Beredar video yang memuat pernyataan seorang kiai mengaku keluarga Pesantren Lasem. Namanya Muhammad Ishaq Lasem. Ia menuduh Gus Dur Syiah dan sesat. Kelompok NU garis lurus memang tak pernah berhenti menyerang dan mencaci cucu pendiri NU Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari, meski sudah wafat.
Tapi benarkah Gus Dur Syiah? BANGSAONLINE.com menurunkan tanggapan KH Mukhlas Syarkun, penulis buku Ensiklopedi Gus Dur. Simak tulisannya di bawah ini:
Baca Juga: Puisi Prof Dr 'Abd Al Haris: Pimpin dengan Singkat, Gus Dur Presiden Penuh Berkat
Tulisan ini bermaksud memberi tanggapan atas tuduhan tersebut. Sebab tuduhan itu berpotensi memecah belah umat. Karena Gus Dur telah ada dalam hati mayoritas umat Islam Indonesia, khususnya warga nahdhiyyin. Terbukti setiap hari maqbaronya diziarahi sekitar 3-4 ribu peziarah. Jika musim libur sampai 5-6 ribu per hari.
Untuk mengawalinya saya tampilkan cerita yang relevan dari KH. Hasyim Muzadi, ketua umum PBNU dua periode. Menurut Kiai Hasyim, suatu saat beliau diminta oleh kiai-kiai NU tabayyun kepada Gus Dur. Soal apa? Soal Gus Dur dimandikan air bunga. Sebagian kiai keberatan karena akan muncul tuduhan macam-macam terhadap Gus Dur. Bahkan sudah ada yang menuduh sesat.
(KH Mukhlas Syarkun)
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Lalu Kiai Hasyim Muzadi menyampaikan aspirasi para kiai itu pada Gus Dur. Apa tanggapan Gus Dur?
“Begini kiai, saya ini santri kalimah tauhid (Lailaha illallah Muhammadur Rasulullah) telah tertanam sejak kecil. Masak iya bisa luntur hanya gara-gara disiram air bunga. Saya melakukan itu sekedar menghormati para pemimpin adat“.
Jawaban singkat Gus Dur itu bisa dipahami. Bahkan memuaskan para kiai bahwa tuduhan macam-macam termasuk tuduan sesat tidak benar adanya.
Baca Juga: Tak Ada Data, Keluarga Kiai Besari Minta Gus Miftah Tak Ngaku-Ngaku Keturunan Kiai Besari
Saya kira tuduhan Kiai Lasem itu tidak jauh-jauh dari kisah di atas. Apalagi tuduhan Gus Dur sesat yang dilontarkan Kiai Lasem itu soal Syi’ah. Perlu dipahami Gus Dur bukan Syi’ah, tapi Gus Dur memang pernah membela kuam Syi’ah karena menjadi korban persekusi, dan itu pada domain kemanusiaan, bukan masuk ranah aqidah.
(KH A Hasyim Muzadi. Foto: NUonline)
Memang Gus Dur sering berkelakar. Gus Dur mengatakan secara kultur NU itu sama dengan Syi’ah. Yang dimaksud ada kesamaannya itu ya soal tradisi, bukan soal aqidah.
Baca Juga: Kang Irwan Dukung Mbah Kholil, Kiai Bisri dan Gus Dur Ditetapkan jadi Pahlawan Nasional
Gus Dur juga pernah mengkritik kaum Aswaja yang terlalu terjebak pada soal fiqih dan Gus Dur memuji kaum Syi’ah yang sudah merambah dalam dunia falsafi. Lagi-lagi ini juga bukan soal aqidah, tapi Gus Dur mengajak kaum Aswaja untuk lebih progresif dalam berpikir menghadapi dinamika perubahan zaman yang memerlukan pendekatan falsafi tidak hanya nushus al-nash, tetapi juga ruhu al-nash.
Gus Dur sangat mengagumi Imam Khomaini, bukan berarti Gus Dur beraqidah Syi’ah. Tetapi Gus Dur mengaguminya karena keteguhannya melawan hegemoni Amerika atas Iran.
Pada sisi lain Gus Dur juga mengkritik keras Imam Khomaini karena perintah hukuman mati atas Salman Rusydi dan sikap-sikap Khomaini yang pada akhirnya lebih menonjolkan pada penguatan emosi keagaman yang feodal, bukan keterbukaan berpikir yang progresif dan demokratis.
Baca Juga: Isi Hari Tenang Kampanye, Khofifah-Emil Ziarah ke Makam KH Hasyim Asy’ari dan Gus Dur
Oleh karena itu, tuduhan Gus Dur sesat gara-gara penilainnya terhadap Syi’ah adalah tuduhan yang tidak berdasar karena Gus Dur hanya menyoroti dinamika tradsi pemikiran plus-minus dalam Syi’ah. Jadi bukan berarti Gus Dur beraqidah Syi'ah. Itu jauh panggang dari api.
Memang Gus Dur banyak berbeda dengan kebanyakan kiai NU. Itu tidak bisa diingkari, sebabnya menurut KH. Hasyim Muzadi, Gus Dur itu manhaji, falsafi, dan tasawufi. Sementara kiiai-kiai NU mayoritas masih terjebak pada qola waqiha, dari ta’bir ke ta’bir. Bukankah demikian ???
JAKARTA, 7 Maret 2022
Baca Juga: Sowan ke Tokoh Agama GKJW di Balewiyata Malang, Khofifah Napak Tilas Perjuangan Gus Dur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News