SUMENEP (BangsaOnline) - Meskipun polemik antara Pondok Pesantren An-Nuqayah Kecamatan Guluk-Guluk dengan Kementrian Agama (Kemenag) Sumenep telah menemukan titik terang, namun persoalan pelaksanaan Ajang Kompetensi (Aksioma) terus dipersoalkan.
Pasalnya, diantara hasil sumbangan yang dibayar oleh sekolah dibawah naungan Kemenag dari tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) dengan taksasi anggaran pelaksanaan Aksioma dinilai tidak rasional, yakni lebih besar hasil sumbangan daripada pembiayaan yang digunakan untuk ajang tersebut. Sehingga, pelaksanaan Aksioma berpotensi besar dijadikan ajang pesugihan untuk mempertebal kantong pribadi salah satu oknum yang tidak bertanggungjawab.
Baca Juga: Kemenag Sumenep Gelar AKGTK
"Bisa saja hal itu terjadi. Karena dilihat dari besaran sumbangan yang didapat dengan kebutuhannya, ada ketimpangan atau ketidaksesuaian," kata Kordinataor Jatim Coruption Watch (JCW) Abd. Rahman.
Sesuai rencana keuangan aksioma tahun 2015 ditingkat MA diperkirakan membutuhkan anggaran sebesar Rp 224.599.462. Rinciannya, untuk seleksi ditingkat kabupaten yang meliputi dana kesekretariatan, perlengkapan, Dokumentasi, Konsumsi, Honorarium, dan perlengkapan yang lain mencapai Rp.88.876.750.
Selain itu dana untuk pembinaan mulai dana transportasi pembina disetiap perlombaan yang dilakukan 1 kali selama 10 minggu Rp 12.570.000. Selain itu ditambah dana pelaksanaan selama lima hari mulai tanggal 7-11 Mei 2015, mulai dari dana transportasi, konsumsi, uang saku, seragam kontingen, dana kebutuhan saat pelaksaan lomba dan sejumlah dana transportasi lain mencapai Rp 112.457.500.
Baca Juga: CJH Sumenep Bakal Berangkat pada Gelombang Kedua, Juni 2024
Anggaran tersebut ditambah anggaran tak terduga atau cadangan sebanyak 5 persen dari jumah anggaran, yakni mencapai Rp 10.695.212.
"Dari sini kita sudah bisa membandingkan. Untuk dua jenjang saja, yakni MTs dan MA yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren An-Nuqayah sudah mencapai Rp 22.344.000, itu belum lembaga binaan Kemenag yang lain. Kami punya keyakinan hasil sumbangannya bisa membengkak," terang Rahman.
Pondok Pesantren An-Nuqayah adalah salah satu Pondok Pesantren terbesar yang berada di Kecamatan Guluk-Guluk. Pondok Pesantren An-Nuqayah membawahi banyak lembaga, mulai dari Madrasah Ibdidaiyah (MI) sampai MA yang jumlah siswanya mencapai ribuan siswa. Yakni untuk siswa MTs dan MA mencapai 3.780 siswa, rinciannya MTs I Putra 690 siwa, MTs I Putri 900 siswa, MTs II Putra 50 siswa, MTs III Putri 300 siswa. Sedangkan untuk MA I Putra sebanyak 500 siswa MA I Putri 1.100 siswa, MA II 90 siswa dan Madarsar Aliyah Tahfidz sebabyka 150 siswa.
Baca Juga: Dugaan Pengadaan Kanopi Fiktif di Kemenag Sumenep Dilaporkan ke Polisi
"Ada yang mengganjal dalam taksasi anggaran, dalam poin dukumentasi masih terdapat catatan pembelian Foto 3 Rol Film + Cetak sebesar Rp 750 ribu. Padahal saat ini sudah zaman digital, sehingga tidak usah beli rol film lagi. Jadi, kecurigaan kami semakin menguat jika acara aksioma hanya dijadikan bahan bancaan saja," katanya dengan penuh curiga.
Perlu diketahui, Aksioma merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Kemenag disetiap kabupaten/kota, pelaksanaan itu dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk menjaring atlit yang profesional. Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap dua tahun satu kali. Sedangkan penyelenggara kegiatan tersebut adalah KKM (Kelompok Kepala Madrasah).
Semua pembiayaan pelaksanaan Aksioma dibebankan kepada madrasah dengan cara dimintai sumbangan sesuai jumlah siswanya. Sumbangan yang bersifat wajib itu bervariasi, jika tingkat MTs Rp 10 ribu persiswa untuk jenjang MA Rp 16 ribu persiswa. Sumbangan tersebut berlaku bagi semua lembaga, baik yang akan berpartisipasi atau lembaga yang tidak mengirimkan siswa terbaiknya dalam acara Aksioma.
Baca Juga: Ditanya Anggaran Rp100 Juta untuk Revitalisasi Lapangan MAN Sumenep, ini Jawaban Kepala Kemenag
"Yang tidak habis pikir lagi, anggaran Aksioma di Sumenep sangat mahal dibandingkan di kabupaten lain. Informasinya, di Pamekasan setiap lembaga hanya dimintai sumbangan untuk MTs Rp 7 ribu dan MA Rp 10 ribu persiswa," ungkapnya.
Kepada Kemenag Suemenep Moh. Shodiq tekesan lepas tangan terkait anggaran pelaksanaan Aksioma. Sebab, penganggaran pelaksanaan kegiatan Aksioma dirinya masih belum menjabat sebagai kepala Kemenag.
”Kegitan Aksioma itu kan merupakan kegitan dua tahunan. Jadi, saya kurang begitu tahu soalnya saya masih belum menjabat sebagai kepala. Namun kemungkinan besar untuk seluruh madura anggarannya itu pasti sama,” katanya
Baca Juga: Sudah Dianggarkan Rp100 Juta, Pengadaan Kanopi di Lapangan Basket MAN Sumenep Diduga Fiktif
Selain itu, lanjut Shodiq anggaran pelaksanaan Aksioma telah dimusyawarahkan oleh KKM Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sehingga, pembiyaan pelaksanaan Aksioma itu ditanggung bersama oleh pengelola sekolah. ”Jadi, sangat tidak mungkin kalau anggaran itu dikatakan tidak rasional,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News