JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Najeela Shihab, psikolog yang juga kondang sebagai penulis buku pendidikan dan pendiri Sekolah Cikal, hadir pada Harlah ke-70 Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) di Hotel Aryaduta Jakarta, Kamis (31/3/2022). Putri ulama kondang Prof Dr KH M Quraish Shihab yang akrab dipanggil Elaa itu memang diundang panitia Harlah Pergunu untuk menyampaikan pidato manifesto pendidikan.
Penampilan perempuan cantik berhidung mancung itu cukup memukau para pengurus Pergunu yang hadir dari berbagai daerah. Bukan saja karena pengetahuannya cukup luas tentang pendidikan tapi juga karena cara penyampaiannya yang cukup elegan.
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Namun perempuan kelahiran 11 September 1976 itu justru mengaku kagum terhadap lembaga pendidikan yang dikelola para kiai NU.
“Di NU banyak sekali lembaga pendidikan yang menginspirasi,” kata Najeela Shihab di depan ratusan para guru NU yang tergabung dalam Pergunu.
Istri Ahmad Fikri Assegaf itu memuji Pergunu yang telah banyak berbuat nyata untuk bangsa. Ia bahkan mengaku sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan lembaga pendidikan di bawah naungan NU, termasuk Pergunu.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
“Saya paling siap untuk berkolabolasi bareng-bareng dengan yang lain,” kata kakak kandung jurnalis kondang Najwa Shihab itu.
Menurut dia, organisasi guru adalah tempat berkumpulnya para pemimpin pendidikan. Dan kini banyak sekali organisasi profesi guru.
“Tapi tak sebesar ekosistem NU,” kata Najeela Shihab yang juga dikenal sebagai pendidik Indonesia.
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
Yang menarik, ibu tiga anak keturunan Arab itu tertarik terhadap Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Yakni pesantren yang didirikan dan diasuh Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. Najeela bahkan berjanji kepada Kiai Asep akan segera silaturahim ke Pacet Mojokerto Jawa Timur.
“Syawal, habis lebaran ya Pak Kiai,” kata Najeela Shihab kepada Kiai Asep seusai acara. Kiai Asep langsung mengiyakan.
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA memotong tumpeng saat Harlah ke-70 Pergunu di Hotel Aryaduta Jakarta, Kamis (31/3/2022). Foto: MMA/bangsaonline.com)
Pesantren Amanatul Ummah memang populer. Banyak alumninya yang berprestasi. Bahkan diterima di berbagai perguruan tinggi favorit dan luar negeri.
Padahal, menurut Kiai Asep, pesantren yang ia dirikan itu dulu sempat ditertawakan orang. Kiai Asep menyebut seorang penceramah kondang dari Jakarta. Menurut Kiai Asep, penceramah itu heran melihat langkah Kiai Asep mendirikan pesantren di atas hutan.
Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga
“Saya punya 8 pesantren tapi semuanya rasional, akses jalannya gampang dijangkau dan strategis,” kata penceramah itu seperti diucapkan Kiai Asep. Sementara Kiai Asep justru mendirikan pesantren di daerah sepi yang jalannya sempit. “Apa monyet-monyet yang tadi saya jumpai di jalan itu yang akan jadi santrinya,” kata penceramah kondang itu.
Memang, menurut Kiai Asep, selain tempatnya terpencil juga fasilitas pendidikannya tak memadai. Saat itu Kiai Asep mengaku tak punya apa-apa.
“Tanahnya nyicil selama dua tahun. Sekolahnya di bawah terop. Kalau malam dindingnya ditutup kertas minyak agar tak dingin karena (Pacet) daerah dingin,” tutur Kiai Asep.
Baca Juga: Di Depan Pergunu Jatim, Kiai Asep Sebut Khofifah Cagub Paling Loman alias Dermawan
Namun, tutur Kiai Asep, tiga tahun kemudian Kiai kondang itu justru melakukan studi banding ke pesantren Amanatul Ummah. Artinya, Amanatul Ummah sudah berkembang jadi pesantren maju dan besar.
“Kini tanah saya sudah 100 hektar lebih. Banyak gedung yang saya bangun. Santrinya 10 ribu lebih,” kata Kiai Asep. Para guru NU yang berjumlah sekitar 300 orang itu berdecak kagum.
Kiai Asep juga bercerita tentang Pergunu. Menurut dia, Pergunu beridiri pada tahun 1952. “Tapi Pergunu sempat tidur panjang,” kata Kiai Asep yang disambut tawa para hadirin. Terutama pada era Orde Baru.
Baca Juga: Kiai Asep Tebar Keberkahan, Borong Dagangan di Pasar Dinoyo sampai Warga Mantap Pilih Mubarok
Kiai Asep lalu mengusulkan agar Pergunu bangun dari tidur panjang. Pada Muktamar ke-32 NU di Makassar, atas usul Kiai Asep, Pergunu diaktifkan lagi. Namun otomatis dari nol lagi.
“Sepuluh tahun yang lalu tidak ada apa-apanya,” kata Kiai Asep.
Dibawah kepemimpinan Kiai Asep Pergunu bergerak cepat. Maklum, semua biaya operasional Pergunu ditanggung dari uang pribadi Kiai Asep.
Baca Juga: Alumni Ponpes Lirboyo di Mojokerto Siap Menangkan Paslon Mubarok
Kiai Asep pun mengangkat pengurus Pergunu yang terdiri dari anak-anak muda.
“Saya dibantu anak-anak muda,” tutur Kiai Asep sembari menyebut beberapa nama, antara lain Dr Aris Laksono, Dr Fadly Usman, Ahmad Zuhri, Saefullah, dan nama yang lain.
Menurut Kiai Asep, anak-anak muda itu terjun ke daerah mendirikan pengurus wilayah dan cabang Pergunu.
“Menurut perhitungan saya, 514 cabang Pergunu telah berdiri. Tapi kata Pak Aris 572 cabang. Semoga yang benar apa yang dikatakan Pak Aris,” kata Kiai Asep yang disambut tawa.
Kiai Asep menjelaskan bahwa semua uang transport dan uang saku anak-anak muda itu ditanggung dirinya pribadi. Meereka pun senang, meski berhari-hari berada di daerah.
“Anak-anak muda itu kan senang kalau naik pesawat,” kata Kiai Asep. Lagi-lagi disambut tawa.
Kiai Asep memuji para anak muda itu. “Di tangan mereka inilah Pergunu bangkit,” kata Kiai Asep.
Selain menerjunkan anak-anak muda, Kiai Asep juga turun sendiri. Terutama untuk melantik para pengurus Pergunu di berbagai daerah. Tapi, kata Kiai Asep, kalau dirinya yang turun, acaranya selalu bertambah.
“Kalau saya yang turun, dari dua acara menjadi 6 acara. Bahkan kadang menjadi 12 acara,” kata Kiai Asep.
Kenapa acaranya selalu bertambah dan banyak yang mengundang?. “Karena tak berbiaya,” kata Kiai Asep yang lagi-lagi disambut tawa. Kiai Asep memang tak pernah membebani panitia yang mengundang. Sebaliknya, justru membiayai semua acara Pergunu,dan NU dan pengajian yang digelar para kiai.
Acara Harlah ke-70 Pergunu cukup semarak. Banyak tokoh hadir. Selain Kiai Asep dan Nazella Shihab juga hadir Dr KH Mujib Qolyubi, mantan Katib Syuriah PBNU, Dr Muhammad Ali Ramdhani, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, dan Dr Muhammad Zain Mag, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Ditjen Pendis Kemenag,
Saat menyampaikan manifesto pendidikan, Ali Ramdhani mengaku sangat takdzim terhadap Kiai Asep. “Setiap ucapannya ilmu kita. Setiap prilakunya tauladan kita,” kata Ali Ramdhani.
Sedemikian takdzimnya sampai Ali Ramdhani membatalkan acara lain yang sebenarnya lebih dulu mengundangnya. Ia mengaku harus hadir ke acara Pergunu karena sangat takdzim pada Kiai Asep.
“Membuat saya tak mampu untuk bergerak ke tempat lain,” kata Ali Ramdhani.
Ia juga mengaku sangat hati-hati dalam memilih pendidikan anak-anaknya.
Karena itu, “Saya titipkan anak saya di Amanatul Ummah,” kata Ali Ramdhani sembari mengatakan bahwa anaknya kini diterima di Universitas Indonesia. (mma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News