Banyak Naker dari Luar Daerah, Pengurangan Naker Lokal di Proyek Migas Bojonegoro Dikeluhkan

Banyak Naker dari Luar Daerah, Pengurangan Naker Lokal di Proyek Migas Bojonegoro Dikeluhkan NAKER. Sejumlah tenaga kerja saat di dalam lokasi proyek minyak dan gas bumi (migas) Bojonegoro. Foto: Eky nurhadi/BANGSAONLINE

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com – Seiring selesainya beberapa pekerjaan di lokasi proyek minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro, khususnya pengerjaan jembatan layang (flyover), pengurangan tenaga kerja (naker) terus dilakukan. Banyaknya pengurangan naker itu pun dikeluhkan.

"Banyak naker lokal diberhentikan, tetapi pihak pelaksana proyek merekrut tenaga kerja lagi dari luar daerah untuk mengisi pekerjaan yang sifatnya tidak membutuhkan keterampilan tinggi (unskill). Padahal sesuai ketentuan, tenaga kerja lokal harus diutamakan terlibat dalam proyek migas ini," kata Samad, Kepala Desa Ngraho, Kecamatan Gayam, Bojonegoro.

Baca Juga: Dorong Petani Mandiri, EMCL Adakan Program Sekolah Lapang Pertanian

Kalau pekerjaan proyeknya selesai, lanjut dia, semestinya tenaga kerja dari luar daerah yang diberhentikan dulu, bukan tenaga lokal yang dihentikan. "Sebab, kalau hanya menyelesaikan pengerjaan flyover warga lokal dinilai masih mampu," imbuhnya.

Desa Ngraho, Kecamatan Gayam, merupakan desa ring satu lapangan migas Banyu Urip. Desa ini ditempati proyek pembangunan jembatan layang (flyover) yang merupakan akses ke lokasi lapangan Banyu Urip. Namun, dari jumlah penduduk sebanyak 2.700 jiwa hanya 30 orang yang bekerja di proyek migas. Itu pun semuanya merupakan pekerja kasar. Yakni empat orang bekerja sebagai tenaga keamanan dan 36 lainnya merupakan tenaga pembantu tukang.

“Terakhir ada enam warga Desa Ngraho yang diberhentikan dengan alasan proyeknya sudah selesai. Mereka sebelumnya bekerja sebagai pembantu tukang,” ujarnya.

Baca Juga: APBD Bojonegoro Bisa Rp 7,5 Triliun, Sayang Bupati-Wakil Bupati Bertengkar depan Publik

Samad mengaku sering menemui tenaga kerja dari luar daerah di dalam proyek migas Banyu Urip Blok Cepu itu. Mereka berasal dari Ngawi, Blora, dan juga dari Jawa Barat. “Kebanyakan pekerja yang tinggal di rumah kontrakan di daerah Ngraho ini juga pekerja dari luar daerah. Padahal, tenaga kerja dari lokal sini banyak yang membutuhkan pekerjaan,” ujarnya.

Ia menilai program Pemkab Bojonegoro yang menyediakan pelatihan kerja bagi 12 orang juga tidak efektif. Sebab, kata dia, program itu hanya menyediakan pelatihan kerja tanpa disertai dengan permodalan dan jaringan pemasaran. “Program itu terlihat hanya buang anggaran,” ujarnya.

Terpisah, Hubungan Masyarakat (Humas) Konsorsium PT Rekayasa Industri (Rekind)-PT Hutama Karya (HK) selaku pemenang tander pengerjaan proyek flyover, Wandi Sendaja mengatakan, pengurangan naker itu dilakukan berdasarkan penyelesaian pekerjaan di lapangan.

Baca Juga: SMAN 1 Tuban Juarai Kompetisi Student Company Regional EMCL

"Terkait rekrutmen tenaga kerja baru memang ada pergeseran karyawan di bidang lain," paparnya.

Saat ini jumlah seluruh pekerja yang bekerja di proyek migas Banyu Urip Blok Cepu ada sekitar 7.000 orang. Sebelumnya jumlah seluruh pekerja di proyek migas ini mencapai 12 ribu orang. Mereka bekerja menyelesaikan sejumlah proyek di antaranya membangun fasilitas produksi minyak, membangun jembatan layang, membangun jalur pipa darat dan pipa bawah laut untuk alir muat minyak mentah, membangun waduk buatan, dan membangun dermaga untuk bersandar kapal tangker pengangkut minyak. Proyek migas Banyu Urip itu meliputi wilayah Bojonegoro dan Tuban. (nur/rvl)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO