SURABAYA, BANGASAONLINE.com – Bendahara Umum Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur Firman Syah Ali merespons positif pernyataan penceramah kondang KH Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) tentang makam Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Menurut Gus Miftah, ada empat fakta tentang makam Gus Dur sehingga tak bisa dibandingkan dengan Museum Presiden RI ke-5 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Kristiani Herrawati (Ani) di Pacitan Jawa Timur. Di antaranya, kotak amal di makam Gus Dur tiap bulan menyumbang fakir miskin minimal sebesar Rp 300 juta, di samping menggerakkan roda ekonomi masyakat seperti travel bus, rumah makan, dan pedagang kali lima di sekitar Pesantren Tebuireng.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
Dana kotak amal makam Gus Dur itu dikelola tersendiri oleh Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT). “Dan serupiah pun tidak diambil oleh pengurus makam dan tidak diambil oleh Pondok Pesantren Tebuireng,” tegas Gus Miftah. Artinya, semua dana dari para pezirah makam Gus Dur dan Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari itu disedekahkan untuk para fakir miskin pada masyarakat luar di luar Pesantren Tebuireng. Termasuk para anak sekolah di luar Pesantren Tebuireng yang tak mampu bayar SPP.
Karena itu, Cak Firman – panggilan Firman Syah Ali - mempertanyakan manfaat rencana pembangunan museum SBY-Ani. “Museum SBY-Ani apa (manfaatnya),” tanya Firman.
Baca Juga: Silaturahmi Kebangsaan di Kediri, Gus Miftah Sebut Vinanda-Gus Qowim Calonnya Prabowo
Seperti diberitakan BANGSAONLINE.COM, Gus Miftah menilai Rachland Nashidik, Wakil Sekjen Partai Demokrat, gagal paham karena membandingkan makam Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan Museum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Kristiani Herrawati (Ani) di Pacitan Jawa Timur.
“Saya pikir, ini perbandingan yang tidak sepadan,” tegas Gus Miftah dalam akun instagram pribadinya: @gusmiftah.
Menurut Gus Miftah, ada empat fakta kenapa antara Makam Gus Dur dan Museum SBY-Anni tak bisa dibandingkan.
Baca Juga: Jelang HUT ke-79 TNI, Komandan Kodiklatal Pimpin Ziarah ke Makam Bung Karno
Fakta pertama, jelas Gus Miftah, makam Gus Dur itu satu komplek dengan makam kakeknya, Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari (Mbah Hasyim Asy’ari) di Pesantren Tebuireng. Artinya, makam itu sudah ada sejak lama. “Dan yang perlu dicatat, Mbah Hasyim adalah pahlawan nasional,” kata Gus Miftah.
Fakta kedua, kata Gus Miftah, dana yang disalurkan pemerintah itu untuk membangun sarana dan prarasana di sekitar makam Gus Dur, bukan untuk membangun makam Gus Dur. Kenapa pemerintah harus membangun sarana dan prasarana di sana? Karena begitu banyaknya antusiasme jamaah (masyarakat) ingin berziarah ke makam Gus Dur dan makam Mbah Hasyim.
“Ribuan (orang) saben hari,” kata Gus Miftah yang pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji Sleman Yogyakarta itu.
Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama
Fakta ketiga, jelas Gus Miftah, kotak infaq, kotak amal yang ada di makam Gus Dur, setiap bulan mampu menyumbang panti asuhan dan duafa (orang lemah, fakir miskin-Red), minimal Rp 300 juta.
“Maka dulu saya pernah pengajian (bilang) Rp 150 juta, saya diprotes oleh pengurus makam. Gus, bukan lagi Rp 150 juta, tetapi Rp 300 juta! Dan serupiah pun tidak diambil oleh pengurus makam dan tidak diambil oleh Pondok Pesantren Tebuireng,” tegas Gus Miftah.
Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu
Fakta keempat, kata Gus Miftah, makam Gus Dur mampu menggairahkan perekonomian umat. “Semuanya bergerak. Dari bus, perusahaan bus yang laku, kemudian rumah makan yang laku, pedagang-pedagang di sekitarnya yang laku,” kata Gus Miftah.
Karena itu, Gus Miftah berkesimpulan, jika sekarang ada orang (politisi Partai Demokrat) membandingkan museum SBY-Ami Yudhoyono di Pacitan dengan makam Gus Dur yang ada di Jombang berarti gagal paham. “Artinya, kalau sekarang ada orang memperbandingkan antara pembangunan Museum di Pacitan dengan komplek makam Gus Dur di Jombang, saya pikir dia gagal paham,” pungkas Gus Miftah.
Seperti ramai diberitakan, cuitan Rachland Nashidik di twitter sempat ramai. Gara-gara membela Museum SBY-Ani di Pacitan karena diserang politisi lain, Rachland Nashidik lalu membandingkan dengan makam Gus Dur.
Baca Juga: Ziarah ke Makam Pendiri NU, Khofifah: Gus Dur dan Gus Sholah itu Guru Saya, Beliau Sosok Istimewa
"Tak ada yang salah dengan Museum Kepresidenan. Kita punya Museum Bung Karno dan Amerika Serikat punya museum dari presiden-presidennya. Museum adalah jejak bagi ingatan sejarah, bisa juga rujukan bagi standar pencapaian pada suatu bangsa. Dan obyek wisata bagi pendapatan daerah.
Pertama, bukan museum keluarga. Kedua, inisiatif pendanaan datang dari Pemprov itu juga cuma sebagian. Terbesar berasal dari sumbangan dan partisipasi warga.
Ketiga, sebagai pembanding, anda tahu makam Presiden Gus Dur dibangun negara?" tulis Rachland Nashidik sembari menyematkan tautan berita.
Baca Juga: Persiapan Konferwil NU Jatim Capai 100 Persen, Pembukaan Siap Digelar Malam ini
Namun Rachland Nashidik akhirnya minta maaf setelah banyak yang protes karena ia tak pakai data akurat. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News