
Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie
Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.
Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Anbiya': 98-99. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca.
98. Innakum wa mā ta‘budūna min dūnillāhi ḥaṣabu jahannam(a), antum lahā wāridūn(a).
Sesungguhnya kamu (orang kafir) dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah bahan bakar (neraka) Jahanam. Kamu (pasti) masuk ke dalamnya.
99. Lau kāna hā'ulā'i ālihatam mā waradūhā, wa kullun fīhā khālidūn(a).
Seandainya (berhala-berhala) itu tuhan, tentu mereka tidak akan memasukinya (neraka). Semuanya akan kekal di dalamnya.
TAFSIR
Ayat kaji ini menyambung paparan ayat sebelumnya yang bertutur tentang orang-orang kafir yang menyesali diri ketika di akhirat. Bahkan di dunia, saat Ya’juj wa Ma’juj dilepas bebas menjelang hari akhir dan melakukan kerusakan parah di dunia tanpa ada yang mampun mencegah.
Ditegaskan, bahwa para penyembah berhala, para penyembah selain Allah SWT akan disiksa di neraka bersama berhala yang dulu di dunia mereka sembah. Bahan sesembahan itu menjadi bahan bakar yang menambah panasnya api neraka.
Jika patung itu terdiri dari logam, maka cairan logam mendidih itu mengguyur ke sekujur tubuhnya. Dan itu keputusan Tuhan yang tak bisa diubah.
Ketika mereka sama-sama berada di dalam neraka, para penyembahnya tertunduk kecewa dan sadar, bahwa berhala itu ternyata bukan Tuhan. Andai mereka itu Tuhan, tentu saja tidak akan disiksa di neraka. Lha wong Tuhan kok masuk neraka. Tuhan model apa. “Law kan ha’ula’ alihah ma waraduha”.
Ya, tapi kesadaran dan penyesalan mereka sungguh tidak berguna dan tetap saja malaikat Zabaniya yang bertugas terus menyiksanya sesuai aturan yang berlaku. Tangis mereka sangat memilukan sehingga pendengaran mereka rusak dan tuli total akibat pedihnya siksaan. Dan, keadaan begini ini selamanya. “Lahum fiha zafir wa hum fiha la yasma’un”. Wa l-iyadz billah.
Tuhan palsu yang dibakar di neraka bersama penyembahnya tersebut adalah: Pertama, Tuhan yang terbuat dari benda atau materi, seperti patung sesembahan yang terbuat dari batu, kayu, logam, dsb.
Kedua, Tuhan yang berupa makhluk berakal, manusia atau Jin dan mereka mengiyakan dirinya sebagai Tuhan yang disembah, mau disembah dan menerima dituhankan. Sedangkan manusia yang tidak mau dituhankan, tidak. Hanya penyembahnya saja yang dibakar di neraka.
Ada tiga makhluk yang dituhankan dan menolak, yaitu: Nabi Isa ibn Maryam A.S., Nabi Uzair A.S., dan Malaikat. Dua pertama dianggap sebagai anak lelaki Tuhan dan yang ketiga dianggap sebagai anak perempuan.
Di akhirat nanti, yang dibakar di neraka hanya yang menuhankan saja, sedangkan tiga tersebut tidak.
Nabi Isa A.S., saat di dunia dulu sudah pernah ditanya sendiri oleh Tuhan: “Hai Isa ibn Maryam, apakah kamu pernah menyuruh manusia menyembah dirimu dan ibumu, tidak menyembah Aku?”. Dan segera dijawab: “Ya Tuhan, jika aku berkata demikian, Engkau pasti tahu... sungguh tidak mungkin aku berkata demikian”.
Lingkaran keluarga Isa A.S. inilah yang selanjutnya dipahami oleh kaum kristiani dengan konsep teologi yang disebut trinitas. Satu dalam tiga dan tiga dalam satu. Ada Allah sebagai Tuhan bapak, ada Yesus sebagai Tuhan anak dan Roh Kudus yang disimbolkan burung merpati.
Sebagian Paus, pemimpin tertinggi gereja, secara jujur ada yang menyatakan, bahwa konsep Trinitas ini misteri.