MOJOKERTO, BANGSAONINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, berharap pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Mojokerto Dr Muhammad Al Barra (Gus Barra) dan dr Muhammad Rizal Octavian (Mubarok) menang mutlak. Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah itu ingin Barra-Rizal menang seperti kemenangan Dr Achmady, Bupati Mojokerto periode 2000-2008, yang mencapai 87 persen.
Harapan itu disampaikan Kiai Asep Saifuddin Chalim saat memberikan pengarahan pada Koordinator Kecamatan (Korcam) dan Ko0rdinator Desa (Kordes) relawan Barra-Rizal di Pondok Pesantren Ma’had An Nur Singowangi Jatirerejo Mojokerto, Selasa (30/7/2024).
Baca Juga: Ribuan Warga Padati Mubarok Bersholawat, Paslon 2 Optimis Menang di Ngoro, Mojokerto
Pondok Pesantren Ma’had An Nur Singowangi Jatirerejo didirikan dan diasuh KH Muhammad Sholeh dua tahu lalu. Namun perkembangannya sangat pesat. Beberapa santri pertamanya banyak meraih juara nasional.
“Dulu Pak Achmady menang 87 persen,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim.
Achmady yang hadir bersama istrinya membenarkan apa yang disampaikan Kiai Asep. Achamdi adalah ayahanda Rizal Octavian.
Baca Juga: Mubarok Gembleng 6.472 Calon Saksi untuk Gus Barra-Rizal dan Khofifah-Emil di Mojokerto
Kepada BANGSAONLINE, Achmady mengungkapkan bahwa dirinya terpilih sebagai bupati Mojokerto dua periode. Pada pemilihan bupati periode pertama ia dipilih oleh DPRD Mojokerto.
“Saat itu saya dapat 22 suara (DPRD),” kata Achmady.
Periode kedua, tutur Achmady, sudah masuk pilbup sistem suara terbanyak.
Baca Juga: Mubarok Bersholawat Dihadiri Ribuan Warga, Gus Barra Targetkan Menang Mutlak
“Saya terpilih dalam sistem suara terbanyak pertama. Saya mendapat 87 persen,” katanya.
Menurut Kiai Asep, memilih pemimpin, termasuk bupati, tak lepas dari cita-cita luhur kemerdekaan Republik Indonesia. Yaitu Indonesia maju, adil dan makmur.
Kiai Asep menilai bahwa cita-cita luhur kemerdekaan hingga kini belum terwujud. Ia ingin Kabupaten Mojokerto menjadi pilot project untuk mewujudkan cita-cita luhur kemerdekaan. Yaitu Mojokerto maju, adil dan makmur.
Baca Juga: Doa Bersama Kapolri dan Panglima TNI, Kiai Asep Duduk Satu Meja dengan Kapolda dan Pangdam V Jatim
“Jika Mojokerto berhasil akan menjadi percontohan pada kabupaten dan kota lain sehingga Indonesia maju, adil dan makmur terwujud,” kata Kiai Asep.
Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, saat menyampaikan pengarahan kepada para koordinator relawan Barra0-Rizal di di Pondok Pesantren Ma’had An Nur Singowangi Jatirerejo Mojokerto, Selasa (30/7/2024). Tampak Kiai Asep didampingi KH Muhammad Sholeh. Foto: bangssaonline
Baca Juga: Pasangan Mubarok Dinilai Tampil Gemilang di Debat Pamungkas Pilbup Mojokerto 2024
Menurut Kiai Asep, di Mojokerto banyak sekali orang punya potensi di berbagai bidang. Baik di birokrasi perintahan, olah raga, seni, shalawatan dan lainnya.
Tapi mereka tak bisa berkembang atau mengaktualisasikan potensinya karena terhalang oleh praktik suap dan kurangnya perhatian dari pemimpinnya. Akibatnya, meski banyak warga Mojokerto punya potensi besar tapi tak bisa mendedikasikan kemampuannya kepada masyarakat.
Konsekuensinya banyak pelayanan publik mengecewakan. Ia mencontohkan pelayanan kesehatan. Menurut Kiai Asep, sebanyak 90 ribu lebih BPJS warga Mojokerto yang seharusnya ditanggung pemerintah dinonaktifkan. Alasannya tak ada anggaran.
