Juga: Soal Dugaan Malapraktik Bayi Lahir Kepala Terpisah, ini Pernyataan Kadinkes Bangkalan

Kemudian pada 26 Desember 2020, dia meminta bidan Desa Perreng untuk mengantarnya ke Dokter Taufik untuk dilakukan tindakan operasi caesar terhadap kandungannya, sesuai anjuran hasil pemeriksaan sebelumnya.

Saat datang ke RSIA Syafii, Khotidjah mengaku tidak merasakan sakit ataupun kontraksi. "Bahkan saya ke RSIA Syafii di Kepang, dari Kampung Karang Gajam Perreng naik sepeda motor dan nyetir sendiri, karena saya tidak merasakan apa-apa," ujarnya.

Sesampainya di RSIA Syafii, Khotidjah mengaku tidak diperiksa lagi kandungannya, hanya diambil darah dan tensi saja. "Kemudian langsung tanda tangan untuk operasi. Baru dilakukan tindakan operasi caesar pukul 10.30 WIB. Padahal, saya sampai di RSIA Syafii pukul 8 pagi," jelasnya.

Baca Juga: Dikeluhkan Lambat Layani Pasien, ini Jawaban RSUD Syamrabu Bangkalan

Menurut Khotidjah, setelah dilakukan tindakan operasi caesar, ternyata bayi laki-laki beratnya hanya 1,8 kilogram. Bahkan, lanjut Khotidjah dokter anak yang menangani waktu itu menjelaskan bahwa anaknya masih kurang umur alias belum saatnya lahir.

"Kata dokter anak, anak ini kurang umur, belum saatnya (lahir, red), walaupun dokter Taufik bilang sebelumnya kondisi kandungan 38-39 minggu dan berat bayi 2,8 kg, keluarnya 1,8 kg. Terus ke mana satu kilogramnya itu," ujarnya penuh tanda tanya.

"Dokter anak juga meminta saya banyak berdoa agar anak saya diberikan kesehatan, karena anak tersebut kurang umur. Anak tersebut tidak bisa menyusu, napasnya masih melalui mulut, bahkan puting susu saja belum timbul walaupun badannya berisi," terangnya.

Baca Juga: Dinsos Bangkalan Pindahkan Bayi Terlantar ke ​UPT Perlindungan dan Pelayanan Sosial Asuhan Balita

Yang juga membuat Khotidjah bertanya-tanya, Dokter Taufik tidak pernah memeriksa dirinya pasca melahirkan lewat caesar, kecuali saat hendak mau pulang pada Senin (28/12/20) lalu. "Padahal kalau saya di Dokter Mulyadi diperiksa setiap hari, karena dua anak sebelumnya melahirkan di dokter Mulyadi," ucap Khotidjah. (uzi/ian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO