JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Pembukaan Museum Islam KHM Hasyim Asya’ri Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur menyedot perhatian publik. Masyarakat ingin tahu benda apa saja peninggalan Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan Pesantren Tebuireng yang dikenal sebagai pejuang kemerdekaan RI dan pahlawan nasional. Saya pun silaturahim ke kediaman Gus Riza Yusuf Hasyim, cucu Hadratussyaikh yang sangat rajin dan telaten mengoleksi benda-benda bersejarah. Terutama terkait Hadratussyaikh dan Pesantren Tebuireng. Saya sowan ke kediaman Gus Riza seusai mengikuti pembukaan Museum Islam Nusantara di Pesantren Tebuireng, Rabu 10 Nopember 2021, bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional. Di bawah ini saya menuliskan untuk pembaca BANGSAONLINE.com tercinta:
Salah satu bukti otentik sejarah perjuangan seorang tokoh adalah benda peninggalannya. Gus Riza Yusuf Hasyim, merupakan salah seorang dzurriyah Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari, paling aktif dan rajin mendokumentasikan momen bersejarah, terutama terkait Pesantren Terbuireng dan Hadratussyaikh.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu
Di kediamannya, di Geriya Kenanga, sekitar 500 dari Pesantren Tebuireng, banyak sekali benda-benda bersejarah Hadratussyaikh dipajang.
(CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, M Mas'ud Adnan, memegang tongkat Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari. Mas'ud Adnan (tengah) diapit Gus Riza Yusuf Hasyim (kanan) dan Gus Habib (kiri pakai baju batik).
Baca Juga: Aneh, Baca Syahadat 9 Kali Sehari Semalam, Dahlan Iskan Masih Dituding Murtad
Saya mendapat kehormatan untuk menyaksikan benda-benda legendaris itu di kediaman Gus Riza Yusuf Hasyim.
“Ini lemari Mbah Hasyim,” tutur Gus Riza Yusuf Hasyim kepada saya saat berada di ruangan tengah kediamannya. Lemari pakaian itu berukuran cukup besar. Tampaknya terbuat dari kayu jati. Kokoh sekali.
“Kalau ini lemari buku Mbah Hasyim,” tutur Gus Riza lagi. Lemari atau rak buku Hadratussyaikh itu tidak terbuka, tapi ada penutupnya. Yaitu kaca terang. Atau tembus pandang.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
(Lemari buku Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari. Foto: M Mas'ud Adnan/ BANGSAONLINE.com)
Tampak sekali bahwa Hadratussyaikh dalam memelihara kitab-kitabnya sangat hati-hati. Hadratussyaikh dikenal luas sebagai pecinta ilmu.
Baca Juga: Alasan Hadratussyaikh Tolak Anugerah Bintang Hindia Belanda, Kenapa Habib Usman Bin Yahya Menerima
Tak jauh dari lemari itu juga ada kursi. “Ini kursi Mbah Hasyim. Kalau yang di museum itu duplikatnya,” kata Gus Riza Yusuf Hasyim.
Selain itu, tentu saja tongkat Hadratussyaikh yang banyak diperbincangkan kiai dan warga NU. (Silakan baca laporan saya: Museum Islam KHM Hasyim Asy’ari, Dakwah Islam di Bumi Nusantara Hingga Tongkat Hadratussyaikh)
Di ruang tamu juga ada beberapa benda masak. Antara lain entong dan sebagainya.
Baca Juga: Disambut Antusias Warga Blitar, Khofifah: Pekik Allahu Akbar Bung Tomo Dawuh Hadratussyaikh
Gus Riza tidak hanya memajang benda-benda peninggalan Hadratussyaikh. Tapi juga benda peninggalan KHM Yusuf Hasyim, ayahnya. Antara lain pedang peninggalan Kiai Yusuf Hasyim.
Tentu pembaca BANGSAONLINE.com sudah banyak yang tahu siapa Kiai Yusuf Hasyim yang akrab dipanggil Pak Ud. Kiai Yusuf Hasyim adalah putra Hadratussyaikh.
Panggilan Pak Ud itu menunjukkan bahwa beliau sangat egaliter dan familiar. Maksud saya, betapa pun Kiai Yusuf Hasyim putra ulama besar dan bahkan pendiri NU, tapi tak selalu mengidentifikasi diri sebagai Kiai atau Gus. Kiai Yusuf Hasyim enjoy-enjoy saja dipanggil Pak Ud. Bahkan putra-putrinya juga memanggil Bapak.
Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama
Kiai Yusuf Hasyim pernah menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng dan anggota DPR RI. Selain itu tentu saja pengurus PBNU.
(Lemari Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari yang tampak sangat kokoh. Foto: M Mas'ud Adnan/ BANGSAONLINE.com)
Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu
Saat jadi anggota DPR RI itulah Kiai Yusuf Hasyim dikenal sangat vokal, terutama dalam mengontrol Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto yang dikenal sangat otoriter.
Namun meski secara politik Kiai Yusuf Hasyim berseberangan dengan Pak Harto, tapi secara pribadi tetap baik. Itulah salah satu ciri seorang negarawan.
Kediaman Gus Riza Yusuf Hasyim tampak didesain secara klasik dan artistik. Ada cita rasa seni yang cukup kuat. Sehingga membuat betah siapa pun yang berkunjung atau silaturahim.
Baca Juga: Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali
Apalagi viewnya sangat indah. Asri.
Memang letaknya agak masuk gang. Tapi luas dan penuh pepohonan. Rimbun lagi.
Yang menarik, kediaman Gus Riza Yusuf Hasyim terbuka untuk umum. Ada sekitar 7 penginapan berbentuk semacam resort. Semua penginapan itu berada di balik rerimbunan pohon. Suasananya pun terasa sangat natural.
“Ada satu paviliun,” tutur Gus Riza Yusuf Hasyim.
Belum banyak yang tahu tentang Geriya Kenanga itu. Para Alumni Pesantren Tebuireng juga banyak yang tak tahu kalau di sekitar Tebuireng ada penginapan yang cukup nyaman dan asri. Bahkan saya sendiri - yang juga santri Pesantren Tebuireng - baru kali ini sowan dan silaturahim ke kediaman Gus Riza Yusuf Hasyim. Padahal kediaman Gus Riza Yusuf Hasyim penuh historis. Peninggalan Hadratussyaikh. Otomatis penuh barokah.
(Gus Riza Yusuf Hasyim. Foto: M Mas'ud Adnan/BANGSAONLINE.com)
“Gus Riza tak mau promosi,” kata Gus Habib, yang selalu bersama Gus Riza, dalam menyukseskan visualisasi perjuangan Hadratussyaikh. Gus Habib adalah cucu KH Munasir, tokoh NU seangkatan Kiai Yusuf Hasyim. Kiai Munasir juga pernah menjadi pengurus PBNU.
Kiai Yusuf Hasyim dan Kiai Munasir adalah sahabat seperjuangan. Bahkan sering jalan bareng. Terutama dalam ceramah di tengah masyarakat.
Selama ini hanya alumni yang dekat Gus Riza Yusuf Hasyim saja yang tahu. Padahal penginapan ini untuk umum. Tapi beberapa tokoh internasional pernah menginap di Geriya Kenanga.
“Nakamura pernah nginap di sini,” ungkap Gus Riza Yusuf Hasyim.
Yang dimaksud Nakamura adalah Prof Mitsuo Nakamura, peneliti asal Jepang, yang banyak meneliti tentang NU dan Muhammadiyah. Nakamura mencuat populer setelah menyatakan akan mengubah disertasinya karena ternyata NU lebih demokratis ketimbang Muhammadiyah.
Di sekitar Tebuireng memang ada Hotel Hidayah. Tapi hotel itu bukan milik dzurriyah (keturunan Bani Hasyim Asy'ari). Dan juga tak ada hubungannya dengan Pesantren Tebuireng.
Kini Gus Riza Yusuf Hasyim bersama Badri, pelukis, dan Gus Habib sedang bekerja keras untuk mewujudkan visualisasi perjuangan Hadratusyyaikh. Ini program sosial sangat penting dan menarik disaksikan hasilnya. Apalagi pengerjaannya tidak sederhana.
Menurut Badri, visualisasi perjuangan Hadratussyaikh itu beberapa kali dibongkar.
“Sudah jadi skets tapi setelah ditanyakan kepada saksi sejarah ternyata salah. Ya, sudah kita skets lagi,“ katanya.
Lukisan kolosal itu memang tidak hanya berdasar imajinasi tapi melalui proses survei dan kesaksian sejarah. Perntashkhih dari para saksi sejarah.
Seperti apa yang diobsesikan? Silakan ikuti laporan serial saya selanjutnya di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com. (M Mas'ud Adnan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News