MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Desa Gumeng merupakan salah satu desa di Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Desa ini berada di Lereng Pegunungan Anjasmoro yang dikenal memiliki medan berbukit-bukit.
Desa seluas sekitar 73.148 hektare ini sangat terpencil. Tidak ada akses jalan lagi yang menghubungkan desa ini dengan desa lainnya. Satu-satunya akses jalan masuk ke wilayah tersebut berupa jalan aspal selebar kurang dari 3 meter. Itu pun kondisinya memprihatinkan karena banyak sudah rusak.
Baca Juga: Polres Mojokerto Kota Ringkus Terduga Pelaku TPPO
Untuk berjalan ke sana, kita harus membelah hutan rimba. Tak ada penerangan di sepanjang jalan yang dilalui. Lampu jalan baru tersedia ketika kita menginjakkan kaki di gapura desa tersebut.
Yang membuat miris, kondisi kanan kiri jalan adalah jurang yang sangat dalam, sekitar 100 meter. Membuat mata siapa saja bergidik ketika melewati jalan tersebut, apalagi harus simpangan dengan mobil. Sedangkan di sisi lainnya adalah tebing gunung yang sangat tinggi sehingga rawan longsor.
Padahal desa ini pernah menjadi saksi bisu pertempuran pertempuran hebat antara Belanda dan Indonesia. Dari pihak Indonesia dipimpin oleh Ki Soenarjo, Bambang Jaewono. Menjadi saksi dari pertempuran berdarah tersebut, pemerintah mengabadikannya dengan mendirikan monumen perjuangan di depan kantor desa.
Baca Juga: Petakan Potensi Desa, Mendes Yandri: Harus Jadi Supplier Bahan Baku Makan Bergizi Gratis
Karenanya, warga Desa Gumeng berharap pemerintah daerah setempat berbaik hati dengan membuka akses lebih layak untuk masuk ke desa tersebut.
Sebab selama ini, kendaraan roda empat yang bersimpangan harus mengalah dan berhenti di bahu jalan yang di salah satu sisinya adalah jurang curam.
"Harapan kami jalannya makin lebar sehingga aktivitas keluar masuk makin lancar. Terutama kalau memuat hasil bumi," ujar Arifin, salah satu warga setempat.
Baca Juga: Polres Mojokerto Kota Tangkap Buron Penganiayaan
Desa Gumeng dihuni 439 jiwa. Perinciannya, 234 laki-laki dan 205 perempuan yang tergabung dalam 143 kepala keluarga (KK). Mayoritas warga desanya berprofesi sebagai petani dan buruh tani yang sangat bergantung akan kondisi alam dan hasil bumi. Untuk mengangkut komoditi hasil pertanian warga seperti pisang, ketela, singkong, jagung, padi, mbote, dan kacang-kacangan, dibutuhkan akses jalan yang mumpuni.
Sedangkan untuk masuk ke Gumeng, dibutuhkan waktu sekitar 20 menit dari Jalan Raya Gondang-Pacet. Dari jalan raya kita harus masuk sejauh sekitar 7 km.
Pertama kali menginjakkan desa ini, yang terpintas adalah pedesaan yang masih sangat tradisional. Banyak rumah-rumah warga yang terbuat dari papan kayu jati. Bak kehidupan masa lampau di zaman modern.
Baca Juga: Gus Barra dan Kiai Asep Borong Dagangan, Pedagang Pasar Kutorejo Bersyukur dan Mantap Pilih Mubarok
Untuk menjangkau siaran televisi pun tidak mudah. Sekdes Basuki mengungkapkan warga yang rumahnya berada di bawah harus menggunakan parabola. Selain itu, tidak semua jaringan telepon selular bisa masuk ke sana. Hanya ada beberapa sinyal provider saja yang bisa diakses.
Meski demikian, kini warga setempat bisa menikmati internet. Jaringan ini masuk sejak Kaesang, Putra Presiden Jokowi, merampungkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa tersebut.
Dengan lokasi yang lumayan jauh dari keramaian kota, Desa Gumeng memiliki lingkungan yang masih asri. Suasana pedesaan yang masih terasa kental karena adanya pepohonan dan persawahan yang luas serta kondisi sungai yang masih sangat jernih.
Baca Juga: Paslon Mubarok Komitmen untuk Wujudkan Pemerintahan yang Bersih dari KKN
Sehingga, Desa Gumeng menjadi salah satu desa yang mengembangkan potensi alam di bidang kehutanan. Sektor kehutanan merupakan sumber daya Desa Gumeng yang sangat penting untuk terus dilestarikan dan dimaksimalkan. Di antaranya bumi perkemahan dan jalur trail sebagai Objek Wisata Desa Gumeng.
Dengan potensi alam dalam sektor perkebunan, Warga Desa Gumeng memanfaatkan hasil kebun mereka menjadi makanan khas Desa Gumeng, yaitu Kripik Pisang Gumeng (Kemeng) dan Kripik Mbote. Di mana warga Desa Gumeng memanfaatkan kemajuan teknologi dalam proses pemasarannya, di antaranya melalui instagram @keripikgumeng.
Mengingat desa ini berada pada lokasi yang tidak padat penduduk, jumlah sekolah yang ada di Desa Gumeng hanya 1 unit SD, 1 unit PAUD, dan 1 unit Taman Baca.
Baca Juga: Khofifah Bangga, Industri Kertas Tisu di Ngoro Mojokerto Nyaris 100 Persen Berorientasi Ekspor
Mulai Dibuka
Pemkab Mojokerto secara bertahap mulai membuka pintu masuk ke Gumeng. Jalan Desa Kemasan Tani yang menjadi pintu masuk ke desa tersebut kini mulai dilebarkan.
Kabid Pemeliharaan Jalan dan Jembatan DPUPR, Hendri Surya mengungkapkan kini pihaknya memperlebar Jalan Kemasan Tani menjadi 5.5 meter. Lebih lebar dibanding sebelumnya yang hanya 3 meteran saja.
Baca Juga: Di Pelantikan Perhiptani Mojokerto Periode Baru, Bupati Ikfina Harap Adanya Generasi Muda Cinta Tani
Sebuah jembatan di desa ini juga turut dibedah. "Untuk jalan Kemasan Tani sepanjang 580 meter kita lebarkan 5.5 meter dengan jembatan 4 meter," urainya.
Pemkab setempat mengalokasikan anggaran Rp 2.7 miliar lebih untuk proyek pelebaran jalan dan jembatan itu. "Rencananya, jalan masuk ke Gumeng akan dicor sepanjang 7 km sampai Watu. Kita buka secara bertahap," imbuhnya.
Menurutnya, pembangunan Raya Gumeng masuk dalam perencanaan. Pihak pemdes setempat sudah mengusulkan untuk itu.
Baca Juga: Peringatan Maulid Nabi di Ponpes Sabiul Muttaqien, Khofifah: Gravitasi Kuat Syafaat Rasul
Pelebaran Jalan Gumeng nantinya akan banyak menemui kendala. "Kendalanya adalah lahan. Karena melewati hutan, perlu koordinasi dengan Perhutani. Namun dengan pembangunan itu akan membuka akses desa yang selama ini terisolir. Yang kedua lahan di sana akan terbuka," pungkasnya. (yep/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News