TRENGGALEK, BANGSAONLINE.com - Dalam rangka menangkal penyebaran paham radikalisme, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Trenggalek menggelar seminar Antiradikalisme, Rabu (26/6/2024).
Adapun tema yang diangkat dalam seminar ini bertajuk 'Membendung Akar Paham Radikalisme'. Sementara narasumber yang dihadirkan adalah mantan tokoh Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abbas, dan Direktur Identifikasi Sosial Densus 88 Mabes Polri, Brigjen Pol Arif Mahfudiharto.
Baca Juga: Ponpes As Sunnah Bantah Keterlibatan dalam Kasus Terorisme di Kota Batu
Dalam sambutannya, Kepala Bakesbangpol Trenggalek, Widarsono, menyampaikan maksud dan tujuan agenda tersebut, yakni untuk menambah pengetahuan serta wawasan tentang paham radikalisme dan terorisme.
"Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan tidak terjadi salah persepsi dalam menyikapi hal tersebut di kalangan remaja. Karena kalangan remaja adalah hal yang mudah dipengaruhi dengan paham-paham radikalisme dan terorisme," paparnya.
Ia pun berharap, seminar ini mampu membuka wawasan dan menanamkan rasa kebhinekaan, serta menumbuhkan jiwa Pancasila dengan selalu menjunjung Nasionalisme dan persatuan bangsa.
Baca Juga: Pascapenangkapan Teroris di Kota Batu, Tim Gabungan Temukan Bahan Kimia Pembuat Bahan Peledak
"Serta menumbuhkan suatu pemahaman dan komitmen bersama yang kuat untuk melawan radikalisme serta tertanamnya semangat bela negara berdasarkan Pancasila," ucapnya.
Sementara itu, Arif Mahfudiharto dalam kesempatan tersebut mengatakan penanggulangan teroris harus dilakukan mulai dari hulu hingga hilir.
"Semua unsur yang ada di negara kita memiliki peran untuk melakukan penanggulangan terorisme. Terorisme tidak hanya terjadi pada satu agama, semua agama di dunia ini mempunyai konsekuensi memiliki paham radikalisme," katanya.
Baca Juga: Imbas Penangkapan Terduga Teroris, Pemerintah Desa Junrejo Minta Warga Selektif soal Tamu
Di kesempatan yang sama, Nasir Abbas banyak mengulas tentang keterlibatannya pada paham radikalisme dan terorisme semasa menjadi tokoh di Jamaah Islamiyah. Ia mengaku sudah terpapar paham radikalisme saat 16 tahun, dan terlibat terorisme pada usia ke-18.
Nasir juga mengulas apa yang menjadi penyebab seseorang terjerumus dalam paham radikalisme dan terorisme. Dari kisah yang dijabarkan, para generasi muda diharapkan untuk tidak meniru.
"Paham radikalisme dan terorisme itu benar adanya sampai saat ini. Oleh karena itu, saya meminta pada generasi muda untuk menghindar dan mengesampingkan paham radikalisme dan terorisme," pungkasnya. (man/mar)
Baca Juga: Densus 88 Tangkap Terduga Keluarga Teroris di Villa Junrejo Kota Batu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News