
Keterbaruan itu memanfaatkan AI untuk menganalisis data yang tidak terstruktur dari teks, gambar, dan video. Tak hanya itu, inovasi ini juga meningkatkan akurasi model dan mengurangi kekeliruan atau error dalam peramalan. Sebagai contoh, Wiwik menerapkannya untuk memperkirakan strategi mengatasi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Analisis prediksi ini menganalisis kondisi lingkungan serta pencarian data internet dari Google Trends dan media sosial,” kata Wiwik.
Analisis prediksi juga memiliki kemampuan meramalkan tren ekonomi dan perubahan pasar. Secara spesifik, pendekatan ini memperkirakan harga komoditas, inflasi, dan risiko keuangan berdasarkan data historis. Kemudian, data tersebut dianalisis dan diolah untuk merancang kebijakan mengenai alokasi subsidi dan yang lainnya.
“Sehingga, cara ini dapat meningkatkan ketahanan ekonomi dan stabilitas pasar,” tambah Wiwik.
Tidak hanya sektor kesehatan dan ekonomi, analisis ini juga bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi pelayanan publik, keamanan nasional, perencanaan sistem lalu lintas, manajemen bencana, dan yang lainnya. Wiwik percaya, Indonesia dapat memiliki daya saing yang lebih tinggi dan tangguh terhadap tantangan global jika seluruh lapisan masyarakat memanfaatkan analisis prediksi.
Oleh karena itu, ia menginginkan seluruh aspek masyarakat mampu menerapkan analisis tersebut dengan baik. Perempuan berhijab ini meyakini, bangsa yang tangguh ialah bangsa yang mampu merespons perubahan dengan cepat dan unggul secara berkelanjutan.
“Harapannya, Indonesia dapat tetap relevan, adaptif, dan kompetitif di era digital,” pungkasnya. (msn)