Baca Juga: Lautan Manusia Padati Kampanye Akbar Paslon 02 Khofifah-Emil dan Gus Barra-Rizal di Mojokerto
Padahal, tegas Kiai Asep, APBD Kabupaten Mojokerto sangat besar. “APBD-nya Rp 2,5 triliun,” tegas ketua umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
Karena itu ia berjanji, pelayanan kesehatan yang buruk itu akan diperbaiki, jika Barra-Rizal terpilih sebagai bupati dan wakil bupati Mojokerto. “Nanti kalau Barra-Rizal terpilih cukup menunjukkan KTP bebas biaya,” tegas Kiai Asep yang disambut tepuk tangan riuh.
Kiai Asep optimistis perbaikan pelayanan kesehatan itu bisa. “Buktinya, di daerah lain bisa. Kenapa di Mojokerto tak bisa,” kata Kiai Asep dengan suara lantang.
Baca Juga: Paslon Mubarok Hadir Bantu Warga Krisis Air Bersih di Desa Manduro Ngoro
Begitu juga di bidang kesejahteraann papan. Masih banyak rumah penduduk tak layak huni. “Kalau di Kutorejo rumahnya sudah bagus-bagus. Tapi di daerah Gondang, di pegunungan itu masih banyak rumah tak layak huni,” katanya.
Kiai Asep berjanji akan melakukan bedah rumah. Menurut dia, rumah-rumah penduduk yang tak layak huni akan direnovasi. “Bedah rumah ini saya biayai sendiri, uang saya pribadi, bukan APBD,” kata Kiai Asep yang lagi-lagi mendapat tepuk tangan hadirin.
Yang paling ironis, kata Kiai Asep, adalah bidang pendidikan. Di Mojokerto belum ada SMA Negeri yang maju. “Padahal sekolah termaju di Indonesia itu ada di Mojokerto, yaitu Amanatul Ummah,” katanya sembari mengatakan bahwa tahun ini sebanyak 624 santri Amanatul Ummah diterima di PTN di seluruh perguruan tinggi Indonesia," katanya.
Baca Juga: Pilbup Mojokerto, Puluhan Ribu Warga Semarakkan Kampanye Dialogis Paslon Nomor 2 Mubarok
“Sekitar 40 siswa Amanatul Ummah diterima di kedokteran umum dan sekitar 200 siswa diterima di perguruan tinggi luar negeri,” tambahnya.
Sementara Kiai Muhammad Sholeh banyak bercerita tentang sejarah pondok pesantren yang diasuhnya. Yaitu Pondok Pesantren Ma’had An Nur. Pondok ini berdiri dua tahun lalu, 2022.
Menurut dia, pesantren yang diasuhnya itu banyak mendapat motivasi dan bimbingan dari Kiai Asep. Bahkan Kiai Asep duduk sebagai pembina yayasan dan meletakkan batu pertama untuk mengawali pembangunannya.
“Tahun pertama kami mendapat 16 santri,” tutur Kiai Sholeh. “Semuanya gratis. Mondoknya gratis, sekolahnya gratis, makan gratis, seragam gratis, buku gratis,” tambahnya.
Karena serba gratis muncul kritik. “Jangan sekolah di situ karena sekolah gratis itu pasti tak bermutu,” tutur Kiai Sholeh disambut tawa hadirin.
Ternyata santri tahun pertama itu, tutur Kiai Sholeh, justru banyak yang berprestasi. Bahkan banyak juara nasional.
Tahun kedua, tutur Kiai Sholeh, mendapat 52 santri. Masih serba gratis.
Tahun ketiga mendapat 167 santri. Tahun ketiga ini Kiai Sholeh mulai mendirikan Madrasah Aliyah. Sebelumnya hanya Madrasah Tsanawiyah.
Untuk santri angkatan ketiga itu, Kiai Sholehn mengaku mulai menarik sedekah dengan komitmen yang lunak pra orang tua santri. Misalnya menyumbang Rp 200 ribu atau Rp 300 ribu.
“Karena saya sudah tak punya uang. Penghasilan saya hanya dari kos-kosan. Saya punya 20 kamar kos,” katanya. Lagi-lagi disambut tawa hadirin.
Dalam acara itu Rizal Octavian hadir bersama kedua orang tuanya, Achmady dan istrinya. Ia memperkenalkan diri kepada warga Kutorejo.
Baik Rizal maupun Achmady sempat menyampaikan sambutan. Seperti pidato sambutan Achmady, Rizal juga mohon doa restu sekaligus dipilih dalam pemilihan bupati dan wakil bupati pada 27 Nopember 2024 mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News