GRESIK, BANGSAONLINE.com - Serapan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Gresik tahun 2015 pada triwulan pertama yang sangat rendah, yakni baru 4 persen, memantik reaksi para petinggi Pemkab Gresik.
Mereka meminta semua kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) untuk segera melaksanakan kegiatan. Sebab, kalau kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan tersebut tidak dijalankan mulai awal, dikhawatirkan tidak rampung.
"Kami meminta semua kepala SKPD berpacu untuk jalankan kegiatan di instansinya," pinta Sekkab, Ir Moch Najib MM ketika membuka evaluasi serapan APBD 2015 triwulan pertama, di ruang Putri Mijil, Kamis (23/4).
Menurut  Najib, berdasarkan  target yang telah  ditentukan, pada  triwulan pertama atau hingga bulan  April 2015, serapan APBD tahun 2015, di masing-masing  SKPD sudah mencapai  11 persen. Namun, kenyataannya  harapan  itu tidak terwujud. Karena itu, tim evaluasi  serapan APBD akan mencari  kendala apa yang dihadapi oleh masing-masing  SKPD. "Kalau sudah diketemukan  kendalanya, nanti kita bisa  carikan solusinya," tuturnya.
Berdasarkan laporan yang masuk, lanjut  Najib, ada beberapa kendala  yang dihadapi  oleh SKPD, terutama SKPD yang menangani  proyek fisik terhadap  rendahnya serapan anggaran. Diantaranya, gagalnya  lelang di ULP (unit layanan pengadaan). Dimana, sering terjadi  kegagalan lelang, karena yang disyaratkan tidak tercapai. Sehingga, harus dilakukan  retender  (lelang  ulang).
Sebagai  contoh, proyek PMI (Palang  Merah Indonesia)  dengan anggaran Rp 2 miliar yang berkali-kali gagal. Sebab, dalam persyaratan lelang tersebut, rekanan yang ikut lelang diminta memiliki alat buldozer besar untuk merobohkan gedung lama PMI. Sementara dari sekian peserta lelang tidak memiliki peralatan  yang disyaratkan.
"Kalau pun ada yang punya, sudah dibuat pekerjanan di tempat lain. Sehingga, lelang gedung  PMI gagal dan harus retender," jelasnya.
Kemudian, proyek  Ponkedes (pondok kesehatan  desa) di Dinas Kesehatan. Proyek yang menelan anggaran  miliaran rupiah  itu juga berkali-kali gagal lelang dan harus dilakukan  retender. Kasusnya sama, karena persyaratan yang ada tidak  bisa dipenuhi  oleh rekanan yang ikuti lelang. Persyaratan  itu di antaranya, rekanan harus memiliki molen yang berkapasitas  besar yang bisa menggiling material  bangunan berkubik-kubik.
"Kami meminta  tim pokja lelang harus bisa mensingkronkan dengan ULP dan para peserta lelang. Kalau  tidak, proyek-proyak yang harus rampung  tahun ini bisa gagal," katanya.
Bupati Gresik, Sambari  Halim Radianto, kata Najib, berharap agar beberapa propyek baru maupun lanjutan, bisa rampung pada  bulan Juli 2015. Proyek dimaksud di antaranya, proyek  WEP (wahana ekspresi poesponegoro) tahap II yang menelan anggaran sekitar  Rp 6 miliar, proyek stadion  Gunung Lengis yang menelan anggaran hampir Rp 400 miliar, proyek ponek RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Ibnu Sina yang menelan anggaran Rp 90 miliar lebih, proyek areal parkir peziarah di  Kelurahan  Lumpur  Kecamatan  Gresik yang menelan anggaran  Rp 2 miliar lebih  dan  proyek  gedung PMI Rp 2 miliar.
"Pak Bupati juga berharap proyek Pasar Ikan Modern dengan total investasi Rp 59 miliar yang semua dananya ditanggung investor tahun ini harus rampung," terang  Najib.
Karena itu, tambah  Najib, untuk menuntaskan pekerjaan-pekerjaan  besar tersebut, dibutuhkan teamwork dan kerjasama yang sinergi. Kalau  hal itu tidak terwujud, jangan harap proyek-proyek itu bisa tuntas. "Kalau  tidak tuntas, kita malu sama masyarakat, karena mereka menunggu," pungkasnya. 
 
                             
                                         
             
            
 
														 
														 
														 
														 
														 
														 
														 
														 
														










 
												