
BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - Peternak hewan kurban di Kecamatan Kokop banjir pesanan pada Iduladha 1446 H. Geliat ekonomi warga setempat tumbuh melalui kadang ternak kecil nan sederhana.
Salah satu blantik yang menjadi perantara penjualan hewan kurban yakni 369 Berkah menjual ratusan hewan kurban pada Iduladha tahun ini.
"Alhamdulillah, untuk tahun ini mampu menjual 385 sapi. Permintaan paling tinggi datang dari Yayasan Al Kaustar Sukodono yng pesan 12 ekor sapi," ucap Direktur 369 Berkah, Moktasim kepada BANGSAONLINE, Minggu (8/6/2025).
Distribusi hewan kurban dilakukan sejak H-10 hingga H+2 Iduladha. Penjualannya tak cuma ke seluruh Madura dan Jawa Timur. Tetapi hingga ke Kabupaten Kendal Jawa Tengah.
Dalam menjalankan bisnisnya, 369 Berkah juga berkolaborasi dengan akademisi, tokoh muda dan mahasiswa untuk memaksimalkan penjualan dan memberdayakan para peternak.
Kata Moktasim, di Kecamatan Kokop, ada 350 peternak yang diajak kerja sama untuk menjual hewan kurban pada Iduladha tahun ini.
"Gaya bisnis yang dianut oleh 369 Berkah adalah sebuah pendekatan ekonomi berbasis kolaborasi, sinergi dengan berbagai pihak, sehingga model bisnis seperti ini banyak ditiru dan diminati oleh warga sekitar. Ini bukan bisnis sapi biasa. Ini adalah mimpi kolektif," ungkap pria yang merupakan Sarjana dan Pascasarjana UINSA itu.
"Bagi kami, berbisnis bukan soal berapa banyak sapi yang terjual atau seberapa besar laba yang diraup. Ini tentang menyalakan harapan, menggeliatkan ekonomi desa dan mengajak pemuda membuka mata terhadap potensi di sekitar mereka," tambahnya.
Menurutnya, bagi 369 Berkah, warga peternak sapi tidak hanya beternak untuk memenuhi kebutuhan mendadak atau sebagai cadangan keuangan darurat.
Tetapi bagaimana para peternak juga berpikir jangka panjang, bagaimana peternak di latih untuk membaca pasar, memilih bibit unggul dan mengatur jadwal agar ternak siap dijual di momen kurban.
Menurutnya, 369 Berkah membuktikan bahwa desentralisasi ekonomi bisa di mulai dari desa, tanpa harus menunggu instruksi pemerintah atau limpahan dana dari APBD.
Sehingga, peternak tak lagi hanya bergantung pada harga pasar. Tapi mampu memproyeksikan pendapatan secara berkelanjutan.
Muktasim berpesan kepada kaum muda dan para kepala desa untuk tidak bergantung pada program dari pemerintah ataupun industri. Ia mengajak untuk menciptakan ekosistem ekonomi.
"Coba lihat sekitar, tidak harus sapi. Apa saja potensi usaha yang bisa memberi nilai tambah, bukan hanya profit pribadi tapi manfaat bagi banyak orang," katanya.
Di tengah banjir informasi dan era digitalisasi, menurutnya, anak muda harus menjadi navigator potensi lokal, dengan menggunakan media dan teknologi sebagai alat pemetaan.
"369 Berkah telah menjadi role model bisnis berbasis kolaborasi. Bukan hanya menjual sapi, tetapi menjual harapan, kepercayaan, dan peluang baru bagi desa-desa yang selama ini terpinggirkan dari narasi besar pembangunan. Sebuah model yang layak di contoh dan diperjuangkan, agar desa tak sekadar menjadi latar, tetapi juga aktor utama dalam menggeliatkan ekonomi Indonesia ke depan," tegasnya. (uzi/van)