Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
83. Wayas-aluunaka ‘an dzii alqarnayni qul sa-atluu ‘alaykum minhu dzikraan
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Zulqarnain. Katakanlah, “Akan aku bacakan kepadamu sebagian kisahnya.”
84. Innaa makkannaa lahu fii al-ardhi waaataynaahu min kulli syay-in sababaan
Sesungguhnya Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi dan Kami telah memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
85. Fa-atba’a sababaan
Maka, dia menyusuri suatu jalan.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
TAFSIR AKTUAL
Tamkin dan Talwin itu istilah sufistik. Talwin, lawwana yulawwinu talwin, artinya mewarnai. Maksudnya, seseorang mesti mewarnai dirinya dengan sifat-sifat indah dan amal-amal kebajikan yang membuat dirinya tampil sebagai sosok yang terpuji.
Seperti orang yang berparfum atau menggunakan wewangian, maka baunya sedap karena aroma tersebut. Dia menggunakan wewangian, dia menggunakan sabun, dia menggunakan sampo hingga tampil bersih. Dia juga menikmati keindahan bunga yang mekar mewangi hingga jiwanya menjadi indah bak bunga itu. Itulah talwin.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok
Sedangkan tamkin, makkana yumakkinu, artinya berposisi, bertempat, menjadi mapan, tangguh, serba memungkinkan. Seseorang bukan lagi menikmati keindahan bunga, tapi dia sudah menjadi bunga dan siap mengindahkan orang lain dan lingkungannya. Dia bukan lagi membalur diri dengan parfum, tapi dia sudah menjadi parfum yang siap mengharumkan orang lain.
Raja Dzu al-Qarnain sudah mencapai derajat “tamkin” yang sangat mapan dan lengkap, kemudian tinggal kerja mengemban amanah sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Dengan kelengkapan itu, maka terbaca kesuksesan yang mesti dicapai.
Kata tamkin ini juga dipakai untuk Nabi Yusuf A.S. yang mendapat kedudukan sangat mapan di hadapan Raja Mesir kala itu. Yusuf muda begitu dipercaya mendampingi sang raja dalam segala kebijakan.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata
Tapi Yusuf A.S. tidak pongah dan tidak rakus, melainkan memilih satu bidang saja yang paling dia mampui, yaitu menjadi menteri pangan, urusan logistik. Dan, nyatanya sangat sukses besar. (Yusuf: 55).
“fa atba’a sababa”. Huruf “fa” di depan menunjuk kecermatan Dzu al-Qarnain memanfaatkan waktu. FA, yang artinya “maka”, dalam bahasa arab berfungsi “segera” (ta’qib faury). Atau kata sambung yang menggambarkan kesinambungan secara langsung atau dekat. Mendorong pelaku segera melakukan pekerjaan berikutnya, atau menggambarkan kejadian beruntun.
“Dzahaba Ahmad ila al-mathar fa Amjad”. Ahmad pergi ke bandara dan Amjad menyusul segera. Begitulah Dzu al-Qarnain, segera bertindak setelah persiapan lengkap. Pesannya adalah bahwa sebuah program besar itu mesti dipersiapkan lebih dahulu sebaik mungkin, sesempurna mungkin, lalu segera ditindak lanjuti.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman
Menyegerakan tindakan berarti segera mendapat pahala. Itulah sifat orang beriman, cerdas, dan perhitungan. Hanya pemalas saja yang suka menunda pekerjaaan. Lalu, ayat berikutnya mengisahkan blusukan Dzu al-Qarnain ke tiga klaster rakyat di tempat berbeda, unik, dan ekstrem.
*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News