SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Ternyata guru tak boleh berpenampilan sembarangan, terutama saat mengajar para muridnya. Selain harus suci dari hadats dan najis, juga harus menjaga penampilan. Bahkan guru sebaiknya mengenakan pakaian terbaik dan menyemprotkan parfum atau minyak wangi.
Itulah salah satu pesan inti Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adabul ‘Alim wal-Muta’allim yang secara khusus membahas tentang keutamaan ilmu, akhlak guru, akhlak murid, dan tata cara mengajar yang baik.
Baca Juga: Di SMA Award 2024, Pj Gubernur Jatim Minta Konsisten Berprestasi Tingkat Nasional dan Internasional
“Ketika guru hendak mengajar maka sebaiknya dia bersuci dari hadas dan najis, membersihkan diri, memakai wewangian, dan mengenakan pakaian terbaik yang sesuai dengan zamannya,” tulis Hadratussyaikh.
Untuk apa? “Guru melakukan itu dengan niat untuk memuliakan ilmu dan mengagungkan syariat Allah,” tegas Pendiri Pesantren Tebuireng dan organisasi Nahdlatlul Ulama (NU) itu.
Hadratussyaikh yang dikenal sebagai pejuang kemerdekaan RI itu juga berpesan bahwa guru dalam melaksanakan aktivitas mengajarnya sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, menyebarkan ilmu, menghidupkan agama Islam, dan menyampaikan hukum-hukum Allah SWT.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu
Menurut Hadratussyaikh, ketika seorang guru meninggalkan rumah menuju tempat mengajar, sebaiknya ia berdoa sesuai doa yang sudah diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Tak hanya itu, ketika berangkat dari rumah harus berdzikir sampai tiba di tempat mengajar.
“Ketika tiba di tempat mengajar, guru hendaknya mengucapkan salam kepada para hadirin (murid), lalu duduk, kalau bisa menghadap kiblat dengan penuh kharisma, tenang, dan merendah serta khusu’,” pesan Hadratussyaikh.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
Yang juga perlu diiingat, Hadratussyaikh berpesan, “Jangan sekali-kali mengajar dalam keadaan sangat lapar dan haus, atau keadaan susah, marah, mengantuk, dan keadaan cuaca yang begitu dingin atau panas yang mengganggu.”
Seperti diberitakan BANGSAONLINE, kitab-kitab karya Hadratussyaikh itu kini sudah banyak diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Terutama oleh para ustadz Pesantren Tebuireng yang kemudian diterbitkan oleh Pustaka Tebuireng. Termasuk kitab Adabul ‘Alim wal’Muta’allim.
Kitab-kitab tersebut kini dihimpun bersama karya-karya Hadratussyaikh yang lain dengan judul Mahakarya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. (m.mas’ud adnan/bersambung)
Baca Juga: Alasan Hadratussyaikh Tolak Anugerah Bintang Hindia Belanda, Kenapa Habib Usman Bin Yahya Menerima
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News