Kemenag Sumenep Relakan Madrasah An-Nuqayah Pindah Naungan

SUMENEP (BangsaOnline) - Ancaman pindah naungan yang dilakukan oleh pengurus Madrasah yang ada di bawah naungan pondok pesantren (ponpes) An-Nuqayah, Kecamatan Guluk-Guluk, ditanggapi positif oleh Kepala Kementrian Agama Sumenep, Moh. Shodiq. Bahkan, dirinya selaku pemegang tampuk kekuasaan di mengaku rela jika Madrasah yang ada di bawah naungan pondok pesantren (ponpes) An-Nuqayah, Kecamatan Guluk-Guluk, keluar dari nauangan .

”Masalah pindah dan tidaknya itu merupakan kewenangan pengelola madrasah, dan itu tidak menjadi masalah pada kami. Karena kami memberikan kebebasan penuh pada pihak sekolah. Jadi, silahkan jika Madrasah di An-nuqayah mau bernaung dibawah kemenag maupun di lembaga yang lain,” kata Shodiq Rabu (11/3).

Baca Juga: Warga Laporkan Oknum Guru di Sumenep yang Pakai Ijazah Palsu untuk Nikmati Gaji Selama 10 Tahun

Sebab, lanjut Shodiq pihaknya telah berupaya untuk menyelesaikan persoalan yang sedang terjadi di Madrasah An-Nuqayah. Salah satunya, pihaknya telah mengutus salah satu pengawas Madrasah Kecamatan Guluk-Guluk untuk menanyakan kebenaran isu jika Madrasah di An-Nuqayah mau memisahkan diri dari Kemenag.

Bahkan, jika isu yang sedang beredar itu benar, maka pihaknya dengan tegas menyuruh salah satu pengawas yang merupakan kepanjangan tangan dari untuk segera mencabut piagam Madrasah, dan meminta surat pernyataan memisahkan diri.

Pencabutan surat ijin operasional itu dilakukan untuk memperjelas status sekolah An-Nuqayah. Selain itu, untuk menghindari double anggaran, utamanya saat adanya bantuan dari pemerintah, seperti dana BOS dan sejumlah bantuan yang lain dicairkan.

Baca Juga: Kemenag Sumenep Gelar AKGTK

”Jika memang benar mau memisahkan diri dari kemenag, kami intruksikan agar piagam sekolahnya diserahkan,” terangnya

Ditanya soal penarikan sumbangan untuk kegiatan Ajang Kompetensi Seni dan Olahraga Madrasah (Aksioma), sebesar Rp 10.000 persiswa Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan RP 16.000 persiswa siswa Madrasah Aliyah (MA). Pihak Kemenag membenarkan masalah itu, dan sumbangan serta kegiatan Aksioma, merupakan kegiatan rutin dua tahunan yang digelar kantor wilayah (Kanwil) Jawa Timur, dan pihak Kemenag harus berpartisipasi dalam acara tersebut, serta mengirimkan utusannya.

Pada kegiatan Aksioma 2015 di Tuban, mengirim 90 peserta dari tingkat MTs dan MA. Selain itu Kemenag juga menyertakan pendamping atau official ke acara tersebut, sehingga biayanya membengkak dan dimintakan sumbangan pada Madrasah dibawah naungannya, meski tidak mengirimkan utusan. Masing-masing lembaga Madrasah dibawah naungan , harus mengirimkan utusannya maksimal 3 orang siswa, namun utusan dari ratusan Madrasah, masih diseleksi sebelum dikirim ke Jawa Timur.

Baca Juga: CJH Sumenep Bakal Berangkat pada Gelombang Kedua, Juni 2024

Karena sumbangan untuk kegiatan Aksioma terlalu besar, yakni Rp 10.000 persiswa MTs dan Rp 16.000 persiswa MA, Madrasah An-Nuqayah tidak berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, dan mengirimkan surat keberatan pada .

Dalam surat keberatan dengan Nomor surat 31/P3A/IV/1436 tertanggal 14 Februari 2015, yang ditanda tangani Ketua Biro Madaris, K. Moh. Naqib Hasan, dan K.M. Ainul Yaqin, Madrasah An-Nuqayah diperintahkan untuk tetap berkonsentrasi dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM), dan melakukan pembenahan administrasi madrasah.

Namun surat keberatan tersebut tidak di indahkan, sehingga Kepala MTs I An-Nuqayah, yakni K. Farid Hasan, selalu ditagih uang sumbangan Aksioma Rp 10.000 persiswa MTs, dan Rp 16.000 persiswa MA oleh Ketua Kelompok Kerja Madrasah (KKM). Sehingga pihaknya merasa risih dan berniat memisahkan diri Kemenag.

Baca Juga: Dugaan Pengadaan Kanopi Fiktif di Kemenag Sumenep Dilaporkan ke Polisi

Tragisnya, pihak menanggapi serius pernyataan Kepala MTs I An-Nuqayah. Padahal Kemenag belum pernah berkordinasi, dan tidak pernah memberikan masukan terkait masalah yang sedang dihadapi Madrasah An-nuqayah, tiba-tiba saja pihak kemenag mau mencabut piagam milik Madrasah An-nuqayah.

Akibatnya persoalan tersebut semakin meruncing, dan semakin memanaskan suasana. Pengelola Madrasah dipesantren An-nuqayah marah dengan sikap tidak mendidik .

”Ini sangat tidak logis, kok tiba-tiba pihak kemenag mau main serobot piagam madrasah, padahal sebelumnya tidak pernah kordinasi dengan kami, ini benar-benar tidak beres,” sesal Kepala MTs I An-Nuqayah K.Farid Hasan.

Baca Juga: Ditanya Anggaran Rp100 Juta untuk Revitalisasi Lapangan MAN Sumenep, ini Jawaban Kepala Kemenag

Seharusnya, pihak kemenag tidak terburu-buru mau mencabut piagam milik madrasah, melainkan pihak kemenag harus tahu permasalahan yang sedang dihadapi lembaga dibawah sehingga mau memisahkan diri. Baru setelah diketahui akar masalahnya, kemenag mencarikan jalan keluar untuk pemecahannya, tapi jika memang tidak ditemukan jalan keluar, maka tidak masalah mencabut piagam milik madrasah.

”Kalau seperti ini kan tidak mendidik namanya, padahal masih banyak waktu dan kesempatan untuk menemukan solusi,” pungkasnya.

Sementara Ketua Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Hairuddin, belum bisa dimintai keterangan, pihaknya mengaku masih berada di Kabupaten Pamekasan.

Baca Juga: Sudah Dianggarkan Rp100 Juta, Pengadaan Kanopi di Lapangan Basket MAN Sumenep Diduga Fiktif

”Saya masih ada di Pamekasan pak, jika ingin menanyakan masalah sumbangan Aksioma, serta jumlah MTs plus jumlah siswanya, kita ketemu besok saja,” katanya saat dihubungi melalui telepon selulernya oleh wartawan Rabu (11/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO