Asal-usul Tidak Selalu Menjadi Faktor Penentu dalam Memilih Wali Kota Batu

Asal-usul Tidak Selalu Menjadi Faktor Penentu dalam Memilih Wali Kota Batu Wartawan BANGSAONLINE.com dan mantan Panwaslu Pilwali Batu 2007, 2012, 2017, Adi Wiyono.

Oleh: Adi Wiyono 

Pemilihan Kepala Daerah Wali Kota Batu mulai periode pertama Imam Kabul sebagai Pejabat Wali Kota 2001 hingga Aries Agung Paewai Pj Wali Kota Batu sekarang ini selalu terdapat wacana yang menarik di Kota Batu terkait siapa yang seharusnya memimpin kota yang memiliki tiga kecamatan ini.

Meskipun terdapat dorongan kuat untuk memilih putra daerah sebagai pemimpin, kenyataannya dalam lima kali pergantian pemimpin tidak satupun putra daerah berhasil memenangi pemilihan kepala daerah. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip putra daerah sebagai pemimpin tidak menghasilkan hasil yang diharapkan.

Sejak kepemimpinan pertama Wali Kota Batu Imam Kabul, ide untuk memiliki putra daerah memimpin kota telah ada. Namun, hal ini tidak terbukti dalam praktiknya. Dengan contoh ketika wali kota seperti Imam Kabul, Edy Rumpoko, Dewanti Rumpoko, dan yang lebih terkini yaitu Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai, tidak berasal dari Batu sendiri, warga telah menunjukkan bahwa asal usul tidak selalu menjadi faktor penentu dalam kepemimpinan.

Menurut saya, prinsip putra daerah tidak terbukti secara empiris. Meskipun masih ada aspirasi dari sebagian warga untuk melihat putra daerah memimpin, kenyataannya pengalaman menunjukkan bahwa kemampuan untuk memimpin dan mensejahterakan rakyatnya seharusnya menjadi prioritas utama dalam pemilihan kepala daerah.

Penting untuk mengubah paradigma bahwa hanya putra daerah yang dapat memimpin dengan baik. Kemampuan, komitmen, dan integritas seorang pemimpin lebih penting daripada asal usulnya. Kota Batu, seperti wilayah lainnya, membutuhkan pemimpin yang mampu mengatasi berbagai tantangan dan menghasilkan kebijakan yang mensejahterakan masyarakatnya.

Dalam memilih pemimpin, masyarakat perlu melihat track record, visi, dan program kerja calon pemimpin, bukan hanya sekadar asal usulnya. Keberhasilan kota tidak dapat dipastikan semata-mata dari sebuah label "Putra daerah," atau bisa disebut 'Wes Wayahe Wong Mbatu dipimpin Wong mbatu dewe', tetapi dari kemampuan pemimpin tersebut dalam mengelola kota dengan baik dan mensejahterakan seluruh lapisan masyarakat.

Sebagai bagian dari demokrasi, masyarakat Kota Batu memiliki hak suara untuk memilih pemimpin yang dianggap terbaik untuk kemajuan kota. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk melihat secara holistik kemampuan dan komitmen calon pemimpin, tanpa terjebak dalam narasi sempit bahwa hanya putra daerah yang layak memimpin.

Meskipun mungkin ada aspirasi kuat untuk melihat putra daerah memimpin, namun kritikalitas dalam melihat kualitas dan integritas calon pemimpin lebih penting. Kota Batu membutuhkan pemimpin yang memiliki visi jelas, keberanian mengambil keputusan sulit, dan komitmen untuk mensejahterakan seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

Pemimpin yang berkualitas akan dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada, merumuskan kebijakan yang berpihak pada rakyat, dan mengelola sumber daya kota secara efisien. Oleh karena itu, saat memasuki masa-masa pemilihan kepala daerah berikutnya yang dijadwalkan Nopember 2024, penting bagi masyarakat Kota Batu untuk lebih memfokuskan perhatiannya pada substansi dan kapasitas calon pemimpin, bukan pada sekadar asal usulnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ide bahwa hanya putra daerah yang layak memimpin kota Batu telah diuji oleh kenyataan. Dalam menentukan masa depan kota, warga Kota Batu perlu memilih pemimpin berdasarkan kapasitas, komitmen, dan integritasnya untuk mensejahterakan seluruh masyarakat. Itulah esensi dari kepemimpinan yang sesungguhnya, yang lebih dari sekadar asal usul. (*)

Penuilis adalah wartawan BANGSAONLINE.com dan mantan Panwaslu 2007, 2012, 2017

Lihat juga video 'Pasangan Edi Hadiyanto Daftar Bacakada Situbondo ke PPP':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO