Tafsir Thaha 63-64: Andai Negeriku Commonwealth...

Tafsir Thaha 63-64: Andai Negeriku Commonwealth... Ilustrasi.

Dan.. Hadratusy Syekh memandang Belanda yang memang penjajah dan perusak tatanan, perampok kekayaan nusantara, biadab, dan bajingan. Sebuah pandangan yang cerdas, arif, dan religius. Penjajah harus diusir demi merdeka total. Bisa mengelola negeri sendiri secara bebas, bisa beragama, bisa beribadah secara bebas.

Kala itu, beberapa gabungan pergerakan menginginkan Indonesia merdeka, pokoknya merdeka, dan berparlemen. Tapi KHM Asy’ari tidak mau. Sebab nantinya akan menjadi negara persemakmuran (commonwealth), di mana undang-undang kita masih disetir Londo.

Untuk itu, KHM. Hasyim Asy’ari dengan upayanya sendiri bersama para ulama, santri, dan rakyat. Beliau lantas mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad dan tidak mau ditawar-tawar, termasuk Soekarno yang sempat datang ke Surabaya merayu agar menerima tawaran itu. Ditolak, ditolak. Meski berdarah-darah, nyatanya bisa merdeka bi idzn Allah.

Bisa dibayangkan, andai kita merdeka dan sekadar berparlemen, menjadi negeri persemakmuran, masih dipengaruhi LONDO, terus piye..?. tentu tidak bebas seperti sekarang. Mana yang lebih cerdas, mana yang lebih memikir kemaslahatan negeri ke depan... Sekadar pejuang atau pejuang yang kiai, yang santri...?

Kiai, santri, tidak sekadar berjuang dengan fisiknya, dengan akalnya, melainkan juga dengan spiritualnya.

Seperti nabi Musa A.S. yang tidak sekadar puas bisa menundukkan Fir’aun, sang raja congkak, melainkan juga kepada para dan penduduk Mesir setelah adu kesaktian secara totalitas, terbuka dan besar-besaran.

Kala itu, Fir’aun sangat serius dan mengerahkan semua kekuatan. Tidak hanya pemain di gelanggang, yaitu , bahkan semua rakyat agar hadir memberi semangat. Ya, semuanya diperintahkan datang ke gelanggang untuk menggerogikan Musa yang seorang diri. “Fa ajmi’u kaidakum tsumm i’tu shaffa...”.

wa qad aflah al-yaum man ista’la”. Sungguh berbahagia, orang yang unggul dalam kompetisi ini. Ulama tafsir menganggap kalimat ini juga omongan mereka, berbisik satu sama lain. Mereka sangat percaya diri akan menang. Mengingat musuhnya hanya satu orang, masih muda lagi. Sementara mereka sudah senior, ahli, dan banyak.

Dikatakan sebagai berbahagia (wa qad aflah), karena jika menang akan mendapat hadiah banyak dari Fir’aun. Dan.. ternyata keadaan terbalik. Sihir mereka tak berdaya apa-apa di hadapan mukjizat Musa A.S.   

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik HARIAN BANGSA, dan Pengajar di Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO