SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya menggelar Webinar Bahasa Jurnalistik bertajuk 'Strategi Penulisan Artikel Ilmiah di Media Massa' melalui Zoom Meet dan juga live di kanal YouTube FKIP Unitomo, Sabtu (26/6/2021) pagi.
Webinar tersebut menghadirkan 3 narasumber yang menjadi pemantik diskusi, yakni Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Timur, Arief Rahman, serta dua mahasiswa Unitomo yang gemar menulis dari Prodi M.PBI FKIP Unitomo, Sri Wahyuni dan Suci Ayu Latifah.
Baca Juga: Konferwil AMSI Jatim, Ainun-Amir Terpilih Sebagai Ketua dan Sekretaris Periode 2024-2028
Ketua AMSI Jatim, Arief Rahman membagikan beberapa tips, supaya artikel yang disampaikan penulis dapat termuat di media massa. Seperti konten yang sudah dipersiapkan penulis dan konteks penulisan yang komunikatif.
"Intinya strategi supaya tulisan layak muat di media itu ada tiga, yakni konten, konteks, dan komunikatif. Kalau jurnal ilmiah di sisi komunikatifnya itu terkadang diabaikan," terangnya saat menyampaikan gagasan.
Menurut Arief, baik media cetak ataupun digital telah menyediakan ruang untuk masyarakat menyampaikan tulisannya, berupa kolom opini atau kolom khusus.
Baca Juga: Deputi Inklusi TPN dan Generasi Merdeka Ajak Perempuan di Jawa Timur Aktif pada Pemilu 2024
Kendati demikian, penulis tetap tak bisa menulis asal-asalan untuk menyampaikan opininya dalam bersikap atas suatu masalah. Tetapi berdasarkan hasil penelitian, observasi lapangan, dan juga bisa mengembangkan berita yang ngetren di masyarakat.
"Apalagi sekarang di media siber yang dicari adalah isu trending. Tidak kalah penting, penulisan itu harus memberikan kontribusi, public value. Perlu memberikan solusi. Harapannya lewat ruang opini dan kolom itu, bisa memecahkan masalah dan memberikan solusi," tuturnya.
Baca Juga: Jelang Tahun Politik, Polres Ngawi Terima Kunjungan Ketua KKD
Mengingat media massa dibaca oleh berbagai kalangan dengan latarbelakang yang berbeda, kata Arief, penulis diharap mampu menyampaikan pemikirannya melalui teks yang komunikatif dan bisa dicerna oleh semua orang.
"Judul dan lead (kalimat pembuka) itu harus dibuat semenarik mungkin, supaya dapat menarik pembaca dan tertarik membaca lebih lanjut. Yang paling mendasar ada pakai 5W 1H. itu harus ada di tulisan kita. harus disampaikan dengan bahasa yang baik dan benar," tambahnya.
Sedangkan, Sri Wahyuni menyampaikan, jika menulis artikel diperlukan rasa empati yang tinggi. Rasa empati yang tinggi tersebut harus diasah dengan cara terjun langsung ke lapangan, supaya dapat merasakan dan mempertajam tulisan.
Baca Juga: Tahun Politik, AMSI Jatim dan Polresta Banyuwangi Segera Bentuk Komite Komunikasi Digital
"Menulis artikel itu seperti kita menuangkan pikiran, gagasan. Karena menulis artikel yang sesungguhnya adalah menyampaikan pendapat, kritik, dan solusi. Jika ingin menulis artikel, rasa empati harus diasah terus menerus dengan cara terjun langsung ke masyarakat contohnya," cetusnya.
Sementara, Suci Ayu Latifah menegaskan, untuk bisa menembus media massa, penulis harus mampu mengenali ciri khas penulisan media massa yang menjadi sasaran.
"Untuk bisa tembus ke media, kenali media massa. Jadi ketika kita ingin memasuki dan mengenali media tersebut, kita harus terus membaca secara berkala di media tersebut," pungkasnya.
Baca Juga: Jelang 4 Tahun Kepemimpinan Khofifah-Emil, Tokoh Media hingga Pakar Komunikasi Beri Apresiasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News