Respons Kebutuhan Publik, UAC segera Buka Prodi Umum, terutama Kedokteran dan Teknik Pertanian

Respons Kebutuhan Publik, UAC segera Buka Prodi Umum, terutama Kedokteran dan Teknik Pertanian Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, Prof Dyah Sawitri, Dr KH Mauhibur Rokhman dan Dr Eng Fadli Usman dalam acara Pemutakhiran Regulasi Kepangkatan Dosen dan Tata Cara Pembukaan Program Studi Baru di salah satu ruang rektorat UAC Pacet Mojokerto, Rabu (12/11/2025). Foto: MMA/bangsaonline

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Unversitas KH Abdul Chalim (UAC) Pacet Mojokerto Jawa Timur berusaha merespons tuntutan atau kebutuhan publik, baik nasional maupun internasional. UAC yang berdiri pada 2015 itu akan segera membuka program studi umum, terutama fakultas kedokteran dan kesehatan serta teknik pangan dan prodi umum lainnya. Ini sekaligus untuk persiapan UAC sebagai universitas internasional.

“Kita sedang bangun gedung auditorium di sebelah timur kampus ini,” kata Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri sekaligus pembina UAC dalam acara Pemutakhiran Regulasi Kepangkatan Dosen dan Tata Cara Pembukaan Program Studi Baru di salah satu ruang rektorat UAC Pacet Mojokerto, Rabu (12/11/2025).

Acara yang dihadiri para civitas akademika UAC itu menghadirkan Prof. Dyah Sawitri, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII Jawa Timur. Tampak hadir Rektor UAC Dr. KH Mauhibur Rokhman (Gus Muhib), Wakil Rektor Dr Eng Fadly Usman, Dr Zakaria Muhtadi, Dr Affan Hasan dan lainnya.

Juga sejumlah guru besar. Antara lain Prof Abdul Haris, Prof Tauhid, Prof Mahmud Manan, Prof Agus Sholahuddin dan lainnya.

Sementara dari undangan tampak Dr Achmad Rubaie dari Yayasan Unitomo Surabaya, Mohammad Fachruddin, Wakil PAN Jatim dan undangan lainnya.

Kiai Asep bercerita tentang pengalamannya mendirikan Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Mneurut dia, semula tanah yang ditempati Amanatul Ummah – termasuk UAC – adalah hutan.

“Belum ada toko dan warung,” tutur pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu.

Tapi dalam waktu singkat - sekitar 9 tahun – kawasan Amanatul Ummah sudah menjadi kota kecil. Ramai. Santri terus berdatangan. Bahkan banyak yang berprestasi. Tahun 2025 ini saja sebanyak 1.258 santri Amanatul Ummah diterima di perguruan tinggi negeri dan luar negeri.

Begitu pun UAC. “Berkat kerja keras dosen-dosen, sekarang UAC sudah memiliki 18 jurnal ilmiah. Ada dua jurnal yang terindeks scopus, satu lagi masih dalam proses,” tegas Kiai Asep yang pada Agustus 2025 lalu mendapat penghargaan Mahaputra Nararya dari Presiden Prabowo Subianto

Menurut Gus Muhib, UAC memang masih berusia muda. Baru 10 tahun berdiri. Tapi sudah banyak capaian prestasinya. Selain jurnal yang sudah terikdeks scopus, menurut Gus Muhib, UAC juga menjadi miniatur kampus Indonesia. Karena mahasiswanya datang dari seluruh wilayah Indonesia.

Bahkan juga dari berbagai negara. “Ada dari Negeria, Thailand, Sudan, Filipina, dan lainnya,” ujar alumnus Universitas Al Azhar Mesir itu.

Gus Muhib bercerita, dari pengalamannya ke luar negeri dan acara pertemuan internasional seperti International Conference on Research and Community Service (ICORCS) ternyata mahasiswa tertarik datang ke UAC, karena prodi umum.

Karena itu, menurut Gus Muhib, UAC selain harus terus meneguhkan sebagai kampus moral dan kampus ilmu juga harus membuka prodi umum.

“Kedatangan Prof Dyah ini untuk membabat alas,” katanya.

Prof Dyah Sawitri sendiri mengaku senang dan bersyukur diundang ke kampus UAC. Ia tak menyangka kalau kampus UAC sudah semegah ini.

"Alhamdulillah. Barakallah Pak Kiai. Sangat indah pemandangannya," kata Prof Dyah Sawitri ketika menyaksikan keindahan alam sekitar kampus UAC yang dilatarbelakangi pegunungan, seusai menyajikan materi. 

Sembari merekam pemandangan lewat poselnya ia minta keluarganya didoakan Kiai Asep.

Menurut dia, untuk membuka prodi kedokteran, UAC harus terakreditasi unggul secara institusi atau kelembagaan. Syarat lain, menurut dia, beberapa prodi juga harus terakreditasi unggul.

“Tapi untuk prodi tidak harus seratus persen,” kata Prof Dyah sembari mengatakan bahwa UAC sangat membuka membuka prodi teknik pertanian jika melihat lingkungannya.

Prof Dyah menekankan bahwa kampus UAC harus menjadi agent of change atau agen perubahan. “Jadi kampus harus berdampak, multiplier effect,” tegas perempuan berjilbab itu.

“Harus berdampak pada mahasiswa, tridharma dan masyarakat,” tambahnya.

Prof Dyah mengutip Asta Cita Presiden Prabowo poin keempat. “Kampus harus memperkuat pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas,” katanya.