SURABAYA,BANGSAONLINE.com - Polda Jatim yang menangani kasus carok maut di Sampang mengamankan tiga pelaku yakni FS, AR dan MS yang menewaskan Jimmy Sugito.
Ketiganya merupakan warga Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, Sampang, Madura.
Baca Juga: Rekapitulasi Pilkada 2024 di Sampang, Orang Mati Bisa Nyoblos
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jatim, Kombespol Farman menjelaskan kronologis insiden maut tersebut.
Farman mengatakan, insiden pembacokan terhadap korban ditengarai karena adanya kesalahpahaman dan hasutan berita bohong.
Kubu massa dari ketiga tersangka termakan hasutan adanya isu pemukulan yang dilakukan oleh kubu dari korban tewas Jimmy Sugito terhadap kiai mereka, bernama Kiai Hamduddin.
Baca Juga: Kisruh Pembagian Surat Undangan C-6 di Sampang Diduga Settingan
Kejadian berawal dari kunjungan salah satu figur dari kubu Paslon Pilbup Sampanf Slamet-Mahfudz, yakni Slamet Junaidi ke salah satu tokoh masyarakat di desa tersebut.
Figur Kubu Paslon Cabup Slamet Junaidi bersama beberapa anggota tim dan pendukungnya bermaksud datang bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Babussalam untuk bertemu salah satu pengasuhnya, yakni Kiai Mualif.
"Selanjutnya Kyai Mualif meminta Asrofi untuk mengumpulkan jamaah Dzikir, untuk menyambut kedatangan H. Slamet Junaidi," kata Farman Kamis (21/11/2024).
Baca Juga: Survei Elsipol: Elektabilitas Paslon Kiai Mamak-Mas Ab Masih Tinggi Jelang Pilbup Sampang 2024
Kedatangan kubu figur Paslon Cabup Slamet Junaidi yang dianggap mendadak itu, akhirnya diketahui oleh tokoh masyarakat lain yang bermukim di desa tersebut, yakni Kiai Hamduddin.
Karena, rombongan kubu figur Paslon Cabup Slamet Junaidi menuju padepokan Kiai Mualif itu, kebetulan melintasi depan rumah, Kiai Hamduddin.
Ternyata, kedatangan yang mendadak dari Kubu Paslon Cabup Slamet Junaidi itu, menimbulkan ketidaksenangan bagi Kiai Hamdudin.
Baca Juga: Silaturahmi Pj Gubernur Jatim, Kapolri dan Panglima TNI Singgung Insiden Berdarah di Sampang
Kiai Hamduddin juga menganggap, kunjungan figur Kubu Cabup Slamet Junaidi ke padepokan itu, dianggap 'melangkahi' karena tanpa izin dari Kiai Hamduddin yang lebih tua. Sedangkan Kiai Mualif hanya menantu keponakan Kiai Hamduddin yang lebih muda.
Karena hal tersebut, kubu massa Kiai Hamduddin melakukan blokade akses jalan padepokan Kiai Mualif yang akan dilewati rombongan kendaraan Cabup Slamet Junaidi, menggunakan mobil Kijang LGX dan beberapa potongan kayu.
Baca Juga: Istri Korban Insiden Berdarah di Ketapang Sampang Doakan Pasangan Mandat Menang Pilkada 2024
Karena diblokade, terjadi cek cok antara kelompok Kiai Mualif yang terdiri dari Jimmy Sugito, Muadi, Mat Yasid, dan Abdussalam, melawan Kubu massa Kiai Hamduddin.
Bahkan sempat terlontar perkataan dari Saksi Muadi: Mon Acarok Gih degik yeh (kalau mau carok nanti saja).
Meski begitu, pihak kubu figur Paslon Cabup Slamet Junaidi memilih mencari akses jalan lain, meskipun memutar.
Baca Juga: Tim Paslon Mandat Sampaikan 5 Poin Pernyataan Sikap atas Tewasnya Simpatisan Paslon Jimat Sakteh
Beberapa saat setelah rombongan Kubu Figur Paslon Cabup Slamet Junaidi meninggalkan lokasi tersebut melalui jalur jalan lain.
Ternyata terjadi percekcokan lanjutan antara Saksi Asrofi dari kubu Kiai Mualif dengan Kiai Hamduddin.
Kubu Kiai Hamduddin merasa tersinggung atas perbuatan Saksi Asrofi yang tetap mengumpulkan para santri untuk melaksanakan zikir bersama, tanpa izin figur kiai yang lebih sepuh, Kiai Hamdudin.
Baca Juga: Ribuan Warga Baca Sholawat untuk Pilkada Damai di Sampang
Sempat terlontar percakapan diantara keduanya yang menandai adanya perseteruan.
Kiai Hamduddin: "kurang ajar, di sini kamu cuma pendatang kok mendatangkan orang. Kurang ajar."
Saksi Asrofi:"Kurang ajarnya seperti apa? Wong di sini cuma mampir. Salahnya di mana? Masak mau ditolak kan tidak enak."
Baca Juga: Cawabup 01 Bantah Isu Liar Terlibat Kasus Penyelundupan Pupuk Subsidi di Sampang
Ternyata, jawaban dari Saksi Asrofi itu jalan dibantah lagi oleh Kiai Hamduddin. "Diam kamu! Nanti tak tempeleng kamu."
Lalu, lanjut Farman, Saksi Asrofi kembali membantah perkataan Kiai Hamduddin itu, "coba kalau berani nempeleng."
"Dari keterangannya kami dapat karena kan di awal itu sudah ada bahasa yang tadi saya sampaikan itu bahwa; kalau mau carok nanti saja dulu. Dan itu dianggap sebagai tantangan. Nah itu yang dianggap sebagai pemicu juga," ungkap Kombespol Farman.
Nah, percekcokan dan adul mulut antara Saksi Asrofi dengan Kiai Hamduddin, akhirnya dilerai oleh salah satu pengasuh padepokan yang lain, yakni Kiai Muhtar.
Kiai Muhtar dibantu Korban Jimmy Sugito Putra berusaha menarik tubuh Saksi Asrofi agar tidak terjadi perkelahian atau kontak fisik.
Bahkan, Korban Jimmy Sugito berusaha melindung Saksi Asrofi dari kejaran massa yang marah akibat percekcokan dan adu mulut dengan Kiai Hamdudin.
Di tengah kemelut tersebut, mendadak berhembus isu yang tak terverifikasi kebenarannya.
Isinya, telah terjadi pemukulan terhadap Kiai Hamdudin, sehingga isu hoaks tersebut membuat massa sekonyong-konyong marah dan mulai menyerang Jimmy Sugito.
Amarah memuncak, terjadilah peristiwa pembacokan secara beramai-ramai terhadap Jimmy Sugito Putra.
Akibatnya, Jimmy Sugito mengalami luka parah hingga dibawa ke RSUD Ketapang. Namun, nyawanya tidak tertolong.
"Kejadian pemukulan itu sendiri tidak ada, hanya saja kelompok ini itu terpisah, sehingga tidak mengetahui secara pasti isu tersebut. Tapi pada saat mereka merapat mendekati Kiai Hamduddin ada omongan-omongan mulut itu seolah-olah ada pemukulan terhadap Kiai Hamduddin makanya mereka spontan bereaksi melakukan pengejaran terhadap kelompok Jimmy korban," pungkasnya. (rus/van)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News