Ingin Indonesia Maju, Mereka pun Jadi Relawan Militan Vaksin Nusantara

Ingin Indonesia Maju, Mereka pun Jadi Relawan Militan Vaksin Nusantara Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Rombongan ini memang militan. Mereka rela bolak-balik Surabaya-Jakarta. Hanya ingin jadi relawan atau obyek penelitian .

Alasannya sederhana, tapi mendasar. Ingin Indonesia maju.

Loh? Silakan ikuti tulisan Dahlan Iskan,wartawan kondang itu di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com hari ini, Rabu 5 Mei 2021. Selamat membaca:

MEREKA harus bolak-balik Surabaya-Jakarta. Tiap minggu. Untung sudah ada jalan tol. Kemarin, mereka ke Jakarta lagi –untuk kali yang ketiga.

Begitulah konsekuensi menjadi relawan dari luar Jakarta. Atas biaya sendiri –saya tinggal mengadakan busnya.

Sebenarnya mereka sudah diberi penjelasan panjang lebar. Agar jangan memaksakan diri. Yakni ketika untuk kali pertama ke Jakarta: bahwa mereka harus berkali-kali ke Jakarta.

Mereka diingatkan harus mempertimbangankan diri baik-baik.

Waktu pertama ke Jakarta itu 30 orang. Semuanya tetap mau jadi relawan –kecuali satu orang. Sebenarnya ia juga ingin sekali. Tapi ia merasa akan terlalu sering meninggalkan pekerjaan.

Dari yang mau dan mau itu barulah RSPAD mengadakan seleksi. Dengan cara mengambil darah mereka. Tidak semua bisa memenuhi syarat sebagai objek penelitian.

Dari seleksi itu diketahuilah ada yang sudah punya imunitas tinggi. Ada pula yang sedang dalam keadaan sakit khusus. Atau sedang dalam masa minum obat tertentu secara terus-menerus.

Yang ingin hamil mestinya juga tidak diterima, tapi di antara kami tidak ada yang tidak lolos dengan alasan ingin hamil. Mereka bersedia menahan nafsu selama menjadi objek penelitian –atau harus mengenakan kondom.

Akhirnya 15 orang yang lolos bisa jadi objek penelitian. Dari 15 itu yang 4 orang tinggal di Jakarta: seorang wanita pembaca Disway, seorang pengusaha UMKM yang karena gigihnya saya beri gelar wanita Disway, ayah teman saya yang kini tinggal di New York –berarti mertua pencipta lagu Lilin-lilin Kecil, James F Sundah.

Yang 11 orang dari Surabaya itu kemarin ke Jakarta naik bus wisata. Senin petang, setelah berbuka puasa, mereka berangkat. Sepanjang malam di jalan tol. Jam 6 pagi sudah tiba di Cawang. Mereka masuk hotel di situ –milik sang mertua tadi. Mereka senam-dansa di halaman hotel itu: 20 lagu. Siangnya baru ke RSPAD.

Ke Jakarta yang pertama dulu hanya untuk seleksi dan pengambilan darah –setelah melalui berbagai pemeriksaan kesehatan.

Darah itulah yang diproses di lab di RSPAD. Hanya untuk diambil sel dendritiknya. Sel dendritik itu lantas diproses. Agar memiliki imunitas terhadap Covid –termasuk akan menjangkau varian-varian baru Covid-19.

Minggu berikutnya mereka ke Jakarta lagi. Sel dendritik yang sudah memiliki imunitas itu disuntikkan kembali ke mereka. Saya ikut disuntik meski bukan sebagai objek penelitian.

Begitu disuntik mereka kembali lagi ke Surabaya. Jam 4 subuh mereka baru tiba. Sebagian langsung menuju tempat senam kami di Rumah Gadang, Injoko, Surabaya.

Selama seminggu di Surabaya itulah sel dendritik yang disuntikkan tadi "mengajar" sel-sel di dalam tubuh. Agar sel-sel di tubuh itu bisa ikut memiliki imunitas.

Apakah selama seminggu itu mereka sudah memiliki imunitas yang cukup?

Itulah. Mereka harus diperiksa. Karena itu kemarin mereka ke Jakarta lagi. Diambil darah lagi. Dari pemeriksaan itu akan diketahui siapa yang sudah punya imunitas. Lalu seberapa banyak imunitas tersebut.

Mungkin –asumsi saya– mereka belum akan diberitahu hasilnya. Sewaktu disuntikkan kembali ke tubuh mereka minggu lalu tentu dosisnya tidak sama. Itu untuk mengetahui pada dosis berapa itu dianggap paling ampuh.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO