Menurutnya, sehari pasca ditutupnya pasar unggas karena dinilai limbahnya mencemari lingkungan warga, puluhan pedagang langsung melakukan pembersihan dan menormalisasi sungai yang melintasi dua desa yang terdampak limbah pasar secara swadaya.
"Kami para pedagang juga berinisiatif membuat sumur resapan di belakang rumah pemotongan unggas untuk menampung limbah dari pemotongan unggas. Sehingga, limbah dapat tertampung dan tidak mengalir ke saluran air yang berada di rumah-rumah warga," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Disperindag Sidoarjo, Widiyantoro Basuki menegaskan, hingga saat ini langka normatif menghentikan sementara aktivitas pasar unggas, masih akan berlangsung hingga didirikannya IPAL atau ada solusi dari beberapa pihak.
"Jadi masih dikoordinasikan dengan DLHK, karena pengolahan limbah itu kan harus ada standar. Untuk teknisnya biar DLHK aja. Tapi sementara untuk tidak bersitegang berkepanjangan maka normatifnya saya hentikan untuk pemotongan unggas dulu," papar pria yang akrab disapa Wiwid tersebut.
Ia juga menambahkan, pertemuan akan kembali dilakukan secara berkala, agar secepatnya polemik pasar unggas yang ada di wilayahnya segera teratasi.
"Solusinya besok akan kita bicarakan, hari ini kita sudah terbukti tidak bau. Tapi kan permasalahannya masyarakat harus paham dan tau. Karena ini bicara teknis, kalau non-teknis dengan warga perlu adanya pendekatan terlebih dahulu," pungkasnya. (cat/sis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News