DEPOK, BANGSAONLINE.com - Prof Dr Mas'ud Said menawarkan penanganan radikalisme lewat pendekatan sosial. Karena radikalisme bisa saja terjadi akibat kesalahan dalam memahami agama, tekanan berat dan frustasi akibat realitas sosial yang tak adil.
"Pertentangan ideologis atau agama sesungguhnya hanya salah satu saja dari pertentangan dan kericuhan di negara ini. Yang paling besar itu ialah pertentangan etnis, identitas, penguasaan ekonomi dan ketidakadilan," kata Mas'ud Said dalam diskusi terbatas yang digelar Dewan Pertimbangan Presiden bertajuk Moderasi Cegah Dini Radikalisme dan Terorisme Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Pesantren Mahasiswa Al Hikam Depok Jawa Barat, Rabu (2/3/2016).
Baca Juga: Polda Jatim Kolaborasi dengan Ponpes Wali Barokah Bentengi Santri dari Pengaruh Radikalisme
Ia mencontohkan ajaran Mahatma Gandi yang anti kekerasan. Staf ahli Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa ini juga memberi contoh ajaran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang sangat spiritualistis.
"Kata Gus Dur, guru spiritualitas saya adalah realitas, guru realitas saya adalah spiritual," kata Mas'ud Said.
Ia juga menampilkan kesalehan sosial pendiri Honda, Soichiro Honda. Soichiro sewaktu kecil membantu ayahnya sebagai tukang reparasi sepeda. Karena gigih bekerja ia akhirnya sukses dan mimpin ratusan perusahaan di 28 negara.
Baca Juga: Densus 88 Gelar Sosialisasi Kebangsaan di Lamongan
Tapi masa tuanya ia sangat religius dan memiliki spiritualitas tinggi. Ia bahkan hidup sederhana dan tak ingin memiliki harta pribadi dan hidup tinggi.
Sementara Jaksa Agung Muda Dr Adi Togarisman, S J, MA, menegaskan bahwa terorisme adalah paham ekseklusif yang diciptakan sekelompok orang untuk mengadakan perubahan dengan cara kekerasan. "Jadi ada kepentingan," kata Adi Togarisman.
Karena itu penyelesaian radikalisme dan terorisme butuh peran serta elemen bangsa baik pemerintah maupun masyarakat. Selain Mas'ud Said dan Adi Togarisman, juga tampil sebagai pembicara Kepala Bakum Mabes Polri Brigjen Bambang Usadi dan Hakim Agung Suhadi. Sebelumnya Try Soetrisno, mantan Wakil Presiden dan Ketua Dewan Pertimbangan Agung Dr Sri Adiningsih juga tampil sebagai pembicara.
Baca Juga: Ghibah Politik Ramadhan: Menyoal PBNU tentang Politik Dinasti dan Misi Gus Dur
Rencananya, Kamis (3/3), Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa akan menjadi pembicara sebagai penutup acara. (ma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News