Negara Takhta Suci Katolik Vatikan dan Jasa Besarnya di Kemerdekaan Indonesia

Negara Takhta Suci Katolik Vatikan dan Jasa Besarnya di Kemerdekaan Indonesia Ir Soekarno dan Paus Pius XII

BANGSAONLINE.com - Kunjungan pemimpin tertinggi sedunia ke Indonesia, hari ini, Selasa (4/9/2024) mendapat sambutan hangat dari bangsa Indonesia. 

Bagaimana tidak, kunjungan Paus yang juga Kepala Negara itu sekaligus menandai sejarah panjang hubungan diplomatik Indonesia dan .

Baca Juga: Ketum Muslimat NU: Selamat Datang Paus Fransiskus, Semoga Lancar

Momen bersejarah ini juga menegaskan kembali hubungan baik yang telah terjalin sejak pengakuan oleh pada 1947. 

Sejarah mencatat, bahwa berjasa besar terhadap .

tercatat menjadi negara Eropa pertama yang mengakui kemerdakaan Republik Indonesia. 

Baca Juga: Menkominfo dan Menag Dianggap Adu Domba Umat Beragama, Umat Kristiani Tak Persoalkan Adzan

Pengakuan oleh tepatnya terjadi pada 6 Juli 1947, kurang dari dua tahun setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945.

Pengakuan tersebut ditandai dengan didirikannya Apostolic Delegate atau Kedutaan Besar di Jakarta. 

Hal ini menjadikan sebagai negara pertama di Eropa yang secara resmi mengakui kedaulatan bangsa Indonesia.

Baca Juga: Doa Khofifah untuk Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia

Diketahui, saat itu tidak dapat terwujud tanpa pengakuan dari komunitas internasional. 

Sebab, dalam pembentukan sebuah negara, terdapat dua elemen utama, yakni elemen konstitutif dan elemen deklaratif.

Elemen konstitutif mencakup wilayah, penduduk, serta pemerintahan yang berdaulat. Sementara elemen deklaratif melibatkan pengakuan dari negara-negara lain

Baca Juga: Muhammadiyah Sambut Baik Kedatangan Paus Fransiskus, Haedar Nasir: Kerukunan Islam-Katolik

Di mana menjadi negara yang berperan penting dalam pengakuan internasional tersebut.

Terlebih, Negara kecil di Eropa ini memiliki pengaruh besar dalam bidang agama dan diplomasi global. 

Pengakuan ini bahkan bukan hanya bersifat simbolis, karena terbukti memberikan dukungan moral yang signifikan untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional.

Baca Juga: 8 Negara yang Tidak Bisa Ikut Piala Dunia karena Tidak Terdaftar Anggota FIFA

Pengakuan terhadap ini juga tak lepas dari andil Mgr Albertus Soegijapranata SJ. Ia merupakan seorang uskup pribumi Indonesia pertama yang diangkat menjadi pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno.

Soegijapranata melalui sebuah pidato di Radio Republik Indonesia (RRI), menyatakan orang-orang Katolik akan bekerja sama dengan pejuang Indonesia. Masa-masa itu, Soegijapranata juga tercatat banyak menulis kepada Tahkta Suci.

Di bawah kepemimpinan Paus Pius XII, dengan cepat menyadari pentingnya stabilitas dan kedamaian di Asia Tenggara pasca-Perang Dunia II. Paus Pius XII mengutus Georges Marie Joseph Hubert Ghislain de Jonghe d'Ardoye, seorang diplomat , sebagai duta besar untuk Indonesia yang pertama.

Baca Juga: Anggota Komisi X DPR RI Asal Jatim Minta Kemenparekraf Kembangkan Potensi Wisata Religi di Indonesia

Marie Joseph menjabat dari 1947 hingga 1955, dan selama masa tugasnya, ia berperan sebagai perantara penting. Antara Takhta Suci dan pemerintah Indonesia yang saat itu baru terbentuk.

Meskipun secara geografis kecil, pengaruhnya dalam urusan internasional sangat besar. Terutama melalui jaringan yang luas dan pengaruh moral yang kuat di berbagai negara.

Pengakuan terhadap tidak hanya memberikan dukungan moral. Tetapi juga membuka pintu bagi negara-negara lain di Eropa dan Amerika untuk mengikuti jejak dalam mengakui kedaulatan Indonesia.

Baca Juga: Sambut Hari Bhayangkara ke-76, Polres Pamekasan Gelar Bersih-Bersih Tempat Ibadah

Dukungan ini menjadi sangat penting, mengingat Indonesia pada saat itu masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan dari negara-negara Barat. Pengakuan dari memberikan legitimasi tambahan bagi Indonesia di mata dunia, terutama di kalangan negara-negara yang berpengaruh dalam blok Barat.

Keputusan untuk mengakui didasarkan pada kesamaan prinsip yang dianut oleh kedua negara. 

dan Indonesia sama-sama mendukung perdamaian dunia, menolak atheisme, dan mempromosikan kerukunan antarumat beragama.

Baca Juga: Amankan Misa di Gereja, Polres Kediri Kota Turunkan Pasukan Penyisir dan Anjing Pelacak

Selain itu, kedua negara memiliki komitmen terhadap keadilan sosial dan kesejahteraan umat manusia. 

Prinsip-prinsip inilah yang menjadi dasar hubungan diplomatik yang kuat antara dan Indonesia.

Pengakuan ini juga mencerminkan keprihatinan terhadap penjajahan dan penindasan yang dialami oleh bangsa-bangsa di Asia, termasuk Indonesia. Paus Pius XII, yang dikenal sebagai pemimpin vokal dalam mendukung hak asasi manusia dan kebebasan, melihat sebagai langkah penting menuju perdamaian dan stabilitas global.

Karenanya, kunjungan ke Indonesia selama tiga hari 3-6 September 2024 ini diharapkan kian memperkuat hubungan bilateral yang telah dibangun selama hampir delapan dekade. Serta menjadi simbol kerukunan antarumat beragama dan dukungan berkelanjutan dari terhadap upaya perdamaian dan keadilan global.

Secara luas, kunjungan juga mencerminkan peran aktif dalam dialog antaragama dan kerja sama internasional. Terutama di wilayah yang memiliki keragaman agama dan budaya tinggi seperti Indonesia.

Sebagai pemimpin spiritual yang dihormati di seluruh dunia, kunjungan juga diharapkan dapat membawa pesan perdamaian dan solidaritas yang kuat. Sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan antarumat beragama. (van)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pastor Sindir Kiai Poligami, Ini Respon Cerdas dan Jenaka KH A Hasyim Muzadi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO