SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Wartawan Australia, David Jenkins, meluncurkan buku baru berjudul Young Soeharto: The Making of a Soldier, 1921-1945. Seperti dilansir Majalah Tempo terbaru (27 September 3 Oktober 2021), buku ini meneliti masa kanak-kanak dan remaja Soeharto.
David Jenkins - yang pada Orde Baru pernah dilarang masuk ke Indonesia karena mengungkap gurita korupsi Soeharto, juga menjelajahi tahun awal karier Soeharto saat menjadi tentara Belanda dan polisi Jepang.
Baca Juga: Khofifah Kader Ideologis Gus Dur, Loyalitas tanpa Batas
David Jenkins adalah wartawan The Sidney Morning Herald yang banyak menulis buku dan mewawancarai tokoh-tokoh besar Indonesia. Antara lain Wapres Adam Malik, wartawan Mochtar Lubis, tokoh militer Ali Sadikin dan Sumitro Djojohadikusumo serta lainnya. Bahkan Jenkins berhasil menembus Soeharto pada saat ia berusia 26 tahun.
“Dari buku ini, lahir gambaran tentang seorang bocah desa yang sejak kecil jauh dari asuhan orang tua, berpindah-pindah rumah tinggal, sempat dikaitkan dengan keluarga Istana Yogyakarta, hingga akhirnya menanak pengalaman di barak-barak militer pada masa kolonial,” tulis Tempo.
Yang menarik, buku yang terbit awal September 2021 itu juga memberi latar soal Islam abangan yang dianut Soeharto sejak kecil. Saat tinggal di Wonogiri, Soeharto remaja berkenalan dengan Romo Daryanto, seorang guru spiritual yang membawa pengaruh hingga Soeharto dewasa.
Baca Juga: Kenapa Gaya Jalan Khofifah sangat Cepat? Ini kata Pakar Bahasa Tubuh
“Soeharto berusia 14 tahun ketika dia bertemu dengan Daryatmo, seorang dukun yang dihormati dan memiliki pengaruh besar kepadanya. Tak perlu diragukan lagi kehangatan perasaan Soeharto terhadap Romo Daryatmo, yang mengajarinya meditasi dan kebatinan serta pertanian, mata pelajaran yang selalu dekat di hati Soeharto,” tegas Davis Jenkins.
Dalam sejumlah kesempatan, Soeharto kerap menyebut dirinya sebagai Islam abangan – merujuk pada kepercayaan Islam berbalut unsur tradisi yang kuat.
“Saat Pemilihan Umum 1977, Soeharto menerima Ignatius Joseph Kasimo, Frans Seda, dan beberapa tokoh lain dari Partai Katolik. Bahkan, sebelum mereka duduk, Soeharto lebih dulu berucap bahwa Islam adalah musuh bersama,” tulis Majalah Tempo.
Baca Juga: Penyebab Kerusuhan 1998 yang Tewaskan Mahasiswa Universitas Trisakti
Namun, saat bertambah usia, Soeharto mulai menunjukkan ketertarikannya pada Islam. Pada 1990, Soeharto mendukung terbentuknya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang dihimpun BJ Habibie.
Soeharto juga kemudian berhaji bersama keluarganya. Sekembali dari Mekah, dia mulai tampil lebih islami. Misalnya, dia mulai sering menggunakan kata bismillah saat member pernyataan public – hal yang dulu jarang ia lakukan. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News