MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Berbeda dengan para syaikh Timur Tengah yang umumnya serius dan normatif, penampilan Prof Dr Abdullatif Bouazizi santai dan komunikatif. Rektor Universitas Az-Zaitunah Tunisia itu bahkan suka bercanda dan humoris.
Setidaknya, itulah pantauan BANGSAONLINE saat menyaksikan ceramah Prof Abdullatif Bouazizi di depan para santri Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur, Sabtu (24/6/2023).
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Abdullatif Bouzizi tiba di Amanatul Ummah sekitar pukul 11 siang. Ia disambut Dr Afif Zamroni, Direktur Pascasarjana Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC), di pintu gerbang Masjid Raya KH Abdul Chalim Pacet Mojokerto.
Gus Afif – panggilan akrab Afif Zamroni – mewakili Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang kini menunaikan ibadah haji. Kiai Asep ke tanah suci bersama Dr KH Mauhibur Rohman (Gus Muhib), Rektor IKHAC.
Selain bersama Gus Muhib, tentu Kiai Asep juga bersama para jemaahnya. Kiai Asep terbang ke tanah suci 22 Juni 2023 dini hari. Kloter 83.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
“Insyaalah setelah pulang naik haji Kiai Asep akan berkunjung ke Universitas Az-Zaitunah Tunisia,” kata Gus Afif saat menyampaikan sambutan.
Gus Afif yang alumnus Universitas Al Azhar Mesir itu menyampaikan sambutan dalam bahasa Arab. Namun setelah mengucapkan terima kasih dan menceritakan tentang Kiai Asep, Gus Afif minta izin berbahasa Indonesia untuk menyampaikan pidato pada para santri Amanatul Ummah.
Abdullatif Bouazizi didampingi beberapa mahasiswanya. Diantaranya Dr H Zulfikar Ismail, LC, MA. Ia alumnus Universitas Az-Zaitunah yang sekaligus sebagai penerjemah
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
Abdullatif Bouazizi tampak menyesuaikan tema ceramah yang ia sampaikan dengan audien santri yang rata-rata masih kecil.
Menurut dia, hidup itu pilihan. Tinggal kita memilih. Apakah memilih di atas yang otomatis mulia. Atau memilih di bawah dan hina.
“Kita ingin hidup mulia atau hina,” kata Abdullatif Bouazizi.
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
“Tapi ada yang tak memilih di atas dan tak memilih di bawah?,” candanya ketika menyaksikan beberapa santri yang tampak tak merespon.
Prof Dr Abdullatif Bouazizi. Foto: M Mas'ud Adnan/BANGSAONLINE
Baca Juga: Kedatangan Kiai Asep dan Tim Mubarok di Pasar Bangsal Disambut Antusias Pedagang dan Warga
Di depan para santri yang memadati masjid itu Abdullatif Bouazizi mengungkap kunci sukses. Menurut dia, ada 3 kunci sukses.
“Pertama ikhlasunniyah, niat yang ikhlas, “ kata Abdullatif Bouazizi.
“Belajar di sini (Amanatul Ummah) karena ikhlas,” tambahnya.
Baca Juga: Di Depan Pergunu Jatim, Kiai Asep Sebut Khofifah Cagub Paling Loman alias Dermawan
Kedua, tutur Abdullatif Bouazizi, taqwallah. Yaitu melaksakan semua perintah Allah dan menjauhi atau meninggalkan larangan-Nya.
“Apa ada yang susah belajar di sini?,” tanya Abdullatif Bouazizi kepada para santri.
Ia kemudian menceritakan tentang sejarah belajar Imam Syafi’i. Yaitu Imam madzhab terbesar yang dianut di Indonesia.
Baca Juga: Kiai Asep Tebar Keberkahan, Borong Dagangan di Pasar Dinoyo sampai Warga Mantap Pilih Mubarok
Menurut dia, Imam Syafi’i pernah mengalami kesulitan menangkap pelajaran. “Lalu ibunya menasehati agar Imam Syafi’i meninggalkan perbuatan tidak baik. Kamu harus meninggalkan perbuatan tidak baik atau maksiat,” katanya.
Kenapa? “Karena ilmu itu cahaya. Ibarat gelas, jika gelasnya tidak bersih atau kotor, maka air bersih yang dituangkan ke dalam gelas itu akan juga kotor atau tidak bisa bersih,” jelasnya.
Ketiga, kata Abdullatif Bouazizi, kunci sukses itu sungguh-sungguh. “Jadi, pilihannya: jika kalian ingin sukses lakukanlah (sunggguh-sungguh). Tapi kalau kalian ingin gagal ya sudah tinggalkan (tak usah sungguh-sunguh),” katanya.
Baca Juga: Alumni Ponpes Lirboyo di Mojokerto Siap Menangkan Paslon Mubarok
Usai ceramah di depan para santri Pesantren Amanatul Ummah, Abdullatif Bouazizi dan rombongan menuju Guest House Kampus IKHAC. Di situ Abdullatif Bouazizi kembali memberikan ceramah. Kali ini di depan para dosen dan mahasiswa IKHAC. Tampak Prof Dr Ali Haidar dan para dosen lainnya.
“Panitia telah memberi waktu kepada saya untuk menyampaikan cermah. Tapi kalau di antara kalian ada yang tertidur saya akan hentikan ceramah saya,” canda Abdullatif Bouazizi sembari tersenyum. Para dosen dan mahasiswa langsung tertawa.
Tampaknya Abdullatif Bouazizi melontarkan itu karena saat ceramah di depan santri ia melihat beberapa anak santri tertidur. Maklum, mereka santri masih kecil-kecil.
Di depan para mahasiswa IKHAC, Abdullatif Bouazizi mengaku tertarik dengan nama kampus dan rektornya. Yaitu Institut Pesantren KH Abdul Chalim. Sedang rektornya adalah Mauhibur Rohman.
Sebelumnya, Gus Afif saat memberikan sambutan menyatakan bahwa KH Abdul Chalim adalah pejuang kemerdekaan Republik Indonesia. Sedang Rektor IKHAC, Dr Mauhibur Rohman sedang naik haji bersama pendiri IKHAC, yaitu Kiai Asep Saifuddin Challim.
Dr Afif Zamroni (Gus Afif) saat menyampaikan sambutan di Masjid Raya KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Sabtu (24/6/2023). Foto: m mas'ud adnan/bangsaonline
Di depan para mahasiswaa itu Abdullatif Bouazizi mengupas tema tentang kemajuan umat Islam. Ia memulai dengan pertanyaan, kenapa Nabi Muhammad dilahirkan atau diturunkan di Arab.
“Kok bukan di Indonesia, di Sudan, di Tunisia atau negara lainnya,” tanyanya.
Menurut dia, karena tanah Arab saat itu rusak dan bandel. “Jadi butuh Nabi. Butuh agama untuk mengubah mereka,” katanya. “Kalau di Indonesia kan sudah ada para saudagar muslim,” tambahnya sembari menegaskan bahwa kita adalah umat terbaik.
Abdullatif Bouazizi menegaskan bahwa ia datang ke Indonesia untuk mencari pemuda-pemudi yang punya semangat untuk belajar atau mencari ilmu.
Abdullatif Bouazizi kemudian mendatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Yayasan Amanatul Ummah untuk beasiswa ke Universitas Az-Zaitunah.
Selama ini santri Amanatul Ummah banyak yang melanjutkan kuliah di Universitas Az-Zaitunah Tunisia. “Tapi lewat jalur Kemenag,” tutur Gus Afif kepada BANGSAONLINE.
Menurut dia, dengan MoU itu Amantul Ummah bisa punya koneksi langsung dengan Universitas Az-Zaitunah.
“Nanti bisa langsung seperti Al Azhar, ” tambahnya.
Pantauan BANGSAONLINE, santri Amanatul Ummah yang kuliah di Universitas Al Azhar kini mencapai 400 orang lebih.
Dengan demikian, jumlah santri Amanatul Ummah akan lebih banyak yang diterima di Universitas Az-Zaitunah Tunisia.
Bahkan dengan MoU itu tidak hanya santri Amanatul Ummah yang bisa kuliah di Universitas Az-Zaitunah. Tapi juga para mahasiswa dan dosen IKHAC.
“Mahasiswa maupun dosen IKHAC yang mau melanjutkan studi pascasarjana di Az-Zaitunah juga bisa,” kata Dr Fadly Usman, Wakil Rektor IKHAC kepada BANGSAONLINE.
Abdullatif Bouazizi berada di Indonesia selama beberapa hari. Selama di Surabaya dan Mojokerto, Abdullatif Bouazizi didampingi Dr Zakariah Muhtadi, Wakil Rektor IKHAC. Tampak juga dalam acara itu Dr Affan yang juga Wakil Rektor IKHAC. (MMA)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News