MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur, Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., merespon kasus tiga orang meninggal setelah divaksin AztraZeneca. Menurut Kiai Asep, makin banyaknya efek negatif vaksin AstraZeneca tak lepas dari fatwa ulama yang menghalalkan vaksin kontroversial itu.
“Ya itu salahnya ulama, seperti MUI Jatim. Sudah jelas proses pembuatan vaksin AstraZeneca mengandung unsur babi dan ginjal bayi manusia yang diaborsi kok masih dihalalkan. Siapa pun kalau berpikir manusiawi tak akan mau divaksin AstraZeneca, karena tak manusiawi,” tegas Kiai Asep kepada BANGSAONLINE.com, Jumat (21/5/2021).
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
“Fatwa itu kan menjerumuskan Presiden dan Gubernur Jatim,” tambah Kiai Asep yang dikenal sebagai pendukung fanatik Presiden Joko Widodo-KH Makruf Amin dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Ia mengingatkan bahwa fatwa agama jangan dilatarbelakangi kepentingan duniawi, politik, dan ekonomi.
Seperti diberitakan HARIAN BANGSA, Menteri Kesehatan (Menkses) Budi Gunadi Sadikin saat berada di Bandung, Selasa (19/5/2021) lalu, menyebut ada tiga orang meninggal setelah divaksin AstraZeneca. Meski demikian, belum diketahui pasti apa betul penyebabnya karena gejala usai divaksin atau tidak.
Menurut Menkes, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) masih sedang diteliti. Ia mengungkapkan, vaksin AstraZeneca di Indonesia sudah didistribusikan dan disuntikkan pada 1,2 juta orang.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
Dari jumlah itu, yang paling banyak di Jawa Timur. Yaitu sekitar 600 ribu dosis dan Bali sekitar 500 ribu dosis. Sedangkan distribusi wilayah Jakarta sekitar 150 ribu dosis.
Kiai Asep minta Menkes dan Kepala Dinas Kesehatan Jatim tidak ragu untuk menyetop peredaran vaksin AstraZaneca. “Kalau ingin jadi bithonah (pembantu) presiden dan gubernur yang baik, tolong hentikan peredarannya,” pinta Kiai Asep.
Putra KH Abdul Chalim, salah satu ulama pendiri NU itu, lalu mengutip Hadits Nabi yang artinya bahwa setiap pemimpin akan dikelilingi oleh dua bithonah (pembantu), yatiu bithonah yang baik dan bithonah yang tidak baik.
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
“Kalau bithonah yang baik pasti tidak akan menjerumuskan presiden dan gubernur,” tegasnya
Kiai Asep mengingatkan bahwa agama itu nasihat bagi manusia. “Addinun nashihah. Agama itu nasihat. Kalau diikuti akan baik dan nyaman. Tapi jika dilanggar akan membuat kita tidak nyaman,” tegas kiai miliarder yang dermawan dan gemar bersedekah itu.
Ia mengaku sudah lama berpikir efek negatif Vaksin AstraZeneca. “Sejak MUI Jatim menghalalkan AstraZaneca saya sudah berpikir, malapetaka apa yang akan ditimpakan Allah kepada bangsa Indonesia. Ternyata malapetaka beruntun. Termasuk gempa bumi di Malang, tenggelamnya kapal Nanggala 402 dan lainnya,” tambah Kiai Asep.
Baca Juga: Kampanye Akbar, Tak Banyak Pidato, Khofifah dan Gus Barra Sibuk Bagi Souvenir & Borong Kue Pengasong
Menurut Kiai Asep, ditinjau dari lima tujuan syariat, ada dua prinsip penting yang dilanggar oleh penghalalan Vaksin AztraZeneca. “Yaitu hifdzud din (menjaga agama) dan hifdzun nafs (menjaga jiwa),” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
Ia kembali mengingatkan paparan Dr. Ir. Hj. Mulyorini R. Hilwan, M.Sc., dalam ‘Sarasehan tentang Vaksin AstraZeneca’ di Gedung Pascasarjana Institut KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto, Ahad (4/4/2021).
Sarasehan yang dikoordinasi Gus Zuhri, Ketua Komisi fatwa MUI Mojokekto itu, diikuti 22 Ketua Komisi Fatwa MUI kabupaten dan kota seluruh Jawa Timur. Bahkan Ustadz Ainul Yaqin, mantan sekretaris MUI Jatim yang kini Wakil Ketua MUI Jatim juga hadir sebagai pembicara.
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
Mulyorini R. Hilwan adalah auditor dari Direktorat Pelayanan Audit Halal Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Pusat.
Menurut Mulyoni, proses pembuatan Vaksin AstraZeneca bukan hanya menggunakan tripsin babi, tapi juga ginjal bayi manusia yang diaborsi. Penggunaan bayi manusia itu sudah berlangsung sejak sekitar lima tahun lalu. Dan ini merupakan tantangan bagi ilmuwan muslim untuk melakukan riset-riset.
Mulyorini yang berbicara secara virtual menjelaskan secara detail teknis proses pembuatan Vaksin AstraZeneca mulai awal hingga akhir lewat power point. Menurut dia, LPPOM MUI mendapatkan data itu dari dossier, yakni dokumen yang berisi bahan lengkap terkait Vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca. MUI mendapatkan dossier itu setelah melakukan audit dokumen di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indoenesia (RI).
Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga
“Jadi data itu sangat valid,” kata Kiai Asep. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News