SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Warganet heboh saat BANGSAONLINE.com memuat tulisan Dahlan Iskan tentang Dian Islamiati Fatwa, putri AM Fatwa, tokoh Muhammadiyah dan juga politisi Partai Amanatul Nasional (PAN).
Muncul pro-kontra. Terutama soal Dian mau nikah dengan bule Kristen Australia.
Baca Juga: Khofifah: Muhammadiyah Pilar Kemajuan Bangsa dan Umat
Padahal, kata Dian, ayahnya tak marah. Ia dan ayahnya hanya berbeda pandangan dalam xenophobia.
Yang menarik, dari komentar yang muncul justru banyak bertanya - atau lebih tepatnya mempersoalkan - kok yang dipajang foto Dahlan Iskan, bukan foto Dian Islamiati Fatwa. Jadi warganet salah fokus (salfok) pada foto.
Padahal foto Dahlan Iskan itu dipasang karena penulis artikel tersebut adalah Dahlan Iskan, wartawan kondang yang mantan menteri BUMN itu.
Baca Juga: Menangkan Pasangan SAE, Ratusan Kader dan Pengurus DPD PAN Sidoarjo Rapatkan Barisan
Seperti ditulis Dahlan Iskan, Dian terlihat cerdas ketika menjawab pertanyaan agak pribadi dan sensitif.
“Itu soal perbincangan hangat di kalangan aktivis Islam garis lurus. Yakni tentang dua tokoh besar Islam: Prof Dr Nurcholish Madjid, sang pembaharu dan AM Fatwa, sang pembela kebenaran,” tulis Dahlan Iskan.
Putri Nurcholish Madjid kawin dengan seorang bule Yahudi di Amerika Serikat. Putri AM Fatwa akan kawin dengan seorang bule Kristen di Australia.
Baca Juga: Polemik Perjalanan Dinas dan AKD di DPRD Kota Kediri Berlanjut
Menurut Dahlan Iskan, Dian itu 100 persen Fatwa –kecuali dalam memandang Xenophobia.
"Di pandangan xenophobialah yang saya berlawanan dengan ayah," ujar Dian. "Tapi wajar. Exposure yang dihadapi ayah kan tidak banyak. Sementara saya mendapat kesempatan berdialog, bertemu dengan orang dari berbagai belahan dunia sejak remaja," tulisnyi. Tapi perbedaan pandangan itu, kata Dian, justru lebih memberi makna. "More worldly," katanyi.
Apakah ayah marah waktu itu? "Enggak ha ha ha, ketakutan ayah saja," tulisnyi. "Bule juga manusia, ciptaan Tuhan," tambahnyi.
Baca Juga: Dituding Murtad, Dahlan Iskan Jawab dengan Shalat
Sebelumnya, Dahlan Iskan menulis bahwa Dian diterima di ABC Australia. Dian dulunya memang kuliah di Australia. Bahkan sejak SMA. Dian kerasan di sana. Sampai 18 tahun. Bahkan berhasil masuk ke jajaran eksekutif ABC.
"Saya bisa masuk di jajaran eksekutif karena saya perempuan. Tidak lahir di sana. Bahasa Inggris bukan bahasa pertama. Ini yang dicari. Ranking perusahaan akan naik bila kehadiran diverse background muncul dalam manajemen, bukan didominasi kulit putih," tulisnyi pada Disway.
Dian sudah sangat nyaman di sana. Bahkan setiap kali bertemu orang Australia di Jakarta selalu ditanya: kapan pulang. Dian sudah dianggap orang Australia. Pulangnya ke Australia. Dia juga merasa dihargai di sana. Sampai pun menjadi kepala departemen Asia Tenggara di ABC.
Baca Juga: Blusukan di Kelurahan Tosaren, Bunda Fey Mampir ke Sumber Bulus dan Perajin Batik Djajawarsa
Tapi akhirnya Dian harus pulang.
Dian harus hidup di Jakarta.
“Itu untuk memenuhi wasiat bapaknyi. Wasiat itu disampaikan AM Fatwa menjelang beliau meninggal. Bahwa Dian harus pulang,” tulis mantan menteri BUMN itu.
Baca Juga: Vinanda-Qowim Tegas Diingatkan Muhammadiyah Kota Kediri untuk Sampingkan Kepentingan Kelompok
Bahkan Fatwa sempat ke Melbourne untuk meminta Dian pulang.
Mengapa harus pulang?
"Untuk mengabdi ke negara sendiri. Juga untuk meneruskan perjuangan di bidang politik," ujar Dian mengenai isi wasiat itu.
Baca Juga: Kantor Pertanahan Kabupaten Pasuruan Jadi Tuan Rumah Monev Kanwil Jatim
Dian pulang.
Dia sempat merawat ayahnyi di rumah sakit sampai sang ayah meninggal 14 Desember 2017. Di usia 78 tahun.
Karir terakhir sang ayah adalah anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Dapil Jakarta Raya.
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Sejak itu Dian tidak balik ke Australia. Di samping tetap menjadi wartawan Dian mulai menjadi politisi –memenuhi wasiat sang ayah. Kini dia menjabat Wakil Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) –ayahnyi salah satu pendiri PAN dan aktivis Muhammadiyah. Pemilu yang lalu Dian mulai jadi Caleg PAN di dapil Jakarta. Tapi gagal. Dia masih terlalu baru di lahan itu. Di Jakarta Utara nama AM Fatwa sangat terkenal –lebih terkenal dari di kampung asalnya sendiri, Makassar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News