Para pasien program JKN atau jaminan kesehatan nasional di Tulungagung.
TULUNGAGUNG, BANGSAONLINE.com - Rumah singgah yang disediakan para donatur di Tulungagung menjadi tempat penuh harapan bagi pasien katastropik yang harus menjalani pengobatan rutin di rumah sakit.
Peserta JKN atau Jaminan Kesehatan Nasional yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan memanfaatkan rumah singgah sebagai tempat tinggal sementara. Bagi banyak pasien, rumah singgah bukan sekadar tempat beristirahat setelah terapi, tetapi juga ruang kebersamaan yang menghadirkan kekuatan dan dukungan moral.
Kartini (53), pasien JKN penderita kanker, menuturkan bahwa suasana hangat di rumah singgah menjadi bagian penting dari proses pemulihannya, baik secara mental maupun fisik.
“Tinggal di rumah singgah sangat membantu saya selama saya menjalani pengobatan kanker payudara di rumah sakit sejak tahun 2024, karena jarak rumah saya menuju rumah sakit itu jauh sekitar satu jam jadi pastinya akan memakan banyak waktu di perjalanan dan dengan kondisi fisik saya yang seperti ini rasanya sangat susah. Oleh karena itu, adanya rumah singgah meringankan beban pengobatan saya karena pastinya ada banyak tangan yang siap membantu di sana,” paparnya pada Rabu (10/12/2025).
Ia menceritakan, penyakitnya bermula dari kanker payudara yang kemudian menjalar ke tulang belakang, dan membuatnya harus menjalani tindakan pengangkatan payudara serta menetap sementara di rumah singgah agar akses pengobatannya lebih mudah. Kartini pun bersyukur seluruh pengobatan tetap terjamin meski dirinya merupakan peserta JKN kelas 3.
“Meskipun saya termasuk peserta JKN di kelas 3 yang biaya iurannya paling rendah, namun seluruh biaya pengobatan saya tetap terjamin dan saya tidak mengeluarkan biaya sama sekali. Menurut saya, pelayanan di rumah sakit sudah sangat baik, begitu juga di Puskesmas dimana saya terdaftar juga tidak ada kesulitan untuk proses rujukan. Jadi, saya tidak merasa khawatir tentang biaya sehingga bisa fokus ke proses penyembuhan,” ucapnya.
Pengalaman serupa juga dirasakan Angga Switanti (40), pasien gagal ginjal yang tinggal di rumah singgah sejak 7 bulan terakhir. Angga harus menjalani cuci darah dua kali seminggu dan jarak rumah sekitar satu jam dari rumah sakit membuatnya memilih tinggal sementara di rumah singgah.
“Saya sangat bersyukur karena tidak perlu harus kembali ke rumah karena perjalanannya jauh. Dukungan sesama pasien di rumah singgah sangat penting untuk menjadi sumber semangat meski kondisi terpuruk sekalipun. Mereka saling menguatkan serta membantu tanpa memandang latar belakang," ujarnya.
"Bersyukur ada Program JKN, seluruh biaya operasi sampai dengan cuci darah rutin saya tidak mengeluarkan biaya, entah bagaimana pengobatan saya jika tidak ada JKN, saya akan kesulitan dengan biaya. Semoga JKN terus ada untuk menjamin pengobatan bagi yang membutuhkan seperti saya,” pungkasnya. (fer/mar)





