SIDOARJO, BANGSAONLINE.com - Universitas Ciputra menggelar pendampingan UMKM Batik berbasis Greenpreneur di Desa Wage Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, pada 12-14 Desember 2022.
Ketua Pelaksana Program, David Sukardi Kodrat, (Asia) mengatakan, dana insentif Abdimas dari Dikti ini, sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas produk UMKM, khususnya UMKM kriya batik.
Baca Juga: Polisi Bongkar Motif Janda Dibunuh Kekasih di Surabaya, Dipicu Surat Gadai Emas
"Peningkatan kapasitas UMKM, khususnya kriya batik, dapat dilakukan melalui pengenalan terhadap motif batik kekinian, penerapan SDGs melalui konsep greenpreneur, dan digital marketing untuk peningkatan kapasitas pemasaran, " katanya.
Ia menjelaskan, UMKM kriya batik dipilih karena besarnya kontribusi batik terhadap perekonomian nasional, besarnya kontribusi batik terhadap serapan tenaga kerja di Indonesia, dan besarnya jumlah UMKM yang bergerak dalam bidang kriya kain.
Baca Juga: Direksi dan Karyawan Sekar Laut Sidoarjo Kompak Dukung Khofifah, Disebut Cagub Paling Ngayomi
"Hal tersebut, juga sebagai bagian dari upaya menempatkan batik sebagai produk ekonomi kreatif yang memiliki kapasitas untuk memperkuat identitas kebudayaan. Terlebih, setelah status batik sebagai warisan budaya dunia ditetapkan UNESCO pada 2 Oktober 2009 lalu, " jelasnya.
Menurutnya, produksi batik memiliki sisi lain, seperti potensi pencemaran lingkungan yang diakibatkan penggunaan bahan kimia dalam proses produksinya, seperti proses pewarnaan.
"Proses produksi batik yang banyak melibatkan air dalam setiap tahapan produksinya itu menjadikan tingginya potensi pencemaran air yang ditimbulkan dari penggunaan bahan kimia dalam proses pewarnaan batik, " jelasnya.
Baca Juga: PT Umroh Kilat Indonesia, Prioritaskan Beri Edukasi ke Para Jemaah
Hal tersebut, ditimbulkan oleh produksi bati yang masih belum banyak disadari oleh para pengrajin batik. Sehingga, adanya edukasi kepada pengrajin batik tentang adanya pewarna alami yang ramah lingkungan, sekaligus, sebagai bahan dari dukungan terhadap konsep SDGs, pembangunan yang berkelanjutan.
"Penggunaan pewarna alam dalam produk batik, selain masalah lingkungan, juga bisa dijadikan sebagai bagian dari inovasi dan kreativitas yang bisa memberikan nilai tambah produk kriya batik yang dihasilkan, " terangnya.
Sementara itu, Rektor Universitas Ciputra, Ir Yohanes Somawiharha, menyebut pelatihan tersebut berhasil meningkatkan kapasitas para pelaku UMKM kriya batik, dalam hal teknik pewarnaan alami. Sehingga, dapat meningkatkan nilai tambah dari produk kriya kain yang dihasilkan.
Baca Juga: Korban Tewas, Begal Perempuan di Surabaya Hanya Dikenakan Pasal Curat, Pengacara Beberkan Alasannya
"Sekaligus sebagai bagian dari tanggung jawab terhadap permasalahan lingkungan atau keberlangsungan lingkungan hidup, " katanya.
Ia juga mengatakan, pelatihan seperti ini, perlu diperluas jangkauan dan kapasitasnya, agar semakin banyak pengrajin kriya kain yang dapat dijangkau, mengingat potensi ekonomi kreatif untuk kriya batik cukup besar di Indonesia dan Universitas Ciputra akan berkontribusi dalam hal tersebut.
Pendampingan itu, dilakukan kepada 15 UMKM, berasal dari pengrajin kriya kain, dan fesyen. Proses yang dilakukan melalui beberapa tahap pelatihan, diantaranya, tahap pengenalan motif dan tren batik, teknik batik dan pewarnaan, produksi batik, hingga digital marketing.
Baca Juga: Kepergok Pemilik saat Beraksi, Maling Motor di Anggaswangi Sidoarjo Ditangkap Warga, 1 Orang DPO
Pelatihan itu, juga digawangi oleh dia anggota tim, yaitu, Dr Tina Melinda dan Rahayu Budhi Handayani. (ari/sis)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News