SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.A., mengaku prihatin dengan pernyataan Ade Armando, dosen Universitas Indonesia (UI), yang merendahkan dan menantang muslim pribumi dalam kasus sumbangan bodong Heryanti, anak bungsu pengusaha Tionghoa Akidi Tio, sebesar Rp 2 triliun kepada Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri.
“Kapolri harus panggil Ade Armando. Karena pernyataannya telah memperkeruh situasi. Dan itu menjadi beban Pak Jokowi. Kalimat-kalimatnya menyakitkan kami, bangsa Indonesia. Dalam situasi rakyat sengsara seperti sekarang, dia bikin pernyataan yang membuat hati umat Islam panas. Dia yang ngomong memang tak merasakan, tapi umat Islam dan bangsa Indonesia, seperti saya yang mendengarkan, sangat panas,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu kepada BANGSAONLINE.com, Jumat (6/8/2021).
Baca Juga: Di Hadapan Mendagri, Anggota DPR RI Ungkap Tumpukan Uang dan Pelanggaran ASN dalam Pilbup Mojokerto
Kiai Asep menyampaikan itu untuk mempertegas taushiahnya dalam acara salat malam dan istighatsah serta doa bersama terbatas yang digelar di kediaman Ning Imah, salah satu putrinya di lingkungan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Utara Surabaya tadi malam (Kamis/5/7/2021).
Dalam acara itu hadir KH Muhammad Roziqi, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang juga Ketua Baznas Jawa Timur, Dr KH M Sujak, Kepala Badan Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya dan para kiai lain, termasuk Kepala Kemenag Kota Surabaya.
Baca Juga: Jualannya Diborong Kiai Asep, Pedagang Pasar Pugeran: Kami Setia Coblos Paslon Mubarok
Acara salat malam itu digelar secara virtual dan dikuti para pengurus Pergunu seluruh Indonesia dan para santri serta alumni Pondok Pesantren Amanatul Ummah, termasuk yang sedang belajar di luar negeri.
Seperti diberitakan, Ade Armando melontarkan pernyataan panas. Ia memuji setinggi langit Heryanti saat putri pengusaha Tionghoa itu secara simbolik memberikan sumbangan sebesar Rp 2 triliun kepada Kapolda Sumsel Irjen Pol Eko Indra Heri. Sebaliknya ia malah merendahkan dan menantang muslim pribumi.
Dalam video itu Ade Armando memuji Heryanti setinggi langit. Menurut dia, Heryanti menyumbang Rp 2 triliun. “Sekali lagi Rp 2 triliun. Bukan Rp 2 miliar. Gak pakai pasir,” kata Armando.
Baca Juga: Jelang Debat Kedua Pilgub Jatim 2024, Khofifah Didoakan Kiai Asep
Yang membuat masyarakat panas ketika Armando kemudian merendahkan muslim pribumi yang merupakan mayoritas di Indonesia. “Ini satu lagi tambahan contoh yang bisa saya gunakan untuk menantang kelompok-kelompok muslim pribumi yang suka menjelekkan Tionghoa. Ini sumbangan pengusaha Tionghoa. Mana sumbanganmu,” kata Ade Armando kepada para muslim pribumi.
Konyolnya, sumbangan Heryanti yang digembar-gemborkan itu ternyata bohong alias bodong. Kapolda Sumsel sendiri akhirnya minta maaf karena kurang hati-hati. Lebih konyol lagi, ternyata Heryanti sendiri punya utang Rp 3 miliar kepada dr Siti Mirza Nuriah.
Baca Juga: Emil Dardak Puji Gus Barra Berilmu Tinggi, Punya Jejaring Luas, Rubaie: Dekengani Pusat
Kiai Asep yang dalam Pilpres aktif kampanye pemenangan Jokowi-KH Ma’ruf Amin hingga ke Hongkong, Taiwan, Malaysia dan seantero Indonesia itu menilai Ade Armando dan Deny Siregar lebih banyak mudlaratnya ketimbang maslahatnya bagi bangsa dan negara Indonesia. Sebab, mereka sering membuat pernyataan yang yang menyakitkan umat Islam dan bangsa Indonesia.
“Karena itu saya minta Kapolri memanggil mereka,” kata Kiai Asep berulang-ulang.
Menurut Kiai Asep, pernyataan Ade Armando dan Deny Siregar cenderung rasis karena mempertentangkan muslim pribumi dengan etnis Tionghoa. Dan itu sangat bahaya bagi keutuhan bangsa Indonesia. Karena bisa memicu konflik antar anak bangsa.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu mengingatkan bahwa etnis Tionghoa pernah punya sejarah negatif di Indonesia. Yaitu tatkala Prabu Kertanegara memotong telinga utusan Kubilai Khan (Cina) yang mau menjajah kerajaan Singosari.
Saat itu Kertanagera berang dan memotong telinga utusan tersebut. “Bilang sama rajamu, Singosari tak sudi dijajah Cina,” kata Prabu Kertanegara saat utusan Mongol itu datang agar kerajaan Singosari takluk pada Chung Kuo (Mongol).
Bahkan, menurut Kiai Asep, Raja Majapahit Raden Wijaya kemudian menghancurkan tentara Cina yang sebelumnya menang melawan Jayakatwang. Para tentara Cina itu dibantai saat bersenang-senang merayakan kemenangannya dengan umpan perempuan dan minuman keras.
Baca Juga: 3.000 Relawan Barra-Rizal Ikuti Bimtek Saksi, 20 Rombong Bakso, Tahu Thek dan Soto Gratis Ludes
Menurut Kiai Asep, peristiwa itu bisa terulang jika muslim pribumi terus diusik dan dibuat panas hatinya. Kiai Asep mengingatkan tentang teori spiral sejarah. “Sejarah itu bisa terulang kalau penyebabnya terulang,” kata kiai yang memiliki 12.000 santri itu.
Karena itu ia menilai pernyataan Ade Armando sangat bahaya. “Kalimat-kalimat itu menyakitkan kami, bangsa Indonesia. Jangan sombong, merasa tak ada yang berani mengingatkan. Sekarang kiai yang mengingatkan anda. Hati-hati,” kata Kiai Asep sembari minta agar Kapolri jangan membiarkan orang seperti Ade Armando memecahbelah bangsa Indonesia.
Kiai Asep mengungkapan bahwa banyak orang kaya muslim pribumi yang menyumbang kepada negara, termasuk dalam penanganan Covid-19. “Saya bukan konglomerat. Tapi tiap bulan bisa Rp 2 miliar saya sumbangkan harta saya untuk masyarakat terdampak Covid-19. Saya sudah 1,5 tahun ini tiap bulan menghabiskan Rp 2 miliar. Tolong Pak Ade Armando dan Pak Deny tunjukkan mana bukti konkret pengusaha Tionghoa yang katanya urunan dapat Rp 600 miliar. Bahkan katanya nyumbang Rp 2 triliun tapi ternyata hoax dan bohong,” katanya.
Baca Juga: Antusias Masyarakat Sambut Gus Barra Borong Dagangan di Pasar Trawas
Selain itu Kiai Asep minta agar jangan ada yang mengail di air keruh. “Rakyat sekarang menjerit. Sebagian kelaparan, sebagian penghasilannya menurun, dan sebagian bahkan kehilangan pekerjaan karena PHK,” katanya.
Tapi, kata Kiai Asep, masih ada yang mencoba bermain-main dengan situasi yang panas ini. “Mana dana alokasi desa itu kok gak turun-turun,” katanya sembari mengugkapkan bahwa ini bisa menimbulkan kecurigaan di masyarakat jangan-jangan dana itu diputar untuk diambil bunganya. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News