BangsaOnline - Silaturahim para Rais dan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) di Pesantren Darussalam Blok Agung Banyuwangiternyata tidak hanya mendukung KHA Hasyim Muzadi menjadi Rais Aam dan KH Ir Salahuddin Wahid (Gus Solah) sebagai ketua Tanfidziah PBNU. Para kiai yang berasal dari enam PCNU (Bondowoso, Lumajang, Situbondo, Jember, Kencong dan Banyuwangi) itu juga menolak sistem pemilihan model Ahlul Halli Wal-Aqdi(Ahwa) yang disorongkan tim dari panitia Muktamar NU ke-33 di Jombang.
Penolakan itu semula disampaikan PCNU Bondowoso, Lumajang dan Jember. Namun kemudian menjadi sikap bersama yang disampaikan Ketua Tanfidziah PCNU Banyuwangi KH Masykur Ali. Pernyataan sikap ini kemudian diformulasikan KH Abdurrahman Usman selaku moderator.
Baca Juga: Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Banyak sekali alasan yang disampaikan para Rais dan Ketua PCNU itu. “Pertama, Tata Tertib (Tatib) Muktamar NU harus merujuk pada AD/ART. Sedang dalam AD/ART yang jadi dasar NU sekarangAhwa belum ada,” kata Kiai Masykur Ali.
Kedua, suasana NU sekarang tidak genting seperti Muktamar NU ke-27 pada 1984 di Situbondo. Ketiga, jika Ahwa dilakukan sama dengan menghilangkan hak PCNU sebagai pemegang pemilik suara. Apalagi PCNU ini sebenarnya sudah “Ahwa” atau “perwakilan” dari warga NU di bawah PCNU setempat. Keempat, kalau Muktamar NU ke-33 memutuskan Ahwa, maka pemberlakuannya harus pada Muktamar ke-34.
“Jadi enam PCNU itu menolak Ahwa dengan alasan-alasan itu,” kata Kiai Abdurrahman Usman kepada BangsaOnline.com.
Baca Juga: Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Seperti diberitakan bangsaonline.com, acara silaturrahim PCNU se-eks karesidenan Besuki (Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Kencong, Situbondo dan Lumajang) bersama Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid (Gus Solah) di Pondok Pesantren Darus Salam Blok Agung Banyuwangi pada hari Ahad, 8 Maret 2015, jam 19.00 Wib berjalan dengan penuh kekeluargaan.
Acara yang dihadiri Rais Syuriah, ketua PCNU dan pengasuh pondok pesantren ini, dipimpin oleh Ketua PCNU Banyuwangi, KH. Masykur Ali. Acara dimulai dengan sambutan Rais Syuriyah PCNU Banyuwangi sekaligus tuan rumah dan Pengasuh Pesantren Blok Agung, KH. Hisyam Syafaat.
Kiai Hisyam mengakusangat bahagia sekali atas kehadiran Gus Solah yang merupakan cucu pendiri sekaligus Rais Akbar NU Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.
Baca Juga: Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
“Karena abah kami, Kiai Haji Mukhtar Syafaat mondok sekitar 7 tahun di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan berguru pada Kiai Hasyim Asy’ari,” kata Kiai Hisyam Syafaat.
Karena itu Kiai Hisyam sangat berharap dan mengapresiasi jika NU nanti dipimpin kembali oleh keluarga pendiri NU. Artinya, Kiai Hisyam Syafaat sangat bangga jika Gus Solah mimpin NU ke depan.
Penolakan enam PCNU dalam acara silaturahim yang digelar di pesantren yang diasuh KH Hisyam Syafaat itu semakin menambah daftar panjang PCNU yang menolak sistem pemilihan Ahwadiberlakukan dalam Muktamar NU ke-33.
Baca Juga: Emil Dardak Dukung Muktamar NU ke-35 di Surabaya
Sebelumnya, seperti diberitakan bangsaonline.com, PCNU Surabaya, Malang, Sidoarjo dan beberapa PCNU lain juga menolak sistem Ahwa. Bahkan hampir semua PWNU luar Jawa menolak Ahwa diberlakukan dalam Muktamar ke-33 ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News